Tanpa sadar Hasbi melepaskan genggaman tangan itu untuk kedua kalinya, dia berlari memeluk tubuh kecil Tanaya. Dia bisa merasakan bagaimana tubuh ramping itu masuk dalam sekali dekapan, harum yang begitu familiar menguar di hidungnya.“Tanaya..” Bisiknya pelan, pikirannya mengabur sesaat.Perasaannya melihat Tanaya begitu campur aduk. Terhitung sudah satu bulan lebih wanita itu mendiamkannya, menjauhinya.“Hasbi..”Tubuhnya terperanjat tatkala dia mendengar suara Tanaya berada di telinganya, dia menangkup wajah tirus itu dan memandang wanita itu dalam-dalam.“Saya masuk duluan..” Dan suara Jaima yang berasal dari belakang punggungnya menyadarkan Hasbi, dia menoleh dan mendapati Jaima menunduk di dalam pelukan wanita itu si bayi tertidur pulas.Hasbi menatap punggung Jaima yang menjauh namun tubuhnya tidak mampu bergerak untuk mengejar wanita itu, tatapan Tanaya menghentikan akal sehatnya. Dia berusaha menyembunyikan perasaannya yang campur aduk dan mengalihkannya pada Tanaya.“Kamu ak
Jaima masuk ke dalam rumah tanpa sekalipun berbalik ke belakang, Imas menyambutnya. Membawakan tas berisi keperluan Rama. Tanpa suara wanita itu hanya menaiki tangga demi tangga menuju lantai tiga.“Nyonya biar saya bantu..” Imas mencoba membuka topik pembicaraan, berusaha melepaskan gendongan Rama namun Jaima menolaknya.“Sudah sejak tadi dia disini?”Imas mengalihkan pandangannya, menatap nyonya mudanya yang kini menidurkan Rama dalam boks bayi. Anak itu tertidur setelah menangis karena vaksin.“Ya.. Nona Tanaya menunggu tuan muda pulang di taman.”Jaima tidak langsung menanggapi jawaban Imas, dia lebih memilih menatap Rama dalam diam. Imas meninggalkan nyonya mudanya, memberikan ruang se
Imas menatap nyonya mudanya, pemandangan yang beberapa hari terakhir selalu dia lihat di pagi hari. Wajah yang kusam, tubuh yang lesu, lengkungan mata mencekung dan menghitam. Belum lagi terkadang mata itu terlihat sembab.Nyonya muda pasti menangis, pikirnya.Hal itu terus berulang sejak pembicaraan nyonya mudanya dengan si tuan muda. Imas tidak mencuri dengar namun dia yakin percakapan itulah yang membuat si nyonya muda terlihat begitu kusut.“Nyonya..” Imas memanggil si nyonya muda yang tengah terkantuk-kantuk di kursi goyang dengan tangan yang memeluk si kecil Rama. Rambut panjangnya yang tergerai itu jatuh tepat diatas wajah si kecil, yang untungnya, tengah tertidur dengan pulas.“Ah, Imas, sudah data
Segala rentetan kecantikan yang berlangsung begitu lama dan memakan waktu sudah Jaima selesaikan. Beruntungnya, Rama adalah bayi paling baik sedunia. Dia tidak menangis dan rewel meskipun tidur di ruang tunggu salon, dia juga tidak menangis ketika Imas maupun orang lain menggantikan Jaima memberikan susu. Tangisannya tidak lama dari sepuluh menit, jika dia mendapatkan apa yang dia inginkan, tangisnya mereda.Semua pegawai memuji betapa Rama menjadi bayi paling berbudi yang pernah mereka temui.Jaima tersenyum mendengarnya, Rama seperti mengerti apa yang tengah ia hadapi dan memakluminya. Dokter melarang Rama ikut bepergian terlalu sering, jadi untuk seminggu ke depan Jaima tidak akan membawanya pergi ke acara-acara. Lagipula, Rama masih terlalu kecil.“Nyonya, sudah selesai?” Imas mendekati Jaima yang te
