Home / Romansa / SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of SEBATAS ISTRI CADANGAN SANG TUAN: Chapter 41 - Chapter 50

77 Chapters

BAB 41

Suasana rumah begitu sepi, memang begitulah biasanya. Tanpa mertuanya ada di rumah, tidak ada orang membentak Jaima tanpa sebab, tidak ada orang yang berteriak melengking memanggil namanya hanya untuk dimarahi. Tidak ada yang mengomelinya karena berlalu-lalang di dalam rumah dan berjalan di taman.Ibu mertuanya masih menikmati liburannya, Imas bilang dia akan kembali kemungkinan dalam dua bulan lagi. Sampai saat itu tiba, Jaima ingin menikmati masa dimana ia mengasuh Rama tanpa ada gangguan.Setiap malam, Jaima terbangun dua jam sekali untuk menyusui Rama dan biasanya ia kembali ke kamarnya sendiri. Setelah apa yang terjadi antara dia dan Hasbi, mereka tidur terpisah. Hasbi tidak lagi menginjakkan kaki ke kamarnya sejak saat itu. Percakapan mereka hanya berputar di sekitar Rama.“Bagaimana tidurnya Rama?”“Bagaimana harinya Rama?”Semuanya terkesan biasa saja.Ini sudah satu bulan semenjak Rama lahir, hari ini waktunya dia untuk kembali ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan serta vaksin. D
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

BAB 42

Tanpa sadar Hasbi melepaskan genggaman tangan itu untuk kedua kalinya, dia berlari memeluk tubuh kecil Tanaya. Dia bisa merasakan bagaimana tubuh ramping itu masuk dalam sekali dekapan, harum yang begitu familiar menguar di hidungnya.“Tanaya..” Bisiknya pelan, pikirannya mengabur sesaat.Perasaannya melihat Tanaya begitu campur aduk. Terhitung sudah satu bulan lebih wanita itu mendiamkannya, menjauhinya.“Hasbi..”Tubuhnya terperanjat tatkala dia mendengar suara Tanaya berada di telinganya, dia menangkup wajah tirus itu dan memandang wanita itu dalam-dalam.“Saya masuk duluan..” Dan suara Jaima yang berasal dari belakang punggungnya menyadarkan Hasbi, dia menoleh dan mendapati Jaima menunduk di dalam pelukan wanita itu si bayi tertidur pulas.Hasbi menatap punggung Jaima yang menjauh namun tubuhnya tidak mampu bergerak untuk mengejar wanita itu, tatapan Tanaya menghentikan akal sehatnya. Dia berusaha menyembunyikan perasaannya yang campur aduk dan mengalihkannya pada Tanaya.“Kamu ak
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

BAB 43

Jaima masuk ke dalam rumah tanpa sekalipun berbalik ke belakang, Imas menyambutnya. Membawakan tas berisi keperluan Rama. Tanpa suara wanita itu hanya menaiki tangga demi tangga menuju lantai tiga.“Nyonya biar saya bantu..” Imas mencoba membuka topik pembicaraan, berusaha melepaskan gendongan Rama namun Jaima menolaknya.“Sudah sejak tadi dia disini?”Imas mengalihkan pandangannya, menatap nyonya mudanya yang kini menidurkan Rama dalam boks bayi. Anak itu tertidur setelah menangis karena vaksin.“Ya.. Nona Tanaya menunggu tuan muda pulang di taman.”Jaima tidak langsung menanggapi jawaban Imas, dia lebih memilih menatap Rama dalam diam. Imas meninggalkan nyonya mudanya, memberikan ruang se
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

BAB 44

Imas menatap nyonya mudanya, pemandangan yang beberapa hari terakhir selalu dia lihat di pagi hari. Wajah yang kusam, tubuh yang lesu, lengkungan mata mencekung dan menghitam. Belum lagi terkadang mata itu terlihat sembab.Nyonya muda pasti menangis, pikirnya.Hal itu terus berulang sejak pembicaraan nyonya mudanya dengan si tuan muda. Imas tidak mencuri dengar namun dia yakin percakapan itulah yang membuat si nyonya muda terlihat begitu kusut.“Nyonya..” Imas memanggil si nyonya muda yang tengah terkantuk-kantuk di kursi goyang dengan tangan yang memeluk si kecil Rama. Rambut panjangnya yang tergerai itu jatuh tepat diatas wajah si kecil, yang untungnya, tengah tertidur dengan pulas.“Ah, Imas, sudah data
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

BAB 45

Segala rentetan kecantikan yang berlangsung begitu lama dan memakan waktu sudah Jaima selesaikan. Beruntungnya, Rama adalah bayi paling baik sedunia. Dia tidak menangis dan rewel meskipun tidur di ruang tunggu salon, dia juga tidak menangis ketika Imas maupun orang lain menggantikan Jaima memberikan susu. Tangisannya tidak lama dari sepuluh menit, jika dia mendapatkan apa yang dia inginkan, tangisnya mereda.Semua pegawai memuji betapa Rama menjadi bayi paling berbudi yang pernah mereka temui.Jaima tersenyum mendengarnya, Rama seperti mengerti apa yang tengah ia hadapi dan memakluminya. Dokter melarang Rama ikut bepergian terlalu sering, jadi untuk seminggu ke depan Jaima tidak akan membawanya pergi ke acara-acara. Lagipula, Rama masih terlalu kecil.“Nyonya, sudah selesai?” Imas mendekati Jaima yang te
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

