Semua Bab Sayap Tersembunyi : Misi Rafael: Bab 11 - Bab 20

98 Bab

Kembalinya Rafael

Angin malam berembus lembut ketika Elena membuka pintu apartemen kecil mereka. Namun, ketenangan itu sirna ketika ia melihat sosok Rafael di ambang pintu. Tubuhnya penuh luka, napasnya berat, dan tongkat kayunya hampir patah sepenuhnya. Tanpa berkata apa-apa, Rafael tersungkur, tubuhnya jatuh dengan bunyi yang menggetarkan hati. “Elena!” panggil Liam dari sudut ruangan, matanya melebar saat melihat kondisi Rafael. Ia segera berlari mendekat, tetapi Elena menghentikannya. “Liam, ambil kotak obat. Cepat!” Elena bergegas berlutut di samping Rafael, tangannya yang terlatih mulai memeriksa luka-luka yang terlihat. Luka bakar menghiasi lengan dan dadanya, dengan darah yang menodai pakaiannya. “Rafael, apa yang terjadi?” tanya Elena dengan nada panik. Rafael membuka matanya perlahan, bibirnya bergerak pelan. “Azariel...” gumamnya. “Dia semakin kuat. Aku mencoba menghentikannya... tapi aku gagal.” Elena menggertakkan giginya, mencoba menyembunyikan rasa frustrasi dan ketakutannya. “K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Rahasia di bukit cahaya

Kabut pagi di kaki Bukit Cahaya perlahan memudar, memberikan pemandangan lembah yang luas dan damai. Rafael, Elena, dan Liam berdiri di dekat sisa-sisa lingkaran cahaya tempat mereka bertarung melawan Azariel. Cahaya lembut yang tersisa tampak memantulkan energi yang unik, seolah tempat itu masih menyimpan rahasia yang belum terungkap. “Kita kembali ke sini,” gumam Elena, matanya menyapu lingkaran bercahaya yang redup. “Aku harap ini layak.” “Ini harus layak,” kata Rafael dengan nada tegas. “Oran bilang, tempat ini adalah pintu gerbang ke rahasia terbesar tentang cahaya. Jika kita ingin memahami kekuatan Liam, kita harus menemukan jawabannya di sini.” Liam berdiri diam, tangannya gemetar ringan. Ia masih merasakan sisa energi dari pertempuran sebelumnya, tetapi ada sesuatu yang berbeda sekarang. Cahaya di dalam dirinya tampak bergetar, seolah-olah merespons sesuatu yang ada di sekitar mereka. “Ada yang aneh,” kata Liam pelan. “Aku merasa... seperti tempat ini berbicara padaku.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Manipulasi kota

Kabut kelam menyelimuti kota saat Rafael, Elena, dan Liam kembali dari Bukit Cahaya. Jalanan yang biasanya sibuk tampak sunyi, tetapi ada sesuatu yang mengintai di balik keheningan itu—suatu rasa gelap yang menusuk. “Tempat ini terasa berbeda,” gumam Elena, matanya menyapu jalan-jalan yang sepi. Rafael mengangguk, matanya tajam memindai setiap sudut. “Ini bukan kebetulan. Azariel pasti sudah ada di sini.” Liam menggenggam tangan Elena lebih erat. Ia bisa merasakan hawa dingin di sekitarnya, tetapi yang lebih menakutkan adalah bisikan-bisikan yang samar terdengar, seolah berasal dari bayangan di sekeliling mereka. **** Di tengah kota, Azariel berdiri di atas menara tinggi, menatap penduduk kota dengan mata merah yang bersinar. Tangannya terangkat, dan bayangan hitam menyebar seperti kabut, merasuki pikiran mereka satu per satu. Bisikan-bisikan kegelapan mulai memenuhi pikiran penduduk, menanamkan rasa benci dan ketidakpercayaan. “Rafael adalah ancaman,” suara itu bergema dal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Mematahkan manipulasi

