Perut Jaima terasa begitu sakit, mulasnya sampai membuat dia bahkan tidak bisa duduk dengan nyaman. Rasa sakit yang belum pernah dia rasakan, dia terus meringis. Selama perjalanan Noah berada di sampingnya, sumpah mati Jaima berusaha untuk tidak mencengkram tangan pria itu.Namun refleknya berkata lain, dia mencengkram dengan kencang lengan pria itu sambil terus melenguh kesakitan.“Benar dokter, air ketubannya sudah pecah.” Suara Imas terdengar, menelepon dokter yang menangani Jaima. Dia berusaha menghubungi Hasbi namun belum ada jawaban.“Jaima, Jaima, kamu pasti baik-baik saja.” Noah menatap Jaima dengan wajah khawatir, dia menggenggam balik tangan yang terus mencengkramnya dengan kuat.“Maaf, tapi ini begitu menyakitkan…” Ujar wanita itu dengan keringat mengucur dari kepala sambil menutup mata.Perjalanan memakan waktu cukup lama, dan dalam jangka waktu itu juga Jaima meringis dan menangis di dalam mobil. Noah berada disana, mengepal jari jemari Jaima, bahkan mengelap keringat. Or
Terakhir Diperbarui : 2024-12-17 Baca selengkapnya