Home / Fantasi / Sayap Tersembunyi : Misi Rafael / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Sayap Tersembunyi : Misi Rafael: Chapter 41 - Chapter 50

98 Chapters

Awal pertarungan di kuil

Angin yang berhembus di dataran beracun membawa aroma belerang yang menyengat. Langit di atas mereka dipenuhi awan gelap yang bergerak perlahan, seakan mengawasi setiap langkah Rafael, Elena, dan Liam. Di kejauhan, Kuil Kegelapan berdiri megah, dengan menara-menara tajam yang seakan ingin menusuk langit. Cahaya merah samar bersinar dari celah-celah dindingnya, memberikan kesan bahwa kuil itu adalah jantung dari kegelapan dunia.“Kita sudah sampai,” kata Rafael dengan nada rendah, menghentikan langkahnya. Tongkatnya bersinar lembut, memberikan penerangan di tengah kabut tebal.Elena mengatur napasnya, tangannya menggenggam erat senjata kecil di pinggangnya. “Ini tempatnya? Terlihat seperti jebakan raksasa,” gumamnya, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya.Liam menatap kuil itu dengan campuran rasa takut dan tanggung jawab. “Primordial Lumina ada di sana, kan?” tanyanya, suaranya bergetar.Rafael mengangguk. “Ya. Tapi Azariel juga menunggu kita di dalam. Kita harus bersiap untuk apa pun.
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Serangan balasan yang gagal

Suara gemuruh pertempuran di aula besar Kuil Kegelapan masih menggema. Rafael berdiri tegap di depan makhluk bayangan raksasa, tongkat cahayanya bersinar terang, menantang kegelapan yang mencoba menelannya. Elena berada di sampingnya, senjatanya siap untuk menyerang kapan saja. Di belakang mereka, Liam ragu-ragu untuk melangkah lebih jauh ke dalam kuil. Ia menatap Rafael dengan mata penuh ketakutan. “Bagaimana aku bisa pergi saat kalian di sini melawan makhluk itu? Aku harus membantu!” “Liam, ini bukan tentang membantu,” kata Rafael tegas, memblokir serangan makhluk itu dengan perisai cahaya. “Ini tentang menyelesaikan misi. Kau harus menemukan Primordial Lumina sekarang! Hanya itu yang bisa menghentikan Azariel.” Elena menoleh, mencoba meyakinkan Liam dengan nada lembut tetapi tegas. “Percayalah pada kami. Kami akan menahan mereka. Pergilah!” Liam mengangguk perlahan, kemudian berlari ke lorong gelap di sisi lain aula, sementara Rafael dan Elena melanjutkan pertempuran mereka
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Terhubung dengan primordial lumina

Lorong yang gelap dan sempit tiba-tiba dipenuhi dengan cahaya keemasan yang lembut. Cahaya itu berasal dari ruang di ujung jalan, memancar seperti api kecil di tengah kegelapan yang menyesakkan. Liam melangkah perlahan, matanya terpaku pada sumber cahaya yang tampak hidup, seakan memanggil namanya.“Primordial Lumina...” gumam Liam, suaranya hampir berbisik.Namun, setiap langkahnya terasa semakin berat. Ia mendengar bisikan di telinganya—suara-suara yang berasal dari kegelapan, mencoba menghentikannya.“Cahaya itu bukan milikmu.”“Kau tidak cukup kuat untuk menggunakannya.”“Kau akan menghancurkan semuanya...”Liam berhenti, menatap ke sekelilingnya dengan mata penuh ketakutan. Cahaya dari tubuhnya mulai redup, diselimuti oleh bayangan ketidakpastian yang perlahan menjalar.****Di tengah lorong, sosok bayangan muncul, menyerupai diri Liam sendiri. Bayangan itu tersenyum dingin, menatapnya dengan tatapan penuh penghinaan.“Liam, apa kau pikir kau pantas menjadi Pembawa Cahaya?” tanya
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Kehilangan kendali