Jaima sudah berjalan mengelilingi ruang pesta yang begitu besar, Hasbi memperkenalkannya ke beberapa petinggi Mahatma Group. Banyak yang memuji betapa cantiknya dia meskipun baru saja melahirkan. Ucapan selamat dan pujian yang tidak henti menghujani Jaima membuatnya sedikit tidak nyaman.Pandangan mereka dengan ucapan baik yang keluar dari mulut terasa begitu berbeda dan tidak nyata. Mereka hanya tengah menarik simpati Hasbi.“Ini..” Hasbi menyerahkan segelas air pada Jaima yang kini sedang berdiri agak jauh dari hiruk pikuk pesta, kakinya terasa pegal. Meskipun hari ini dia tidak mengenakkan heels yang tinggi, tetap saja kakinya belum terbiasa dengan hal-hal seperti ini.Jaima meneguk air mineral yang diberikan Hasbi padanya, pandangannya berkeliling pada setiap sudut ruang pesta. Orang-orang yang
Tangan Hasbi bergetar di pergelangan tangan Jaima, tangan besar itu tidak lagi mencengkramnya dengan kuat. Pria itu membawanya masuk ke dalam kamar, menelepon petugas hotel untuk membawakan antiseptik dan lain-lain.Jaima masih terdiam mengamati perilaku Hasbi. Pria itu mengecek kaki Jaima, kelingking wanita itu terlihat berdarah karena ketika salah satu heelsnya copot Hasbi terus menariknya keluar dari dalam ruang pesta.Pintu kamar terdengar diketuk, dengan segera pria itu membuka pintu. Salah satu petugas hotel memberikan dia kotak P3K dengan wajah khawatir, petugas itu menawarkan diri untuk membantu namun Hasbi menolak dengan segera.Dia kembali menghampiri Jaima yang masih menatapnya, mengikuti setiap gerak langkah pria itu.“Mungkin agak sedikit sakit..&rdquo
Rama menangis kecil, buru-buru Hasbi mendatangi bayi itu dan mengambilnya, mendekapnya dengan perlahan. Dia juga membawa selimut Rama, anak itu dia bungkus di dalam selimut. Sekarang dia sedang duduk di sebelah Jaima dengan Rama di gendongannya.Jaima tersenyum kecil.Pria itu benar-benar memainkan peran bapak dengan sangat baik.“Kau bisa mulai bercerita, mungkin Rama juga ingin mendengarnya..” Kata Hasbi sambil mengelus punggung Rama yang kembali tertidur di dalam dekapannya.“Hmm, mungkin ceritaku akan membuat mood malam ini sedikit menyedihkan.”Hasbi mengangkat kedua bahunya, “Tidak masalah.”Jaima menatap pria itu sebentar, kini dia melemp
Apa yang terjadi di pesta malamnya menjadi masalah baru di keluarga Mahatma, sejak pagi Imas sudah pergi meninggalkan kamar karena harus menghadiri rapat para asisten pribadi.Hasbi datang ke kamar Jaima setelahnya, mengatakan pada wanita itu untuk kembali ke rumah. Untuk sementara, jadwal Jaima menghadiri pesta dan kepentingan lainnya kembali dibekukan. Sepanjang perjalanan Jaima mulai khawatir, dia takut Imas ataupun Hasbi terkena imbas dari masalah yang terjadi.Dilain sisi, Hasbi juga mendapat tekanan yang sama.Grup chat keluarganya dipenuhi dengan banyak keluhan mengenai apa yang terjadi, mereka menanyakan alasannya karena Rei sendiri tidak menjelaskan apapun.“Hari ini rapat akan digelar, sesuai keinginan nyonya besar.” Arianti berkata, melirik Hasbi dari kaca spion tengah. Mereka dalam perjalanan menuju kantor pagi ini.Hasbi memijat keningnya, “Aku pikir kau pergi mengikuti rapat para asisten pribadi.” Helaan napas terdengar setelah kalimatnya.“Saya akan diberitahukan hasiln