Cahaya pagi menerobos melalui jendela-jendela gedung tua yang rusak. Rafael, Elena, dan Liam berdiri di tengah-tengah ruangan, memandang kota yang mulai hidup kembali di bawah mereka. Namun, bayangan kegelapan masih terasa di udara—pengaruh Azariel belum sepenuhnya hilang. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlanjut,” kata Rafael, memandang keluar dengan ekspresi serius. “Azariel telah menanam kebencian di hati mereka. Jika kita tidak menghentikannya sekarang, seluruh kota ini akan hancur.” “Tapi bagaimana caranya?” tanya Elena, berdiri di samping Liam. “Mereka tidak akan mendengarkan kita, apalagi mempercayai kita.” Liam, yang duduk di dekat jendela, mengangkat kepalanya dengan ragu. “Aku bisa mencoba... menggunakan cahayaku lagi.” Rafael menatap Liam, matanya penuh perhatian. “Kau yakin? Itu akan membutuhkan banyak energi darimu, dan kita tidak tahu apakah itu akan berhasil.” “Aku harus mencoba,” jawab Liam dengan tegas. “Kalau tidak, mereka akan terus menyalahkan kita.” Ra
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Pelatihan terakhir

Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Di tanah kosong di pinggir hutan, Rafael berdiri dengan tongkat kayunya yang baru, mengawasi Elena dan Liam yang sedang beristirahat di bawah pohon. Matanya tajam, penuh tekad, karena ia tahu waktu mereka semakin menipis. “Kita tidak punya banyak waktu,” katanya, memecah keheningan. “Azariel semakin kuat, dan jika kita tidak siap, kita tidak akan bertahan.” Liam memandang Rafael dengan rasa cemas. “Tapi aku masih belum mengerti sepenuhnya bagaimana menggunakan kekuatanku. Aku bahkan tidak tahu kapan cahaya itu akan muncul.” “Itulah gunanya pelatihan,” jawab Rafael tegas. “Kekuatanmu tidak akan datang begitu saja. Kau harus belajar mengendalikannya, memanggilnya saat kau membutuhkannya, bukan hanya saat kau terdesak.” Elena bangkit, merapikan jaketnya. “Bagaimana dengan aku? Aku tidak punya kekuatan seperti kalian. Apa yang bisa aku lakukan?” Rafael memandang Elena, matanya melembut. “Kau punya keberanian, Elena. Itu saja suda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Komunitas yang kehilangan harapan

Angin gurun menerpa wajah Rafael saat ia melangkah mendekati desa kecil yang tampak lusuh di kejauhan. Pagar kayu di sekeliling desa tampak miring, beberapa bagian telah runtuh, dan pintu gerbangnya hanya tergantung pada satu engsel yang berkarat. Aroma debu bercampur dengan abu memenuhi udara, memberi tanda bahwa tempat ini pernah dilanda api, baik secara fisik maupun metafora. Saat Rafael melangkah melewati gerbang, suasana sunyi menyelimuti. Tak ada suara anak-anak bermain atau penduduk bercakap-cakap, hanya keheningan yang menusuk hati. Di sepanjang jalan utama, rumah-rumah berdiri setengah runtuh, dan dari balik jendela-jendela gelap, mata-mata penuh kecurigaan mengintai. **** “Siapa kau?” suara seorang pria tua tiba-tiba memecah keheningan. Ia muncul dari balik pintu sebuah rumah kecil, tongkat kayunya bergetar di tangan. Matanya tajam, penuh ketakutan dan kewaspadaan. “Aku Rafael,” jawabnya dengan nada lembut, menurunkan tongkat kayunya sebagai tanda damai. “Aku di sini
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Bayangan ditengah malam

Malam di desa terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut mulai merayap dari hutan, menutupi jalanan dan bangunan yang sudah rusak. Api unggun di tengah alun-alun tetap menyala, tetapi penduduk desa berkumpul lebih dekat, merasakan kehadiran sesuatu yang tak terlihat namun mematikan. Rafael berdiri di tepi lingkaran cahaya, matanya memandang ke arah hutan. Suara gemerisik dari pepohonan terdengar semakin keras, dan kemudian, suara itu datang—nyanyian lembut yang melodius, tetapi menyeramkan. Suara itu merayap ke dalam pikiran, membangkitkan rasa takut dan kesedihan yang mendalam. “Itu mereka,” bisik seorang wanita tua, matanya membelalak karena ketakutan. “Makhluk-makhluk itu... mereka kembali.” Penduduk desa mulai gelisah. Beberapa di antara mereka memegang kepala mereka, seolah-olah suara itu menusuk pikiran mereka. Seorang pria muda berdiri, matanya kosong. “Aku harus pergi,” gumamnya, langkahnya mulai mengarah ke hutan. “Tidak!” teriak seorang wanita, mencoba menariknya kembal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Melawan sirine malam