Liam melangkah keluar dari lorong menuju aula utama, tubuhnya dikelilingi aura emas yang menyilaukan. Cahaya itu begitu terang hingga menyelimuti sekitarnya, mengusir bayangan yang menempel pada dinding-dinding Kuil Kegelapan. Rafael dan Elena, yang terluka parah, mendongak dengan pandangan penuh harapan.“Liam…” Rafael berbisik lemah, tangannya menggenggam tongkat yang hampir patah.Elena mencoba bangkit dengan susah payah. “Dia berhasil,” katanya dengan suara penuh kelegaan.Namun, di tengah cahaya itu, wajah Liam tampak tegang. Nafasnya tersengal, dan matanya bersinar seperti matahari yang memancar tanpa kendali.“Rasanya… ini terlalu berat,” gumam Liam, hampir tidak terdengar. Ia memegang dadanya, merasakan denyutan kekuatan besar yang terus membesar di dalam dirinya.Azariel berdiri beberapa meter darinya, menatap dengan tatapan penuh kehati-hatian. “Primordial Lumina memang memberikan kekuatan tanpa batas,” katanya dingin, “tetapi anak kecil sepertimu tidak akan pernah bisa meng
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Harapan terakhir

Aula besar Kuil Kegelapan kini hampir runtuh. Pilar-pilar yang menopangnya telah hancur, dan lantai penuh retakan yang memancarkan cahaya merah gelap dari bawahnya. Di tengah kekacauan itu, Liam berdiri dengan tubuh yang memancarkan cahaya Primordial Lumina, bersinar terang melawan kegelapan yang merasuki ruangan.Di sisi lain, Azariel berdiri dengan tenang, dikelilingi oleh pusaran energi kegelapan yang tampak hidup, siap melahap siapa saja. “Jadi, kau memilih melawan, Liam,” katanya, suara penuh ejekan. “Cahaya itu tidak akan menyelamatkanmu. Bahkan Rafael dan Elena pun tidak dapat membantu.”Liam menatap Azariel dengan tekad yang baru ditemukan. “Aku mungkin takut, tapi aku tidak akan menyerah. Cahaya ini adalah harapan semua orang, dan aku tidak akan membiarkanmu memadamkannya.”****Azariel melancarkan serangan pertama, meluncurkan gelombang energi hitam ke arah Liam. Namun, sebelum serangan itu mencapai Liam, perisai cahaya dari Primordial Lumina memblokirnya.Rafael, yang mulai
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Rafael yang gugur

Aula besar Kuil Kegelapan kini berlumuran dengan debu kegelapan, sisa-sisa kehancuran Azariel. Cahaya Primordial Lumina perlahan memudar, menyisakan keheningan yang aneh. Liam jatuh tersungkur, napasnya terengah-engah setelah menggunakan seluruh kekuatannya untuk mengalahkan Azariel.Rafael bergegas mendekati Liam, meskipun tubuhnya sendiri sudah sangat lemah. Ia berlutut di samping anak itu, meletakkan tangan di bahunya. “Liam, kau melakukannya. Kau berhasil,” katanya dengan nada lembut, meskipun matanya mengawasi lingkungan sekitar dengan waspada.Elena, yang berdiri tak jauh, menatap mereka dengan lega. Namun, sebelum ia sempat mendekat, suara retakan besar menggema di seluruh aula. Lantai di bawah mereka mulai bergetar, dan pusaran energi gelap tiba-tiba muncul dari retakan di tanah.****Cahaya Primordial Lumina yang dilepaskan oleh Liam telah menghancurkan Azariel, tetapi energinya tidak sepenuhnya hilang. Nexus Kegelapan, yang berada di bawah kuil, mulai memancarkan energi besa
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Kebangkitan cahaya baru

Kuil Kegelapan kini hanya menjadi reruntuhan. Cahaya dari Primordial Lumina telah memulihkan keseimbangan di Nexus Kegelapan, tetapi kehancuran dan kehilangan masih menyelimuti hati Liam dan Elena. Di luar kuil, langit mulai berubah, menampilkan warna keemasan lembut yang perlahan menggantikan awan gelap yang menutupi dunia selama bertahun-tahun.Namun, keindahan itu tak mampu menghapus rasa duka mereka. Di tangan Elena, tongkat patah Rafael masih terasa berat, bukan karena bobotnya, tetapi karena kenangan yang menyertainya.Liam berdiri di dekatnya, menatap langit dengan mata yang dipenuhi kebingungan. “Dia tidak seharusnya mengorbankan dirinya,” katanya pelan. “Aku seharusnya lebih kuat. Seharusnya aku yang menghentikan Nexus.”Elena menoleh, melihat anak muda itu yang kini terlihat lebih dewasa dari sebelumnya. “Liam, ini bukan salahmu,” katanya. “Rafael tahu apa yang dia lakukan. Dia percaya padamu. Kita harus menghormati pengorbanannya dengan melanjutkan perjuangannya.”Liam meng
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Pertempuran dijiwa liam