Ini sudah seminggu semenjak terakhir Jaima melihat Hasbi. Entah kenapa pria itu selalu tidak pernah ada di rumah setelah kepulangannya terakhir bersama Tanaya.Jaima bertanya pada Imas apakah Hasbi mendatangi kamar Rama ketika dia tidak ada, tapi Imas bilang pria itu sama sekali tidak menghampirinya. Foto yang diunggah di sosial media Hasbi semuanya stok foto lama mereka. Jaima jadi bertanya-tanya apakah pria itu akan kembali fokus pada Tanaya?Jaima tidak masalah jika tidak diperhatikan, tapi, bukankah Rama perlu perhatiannya?Dia tidak mengerti dengan perubahan Hasbi yang terlalu mendadak.Jaima berjalan dari dalam kamarnya menuju kamar Rama, suasana rumah seperti biasa heningnya. Beberapa hari lalu ibu mertuanya pergi ke Guam untuk menghadiri sebuah acara, mertuanya a
“Semua yang harus aku tanda tangani sudah kulakukan, untuk pemberkasan pinjaman kemungkinan besar selain permintaan Mahatma yang lainnya akan kuserahkan pada bawahan lain.” Noah menatap layar laptopnya, dia tengah berada di hotel untuk beberapa hari ke depan karena Piacevole tengah membuka toko baru.Toko perhiasan yang sudah ditunggu oleh orang-orang Indonesia itu akhirnya menandatangani kesepakatan dengan Piacevole.Dia melakukan rapat daring dengan beberapa bawahan serta sang kakek.Permasalahan di dalam BMG benar-benar membuat seluruh orang fokus pada BANK terlebih dahulu, rayap-rayap yang diduga ada di dalam lebih dari lima orang di beberapa cabang. Mereka tengah mengumpulkan bukti apakah Mahatma terkait dengan hal itu atau tidak.“Bagaimana dengan
Hasbi menatap ponselnya sekali lagi, siang ini ketika dia keluar dari kamar bersama Tanaya dia tidak menemukan Jaima dimanapun. Arianti memberitahunya kalau wanita itu tengah menghadiri acara sosial di Piacevole.Tidak ada pesan dari Jaima yang memberitahukan kalau wanita itu membawa Rama bersamanya. Biasanya wanita itu akan menghubunginya untuk meminta bantuan menjaga si kecil karena dia harus menghadiri acara sosial.Hasbi menghela napas.Wanita itu mungkin sudah tahu kalau malam tadi Hasbi menghabiskannya bersama Tanaya.Dia memijat keningnya sekarang, rasa bersalah kembali menjalar di dalam dadanya.Apakah dia seharusnya meminta maaf?“Ah, sialan.. Kenapa juga aku harus minta maaf?” Tanpa sadar dia menggumamkan kalimat itu, membuat Arianti menoleh.“Maksud tuan muda?”Hasbi menggeleng pelan, mengalihkan wajahnya karena merasa sudah melakukan hal bodoh. Dia terlalu khawatir sampai semua yang dia pikirkan tidak sengaja keluar dari mulutnya begitu saja.“Apa…” Hasbi menjeda kalimatny
Jaima tidak keluar dari kamar semenjak pagi, Imas memberitahunya kalau kedua orang tersebut belum keluar sama sekali dari dalam kamar sampai tengah hari. Untungnya Jaima sudah pergi untuk menghadiri beberapa acara sosial, dia membawa Rama bersamanya.Biasanya, dia menitipkan Rama pada Hasbi untuk menghadiri acara sosial yang ramai.Dia tidak ingin bertemu dengan Hasbi atau berpura-pura semuanya baik-baik saja karena dia sedang merasa tidak baik-baik saja.“Nyonya bisa berdiri di sebelah sana..” Imas memberikan arahan pada Jaima.Hari ini acara sosial diselenggarakan di sebuah Mall bernama, Peacevole. Jaima mengenakkan gaun pendek yang warnanya serupa dengan jas lucu yang dipakai oleh Rama, secara dadakan Rama juga dikenakan jas karena tiba-tiba diajak olehnya
Hasbi terbangun dengan terkejut saat mendapati Tanaya berada di sampingnya, tertidur. Dia bisa melihat beberapa titik merah dibawah leher Tanaya, keadaan seperti ini seharusnya adalah pemandangan yang biasa untuknya.Dulu.Tapi kali ini dia merasa benar-benar bersalah, dia tidak berpikir akan melakukan hubungan seks lagi dengan Tanaya. Mengurut apa yang terjadi semalam, dia merasa pergi ke apartemen mereka dan bicara.Ya, mereka bicara sambil minum alkohol seperti biasa.Tapi, kenapa?Hasbi mengacak rambutnya sendiri, ketika dia turun dari kasur kondom bekas pakai berserakan di lantai. Entah berapa kali mereka melakukannya, jam sudah menunjukkan pukul tengah hari.“Jaima..&r