BAB 46

Jaima sudah berjalan mengelilingi ruang pesta yang begitu besar, Hasbi memperkenalkannya ke beberapa petinggi Mahatma Group. Banyak yang memuji betapa cantiknya dia meskipun baru saja melahirkan. Ucapan selamat dan pujian yang tidak henti menghujani Jaima membuatnya sedikit tidak nyaman.Pandangan mereka dengan ucapan baik yang keluar dari mulut terasa begitu berbeda dan tidak nyata. Mereka hanya tengah menarik simpati Hasbi.“Ini..” Hasbi menyerahkan segelas air pada Jaima yang kini sedang berdiri agak jauh dari hiruk pikuk pesta, kakinya terasa pegal. Meskipun hari ini dia tidak mengenakkan heels yang tinggi, tetap saja kakinya belum terbiasa dengan hal-hal seperti ini.Jaima meneguk air mineral yang diberikan Hasbi padanya, pandangannya berkeliling pada setiap sudut ruang pesta.  Orang-orang yang
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

BAB 47

Tangan Hasbi bergetar di pergelangan tangan Jaima, tangan besar itu tidak lagi mencengkramnya dengan kuat. Pria itu membawanya masuk ke dalam kamar, menelepon petugas hotel untuk membawakan antiseptik dan lain-lain.Jaima masih terdiam mengamati perilaku Hasbi. Pria itu mengecek kaki Jaima, kelingking wanita itu terlihat berdarah karena ketika salah satu heelsnya copot Hasbi terus menariknya keluar dari dalam ruang pesta.Pintu kamar terdengar diketuk, dengan segera pria itu membuka pintu. Salah satu petugas hotel memberikan dia kotak P3K dengan wajah khawatir, petugas itu menawarkan diri untuk membantu namun Hasbi menolak dengan segera.Dia kembali menghampiri Jaima yang masih menatapnya, mengikuti setiap gerak langkah pria itu.“Mungkin agak sedikit sakit..&rdquo
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

BAB 48

Rama menangis kecil, buru-buru Hasbi mendatangi bayi itu dan mengambilnya, mendekapnya dengan perlahan. Dia juga membawa selimut Rama, anak itu dia bungkus di dalam selimut. Sekarang dia sedang duduk di sebelah Jaima dengan Rama di gendongannya.Jaima tersenyum kecil.Pria itu benar-benar memainkan peran bapak dengan sangat baik.“Kau bisa mulai bercerita, mungkin Rama juga ingin mendengarnya..” Kata Hasbi sambil mengelus punggung Rama yang kembali tertidur di dalam dekapannya.“Hmm, mungkin ceritaku akan membuat mood malam ini sedikit menyedihkan.”Hasbi mengangkat kedua bahunya, “Tidak masalah.”Jaima menatap pria itu sebentar, kini dia melemp
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

BAB 49

Apa yang terjadi di pesta malamnya menjadi masalah baru di keluarga Mahatma, sejak pagi Imas sudah pergi meninggalkan kamar karena harus menghadiri rapat para asisten pribadi.Hasbi datang ke kamar Jaima setelahnya, mengatakan pada wanita itu untuk kembali ke rumah. Untuk sementara, jadwal Jaima menghadiri pesta dan kepentingan lainnya kembali dibekukan. Sepanjang perjalanan Jaima mulai khawatir, dia takut Imas ataupun Hasbi terkena imbas dari masalah yang terjadi.Dilain sisi, Hasbi juga mendapat tekanan yang sama.Grup chat keluarganya dipenuhi dengan banyak keluhan mengenai apa yang terjadi, mereka menanyakan alasannya karena Rei sendiri tidak menjelaskan apapun.“Hari ini rapat akan digelar, sesuai keinginan nyonya besar.” Arianti berkata, melirik Hasbi dari kaca spion tengah. Mereka dalam perjalanan menuju kantor pagi ini.Hasbi memijat keningnya, “Aku pikir kau pergi mengikuti rapat para asisten pribadi.” Helaan napas terdengar setelah kalimatnya.“Saya akan diberitahukan hasiln
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

BAB 50

Seperti dugaan Hasbi, rapat kali ini benar-benar panjang dan melelahkan. Berawal dari pembicaraan mengenai perusahaan kemudian ke masalah keluarga, mungkin ada baiknya untuk tidak membangun sebuah perusahaan dengan keluarga sendiri.Menyebalkan.Beberapa tetua mengomentari sikap Hasbi yang dinilai tidak sopan, Hasbi sendiri sudah menjelaskan alasan kenapa dia menyerang Rei. Namun, tetua tidak peduli. Yang mereka garisbawahi hanyalah fakta bahwa Hasbi menyerang duluan.“Aku cuma bercanda, oke? Aku gak akan benar-benar memakai istrimu.” Rei yang berada di ruang rapat menatap Hasbi, wajahnya masih terlihat membiru di beberapa bagian. Dia mengikuti rapat ini karena Rei bagian dari Kepala Manager di Mahatma Group.“Sebenarnya tidak perlu ada pertengkaran, kamu bisa saja memberikan peringatan pada Rei. Kamu bukan seorang preman yang menggunakan tinju.”Hasbi mengepalkan tangannya di bawah meja, kepalanya masih menunduk ke bawah. Dia bahkan tidak ingin melihat orang-orang di depannya dan tid
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status