Semua Bab Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta: Bab 211 - Bab 220

268 Bab

Bab 211

Elle masih merintih pelan, tubuhnya gemetar hebat. Tangannya yang mungil mencoba sedikit untuk menggerakkan tubuhnya, tetapi ikatan di pergelangan tangannya terlalu erat. Rasa sakit menjalar di kulitnya yang lembut. Ketakutannya semakin menggebu saat terdengar jelas suara auman harimau dari kejauhan. “Hah... Ibu... Ayah...” Elle ingin menangis lebih keras, ingin memanggil ayah dan ibunya, tetapi suaranya tersangkut di tenggorokan. Matanya yang tertutup kain gelap membuat segalanya terasa lebih menakutkan lagi. Tiba-tiba, langkah kaki terdengar mendekat. Ada seseorang di sana, berjalan pelan di atas dedaunan yang kering. “Eh, kok ada anak di sini? Anak siapa ini?” batinnya, kebingungan. Pria paruh baya dengan janggut tipis dan pakaian sederhana itu berhenti ketika matanya menangkap sesosok kecil di tanah. Awalnya, ia mengira itu hanyalah sisa mangsa binatang buas, tapi setelah memperhatikan l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Bab 212

Poster wajah Elle terpampang di mana-mana, di media sosial, televisi, bahkan di jalanan juga ada. “Dicari, anak hilang. Marielle Jenn William, 3,5 tahun. Ciri-cirinya...” bunyi poster itu. Setiap sudut kota kini dihiasi dengan foto bocah perempuan bermata bulat itu. William telah mengerahkan segala cara, menawarkan hadiah 500.000 dolar bagi siapa saja yang bisa menemukan putrinya nanti. Namun, meskipun pencarian terus berlanjut, hasilnya masih nihil hingga saat ini. Di kediaman William. Emily duduk di tepi ranjang, tubuhnya lemas tanpa tenaga. Matanya sembab, air mata terus mengalir tanpa bisa dihentikan. Sejak dua hari yang lalu, dia telah ikut William mencari ke berbagai tempat, tapi tetap saja tak ada petunjuk yang mengarah pada keberadaan Elle. Dia benar-benar frustrasi. “Elle, sayang…” bisiknya, suaranya bergetar. “Pulanglah ke Ibu… Tolong… Ibu mohon.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Bab 213

Nira tersenyum puas, matanya berbinar saat melihat setumpuk uang di tangannya. Dia tidak peduli pada Elle yang kini terduduk ketakutan di lantai, tubuhnya gemetar di hadapan wanita paruh baya yang baru saja membelinya tanpa Elle pahami. Wanita itu mengamati Elle dengan mata penuh perhitungan. “Cantik sekali… anak seperti ini pasti akan laku dengan harga tinggi, banyak yang akan menawarnya nanti,” gumamnya, jemarinya kasar menyentuh pipi Elle yang berlinang air mata. Elle tersentak, tubuhnya semakin menegang. Tangannya yang mungil menggenggam ujung bajunya erat, seolah berusaha mencari perlindungan yang meyakinkan. “Ayah… Ibu…” isaknya lagi, satu-satunya kata yang mampu keluar dari bibir kecilnya. Nira mendengus dan melipat uang yang baru diterimanya. “Pastikan kau menjualnya dengan harga tinggi! Anak ini tidak boleh murah. Kau lihat sendiri bagaimana penampilannya, kan?” katanya dengan nada serakah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Bab 214

Jun menggenggam erat tubuh kecil Elle dalam pelukannya. Napasnya masih terengah-engah setelah berlari sejauh itu, tapi jelas saja dia tidak bisa berhenti sekarang. Dia harus membawa Elle sejauh mungkin dari tempat itu. Elle menyembunyikan wajahnya di dada Jun, tubuhnya gemetar ketakutan. Jun membelai kepala bocah itu pelan, mencoba menenangkannya. “Maaf, paman tidak bisa mencegah apa yang sudah terjadi tadi. Tenang, Nak. Paman tidak akan membiarkan mereka menyakitimu lagi,” bisiknya. Setelah memastikan dua orang tadi benar-benar pergi, Jun keluar dari dalam hutan. Untung saja dia tahu jalur yang tidak banyak dilewati binatang buas. Jika tidak, mereka bisa saja terjebak dalam bahaya yang jauh lebih besar. Malam semakin larut, dan Jun tahu dia tidak bisa kembali ke rumah. Jika Nira sudah tega menjual Elle, maka dia pasti tidak akan segan-segan untuk melaporkan Jun ke orang-orang itu. “Aku harus membawa ana
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Bab 215

Jun menyeka keringat yang mengalir di wajahnya, napasnya tersengal-sengal setelah dua hari penuh berjalan kaki. Tubuhnya lelah, kakinya nyeri, tapi dia tidak berhenti. Jalanan utama menuju kota sudah di depan mata, sebentar lagi dia bisa menyelamatkan Elle. Elle yang masih dalam gendongannya beberapa kali menunjuk-nunjuk jalan, seolah ingin turun dan berjalan sendiri. Tapi Jun tidak membiarkannya. Gadis kecil itu terlalu lemah, dan dia tidak ingin mengambil risiko. Bukan hanya karena dia merasa bertanggung jawab atas Elle, tetapi juga karena dia sendiri sedang melarikan diri, dari Nira, dari hidupnya yang penuh penderitaan, dan dari orang-orang yang ingin mengambil gadis kecil itu dengan cara yang begitu kejam. Tiba-tiba, suara mesin mobil terdengar dari kejauhan. Jun segera melambaikan tangan, berharap kendaraan itu mau berhenti. Mobil berwarna hitam itu melambat, lalu berhenti di hadapan mereka. Seorang pria dengan j
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Bab 216