Angin malam membawa keheningan yang aneh setelah bayangan makhluk kegelapan sirna, namun Rafael tahu bahwa ancaman sesungguhnya belum berakhir. Di kejauhan, suara nyanyian Sirene Malam bergema lagi, jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Suara itu merayap ke dalam pikiran seperti racun, meruntuhkan pertahanan mental dan menciptakan rasa takut yang mencekam. Penduduk desa berkumpul di sekitar api unggun, memeluk satu sama lain dengan tubuh gemetar. Nyanyian itu membuat mereka menangis, memunculkan kenangan pahit yang terkubur dalam hati mereka. “Kami tidak bisa melawan ini,” bisik seorang wanita. “Suara itu... terlalu kuat.” Rafael berdiri di depan mereka, tongkatnya bersinar lembut. “Kalian tidak harus melawan sendirian,” katanya dengan nada tegas. “Fokuslah pada cahaya. Jangan biarkan suara itu menguasai kalian.” Rafael tahu bahwa ia harus menemukan sumber nyanyian itu sebelum semuanya menjadi lebih buruk. Ia memandang ke arah hutan gelap di pinggir desa. “Aku akan pergi ke sana
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Memulihkan harapan

Pagi menyingsing di desa kecil itu, menyapu kabut malam yang sebelumnya melingkupi. Matahari pertama kali muncul seperti embusan napas setelah berhari-hari tenggelam dalam kegelapan. Api unggun di tengah alun-alun masih menyala, simbol bahwa harapan mereka belum sepenuhnya padam. Penduduk desa mulai keluar dari rumah-rumah mereka, memandang sekitar dengan mata yang masih dipenuhi rasa tidak percaya. Beberapa dari mereka tampak ragu untuk melangkah, sementara yang lain hanya berdiri diam, mengamati sisa-sisa kegelapan yang ditinggalkan oleh Sirene Malam. Rafael berdiri di tengah alun-alun, tongkatnya tergantung di sisinya. Luka kecil menghiasi lengannya, tetapi ia tidak menunjukkan rasa sakit. Matanya menatap penduduk desa dengan lembut, mencoba membaca keraguan dan ketakutan yang masih membayangi hati mereka. “Kita telah mengusir kegelapan malam ini,” kata Rafael, suaranya memecah keheningan. “Tetapi perjuangan kita belum selesai. Kita harus membangun kembali desa ini—dan juga ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Ancaman yang mendekat

Langit pagi cerah ketika Rafael meninggalkan desa. Kabut yang sebelumnya melingkupi jalan setapak telah memudar, tetapi hawa dingin tetap bertahan, seolah mengingatkan bahwa kegelapan belum sepenuhnya pergi. Dengan tongkat kayunya tergantung di tangan, ia berjalan perlahan, pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan tentang langkah Azariel selanjutnya. “Dia tidak akan tinggal diam setelah ini,” gumamnya pada dirinya sendiri. Ia tahu bahwa kekalahan Sirene Malam hanyalah gangguan kecil bagi Azariel. Ada sesuatu yang lebih besar sedang direncanakan. Saat ia melangkah lebih jauh ke dalam hutan, suara angin yang berdesir terdengar seperti bisikan samar. Rafael berhenti, memperhatikan sekeliling dengan waspada. Udara di sekitarnya tiba-tiba terasa berat, dan hawa dingin semakin menusuk. “Dia mengawasiku,” pikir Rafael, matanya menyipit. Langkah Rafael terhenti di sebuah sungai kecil di hutan. Di sana, bayangan aneh bergerak di antara pepohonan, seolah mengikuti setiap gerakanny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status