Jaima tidak tahu rasanya dicintai.Dia tidak tahu apa itu mencintai.Sepanjang hidupnya, dia hanya berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan dia dan ibunya. Ibunya yang ketika dia beranjak dewasa berubah menjadi orang lain, tidak bisa membuatnya merasa dicintai.Dia tidak tahu bagaimana rasanya seorang ibu memanjakan anaknya, dia tidak tahu rasanya bagaimana dimanjakan seorang ibu. Dia sudah lupa apakah masakan ibunya enak, dia sudah lupa bagaimana ibunya memanggil namanya, bagaimana ibunya menyentuhnya, bagaimana ibunya mengelus puncak kepalanya.Yang dia ingat hanyalah bagaimana ibunya membentak, memarahinya dengan kata-kata kasar dan sesekali memukulnya ketika ibunya sedang dalam episode. Jaima merasa sudah terbiasa diperlakukan tidak baik, bahkan di tempat kerja.
Ada kalanya Jaima ingin bertanya ketika Hasbi bersikap baik padanya. Apakah itu bagian dari sandiwara untuk sosial media atau itu adalah dirinya sendiri? Tapi, dia yakin jawaban paling masuk diakal adalah karena sosial media.Enam bulan setelah kelahiran Rama, publik berbalik menyenangi mereka berdua. Apa yang diusahakan oleh tim legal membuahkan hasil. Sosial media memanglah jalan yang paling tepat untuk memamerkan hal yang tidak mungkin.Hasbi sering mengunggah bagaimana perkembangan Rama, dia juga mengunggah bagaimana ia bergantian mengasuh Rama dengan Jaima. Hal itu mendapatkan respon positif dari publik, mereka semua menyukai sikap Hasbi yang lembut dan perhatian.“Tatapan mata tidak bisa bohong, dia jatuh cinta pada wanita itu.”“Dela
Rentetan Jadwal Jaima yang tidak masuk diakal terus berlanjut bahkan setelah enam bulan kelahiran Rama, ibu mertuanya tidak pernah sekalipun memberikan dia kelonggaran. Setiap pesta harus dia datangi bahkan terkadang sehari dua pesta Jaima datangi.Dia merasa berat melakukan hal itu, tapi sekali lagi Jaima tidak bisa melawan. Ini semua sudah kewajibannya sebagai seorang menantu Mahatma Group.Ketika pertama kali melakukannya, Jaima merasa canggung dan bahkan dia tidak tahu harus bersosialisasi bagaimana. Namun, setelah lama menjalani kehadiran pesta ini dia jadi terbiasa. Dia bertemu dengan banyak orang yang menurutnya hebat dan menginspirasi.Dia tidak segan bertanya banyak hal.Dari situ pula dia tahu kalau Mahatma Group dan Sadawira Group adalah partner kerja juga pes
6 BULAN KEMUDIANTidak ada yang lebih Hasbi inginkan selain memiliki keluarga kecilnya sendiri. Semua itu dia impikan semenjak pertemuan pertamanya dengan Tanaya, semenjak wanita itu akhirnya menerima pertunangan mereka dan menjalin hubungan.Namun nyatanya, Tanaya selalu menolak untuk melangkah lebih jauh lagi. Penolakan demi penolakan selalu didapat Hasbi sehingga dia menyerah, mencoba melupakan impiannya untuk membangun keluarga. Dia merasa kalau Tanaya saja cukup, atau tidak apa-apa untuk menunggu lebih lama lagi.Tidak ketika dia akhirnya bertemu Jaima, meskipun berawal dari hal tidak terduga tapi Jaima memberikan apa yang selalu dia dambakan.“Bha! Bha!” Rama mengeluarkan suaranya lagi.Ini sudah bulan keenam setelah kel