William menatap kepalan tangannya yang berdarah setelah memukul dinding dengan keras. Napasnya memburu, dadanya sesak oleh kemarahan dan kepedihan yang tak tertahankan. Sudah berhari-hari Elle menghilang, dan meskipun dua penculik telah berhasil ditangkap, mereka tidak bisa memberikan jawaban yang diinginkan, memuaskan. “Brengsek!” William menggeram, menatap Robert dan James yang baru saja masuk ke ruangan kerja pribadinya. “Kami sudah mengorek informasi dari mereka,” kata James dengan ekspresi serius. “Mereka mengaku hanya menerima perintah dan tidak tahu keberadaan Nona Elle sekarang.” “Tapi mereka menyebut satu nama,” tambah Robert. “Jessica.” William mendongak, rahangnya mengeras. Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan dia? Perempuan itu pasti dalang di balik semua kejadian ini. Namun, karena belum cukup bukti, William juga tidak bisa sembarangan bertindak. “Dimana dia sekarang?” tanya William dengan suara rendah, namun berbahaya. “Kami masih menelusuri jejaknya,”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Bab 217

“Sayang, aku mohon berhentilah seperti ini, ya...” bujuk William kepada Emily. Tidak ada jawaban, Emily hanya diam dan air matanya terus jatuh. Ia tengah menatap tempat tidurnya Elle, berharap bisa mengurangi perasaan dan rindunya. Nihil, yang ada dia semakin merasa rindu, sedih, dan lagi-lagi menyalahkan dirinya sendiri. Andai saja dia mengawasi Elle dengan lebih ketat. Padahal, dia tahu semua orang sudah berusaha untuk mencari keberadaan Elle. Akan tetapi, Emily justru merasa marah setiap kali mendapatkan laporan tentang Elle yang begitu sulit untuk ditemukan. Tuan Xavier juga sudah membantu mencoba mencari sampai ke luar negeri, tapi tidak ada hasil. Sementara Sean dan orang tuanya terus menyebarkan informasi tentang Elle yang menghilang. William hanya bisa menatap istrinya yang nampak begitu menderita. Sebenarnya, dia j
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 218

William dan juga Emily membawa Elle pulang ke rumah. Tidak lupa juga membawa Jun.Di rumah, sudah ada Robert, James, dan juga Azura yang menunggu. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Elle, menunggu di sana juga tidak bisa merasakan tenang sedikitpun.Dokter keluarga juga sudah menunggu untuk memeriksa keadaan Elle. Begitu Emily dan William sampai di rumah, dokter keluarga langsung masuk ke dalam kamarnya Elle untuk memeriksa. Beberapa saat kemudian. Emily hampir pingsan mendengar penjelasan dokter keluarga yang memeriksa keadaan Elle. Tangannya gemetar saat dia mengelus kepala Elle yang masih duduk diam di pangkuannya. Gadis kecil itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun, hanya menatap kosong ke lantai, dan sesekali terlihat takut. William mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. “Kami harus membawanya ke rumah sakit sekarang,” katanya tegas. “Dan setelah itu, ke psikolog terbaik di negara ini.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

Bab 219

Robert dan James berdiri di sudut ruangan, menyaksikan pemandangan di depan mereka tanpa ekspresi. Ruangan bawah tanah yang dingin itu hanya diterangi satu lampu redup, membuat bayangan William tampak semakin menyeramkan. William menekan tongkatnya ke lantai, menatap tajam dua pria yang tergeletak kesakitan. “Aku bisa saja menghabisi kalian sekarang juga,” katanya dengan suara rendah, “tapi itu terlalu mudah. Aku ingin kalian merasakan setidaknya separuh dari apa yang putriku alami. Kalian senang menyiksanya saat itu, kan?” Salah satu pria, yang wajahnya sudah penuh luka dan lebam, mencoba berbicara. “Kami… kami hanya mengikuti perintah…” suaranya hampir tak terdengar, tubuhnya gemetar karena lemah. William mengayunkan tongkatnya, menghantam lutut pria itu, membuatnya berteriak. “Siapa yang memberi perintah untuk kalian? Ini kesempatan terakhir yang aku berikan.” Pria kedua lang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Bab 220

Jessica segera mengambil ponselnya dan menghubungi agen perjalanan yang biasa dia gunakan. Dengan nada tergesa-gesa, dia meminta penerbangan tercepat ke Swiss, bukan lagi sore nanti apalagi besok, bukan lusa, tapi malam ini juga. “Aku butuh tiket first class, penerbangan tercepat. Berapa pun harganya, aku bayar,” katanya tegas. “Bila perlu 15 menit dari sekarang, asal aku terima beres saja.” Petugas di ujung telepon terdiam sejenak sebelum menjawab, “Ada satu penerbangan malam ini, tapi hanya tersisa kursi di kelas bisnis saja.” Jessica mendecakkan lidahnya kesal. Bukan masalah kelas penerbangan yang mengganggunya, tetapi fakta bahwa dia tidak bisa pergi dengan tenang seperti rencananya. “Pesan sekarang juga, bukan nanti malam,” katanya dingin. Setelah menutup telepon, dia segera mengepak barang-barangnya. Koper besar sudah siap, hanya perlu beberapa tambahan kecil. Di tengah persiapan, pikirannya te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
27
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status