Liam terbangun dengan tubuh menggigil. Meskipun api unggun kecil di dekatnya masih menyala, ia merasa seolah-olah dirinya terjebak dalam kehampaan yang dingin. Elena, yang tertidur beberapa meter darinya, tampak damai. Namun, sesuatu di dalam dirinya terasa salah.Ia memegang dadanya, merasakan denyutan aneh di dalam tubuhnya. Cahaya Primordial Lumina yang biasanya memberikan rasa hangat kini terasa tidak stabil, seolah-olah ada sesuatu yang menghalangi alirannya.“Kau merasa itu, bukan?”Liam tersentak, menoleh ke sekelilingnya. Suara itu sangat familiar—suara Azariel. Tetapi, tidak ada siapa pun di sekitarnya.“Kau tidak bisa melarikan diri dariku, Liam. Aku masih di sini.”Sebelum Liam sempat bereaksi, dunianya tiba-tiba berubah. Api unggun, langit malam, dan Elena menghilang, digantikan oleh kehampaan yang gelap dan sunyi.Ia berdiri sendirian di ruang kosong, dengan lantai yang tampak seperti cermin hitam memantulkan bayangannya. Dari kejauhan, suara langkah bergema, dan sosok Az
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Cahaya Baru untuk dunia

Matahari mulai terbit, menyinari reruntuhan di sekitar desa tempat Liam dan Elena beristirahat. Udara yang sebelumnya dipenuhi rasa takut kini terasa lebih segar, meskipun ancaman sisa-sisa kegelapan masih terasa. Liam berdiri di tepi desa, menatap cakrawala dengan mata penuh keyakinan.Elena berjalan mendekatinya, membawa tongkat Rafael yang patah. Ia menyerahkannya kepada Liam. “Kita mungkin sudah menang melawan Azariel,” katanya, “tapi dunia masih terluka. Apa yang akan kau lakukan sekarang?”Liam memegang tongkat itu dengan lembut. Ia menatap Elena, lalu ke arah desa yang mulai pulih perlahan. “Primordial Lumina bukan hanya kekuatan untuk bertarung,” katanya. “Ini adalah kekuatan untuk menyembuhkan. Sudah waktunya kita menggunakannya untuk membangun kembali dunia.”Liam memejamkan matanya, memanggil kekuatan Primordial Lumina yang ada di dalam dirinya. Cahaya keemasan mulai memancar dari tubuhnya, menyebar seperti ombak yang lembut. Setiap sentuhan cahaya itu mengubah reruntuhan m
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Keseimbangan baru

Matahari pagi bersinar lembut di atas dataran tinggi, menerangi dunia yang perlahan pulih dari luka-luka kegelapan. Liam berdiri di tengah sebuah desa kecil, melihat anak-anak berlari di antara kebun-kebun yang baru tumbuh kembali. Udara dipenuhi suara tawa, canda, dan kelegaan.Elena berjalan mendekatinya, membawa sekeranjang buah yang baru dipetik. Ia meletakkannya di sebuah meja dekat rumah kecil yang mereka bangun bersama penduduk desa. “Rasanya aneh melihat dunia seperti ini setelah semua yang kita lalui,” katanya sambil tersenyum.Liam mengangguk pelan, tetapi wajahnya menyimpan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kebahagiaan. “Aku senang melihat mereka bahagia,” katanya. “Tapi tanggung jawab ini... rasanya seperti beban yang tidak akan pernah hilang.”****Setelah mengalahkan Azariel dan menggunakan Primordial Lumina untuk memulihkan keseimbangan dunia, Liam merasa bahwa tugasnya tidak pernah benar-benar selesai. Meskipun kegelapan telah lenyap dari permukaan, ia tahu bahwa b
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status