All Chapters of Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta: Chapter 231 - Chapter 240

268 Chapters

Bab 231

Azura menyeret tubuh Robert yang terasa berat dengan susah payah ke dalam apartemen pria itu. Untung saja, penjaga gedung mengenal Robert dan bersedia membantunya membuka pintu. Setelah memastikan mereka aman di dalam, penjaga itu pergi untuk kembali pada pekerjaannya. Azura berdiri di tengah ruangan, mengatur napas yang terengah-engah. Ia melirik Robert yang tergeletak di sofa dengan ekspresi yang sinis. “Dasar pria menyebalkan dan menyusahkan,” gumamnya sambil mengusap peluh di dahinya. Ia bersiap untuk pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sesuatu di atas meja. Sebuah ikat rambut berwarna biru tua miliknya. Azura mengerutkan kening, merasa benda itu sangat familiar. Ia mendekat, meraih ikat rambut itu, dan menyadari sesuatu, ini jelas sekali miliknya! Pikiran Azura berputar kembali ke beberapa tahun yang lalu. Saat itu, ia sedang berlatih bela diri di pusat kebugaran at
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 232

Azura memunguti pakaiannya yang jatuh berantakan di lantai. Tangannya gemetar, dadanya terasa sesak, dan perasaannya begitu campur aduk. Dia tidak tahu apakah harus marah, kecewa, atau sedih. Yang jelas, hatinya terasa sangat terluka hingga kata-kata pun rasanya tidak akan cukup untuk mengungkapkannya. Sementara itu, Robert terduduk di sofa dengan wajah yang penuh penyesalan. Matanya menatap Azura yang sibuk merapikan dirinya tanpa sekalipun menoleh ke arahnya. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan, tetapi setiap kata yang terlintas di pikirannya terasa tidak cukup untuk menebus kesalahan yang telah terjadi di antara mereka. “Azura…” suara Robert lirih, hampir seperti bisikan yang pilu. Azura berhenti sejenak, tapi tidak menoleh. “Jangan bicara apapun, Robert. Aku tidak ingin mendengar apa pun kalimat yang keluar dari mulutmu,” ucapnya dengan suara dingin.
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 233

Robert berdiri di depan rumah sederhana itu, tangan mengepal, napasnya tak beraturan. Meski tubuhnya tegap dan wajahnya nyaris tanpa ekspresi, dadanya bergetar hebat. Ini bukan misi biasa. Bukan bisnis, bukan pula medan konflik yang bisa diselesaikan dengan strategi. Ini lebih sulit, memohon restu dari ibu perempuan yang telah dia sakiti jelas lebih rumit dari menyelami palung. Saat pintu dibuka, wajah teduh namun penuh wibawa itu menyambutnya. Ibunya Azura berdiri di ambang pintu, menatap Robert dengan tatapan yang heran. “Nak Robert? Ada apa kau datang ke sini?” tanyanya pelan. Robert menelan ludahnya, menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya dengan penuh tekad. “Saya ingin bicara sebentar, Bi. Ini penting… tentang Azura.” Mereka duduk di ruang tamu. Ibu Azura masih menatap Robert dengan sorot mata yang waspada. “Ada apa dengan Azura? Sejak kemarin dia belum pulang ke rumah, dihubungi juga tidak bis
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 234

Azura duduk di tepi tempat tidur, memeluk lututnya sendiri. Hatinya penuh sesak, tetapi lidahnya kelu. Saat pintu apartemen terbuka, suara langkah kaki Robert membuatnya menegakkan kepala, ia tidak tahu harus bersikap seperti apa kepada pria yang ia anggap brengsek itu. Robert berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh rasa bersalah, namun tetap membawa ketegasan dalam sorot matanya. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya duduk di sofa, sedikit membungkuk, menunjukkan bahwa ia tidak datang dengan ego, melainkan dengan hati yang telah terbuka. “Aku sudah bicara dengan Ibumu,” ucap Robert pelan. “Beliau akhirnya setuju... asalkan aku benar-benar bertanggung jawab atas semuanya. Termasuk atas dirimu, dan masa depan mu.” Azura pun terdiam. “Dan soal Arsen... aku sudah bertemu keluarganya, menjelaskan semuanya. Mereka memang marah, tapi aku juga membawa bukti-bukti tentang masa lalu Arsen. Aku juga me
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 235

Hari itu, langit cerah seolah turut merayakan sebuah kisah baru yang akan segera dimulai. Setelah melewati berbagai luka, kesalahpahaman, kemarahan, dan air mata, akhirnya Robert dan Azura berdiri berdampingan di altar, tepat di tanggal yang seharusnya menjadi milik Arsen sebagai mempelai pria. Robert tampak gagah mengenakan setelan jas berwarna broken white, sementara Azura berdiri anggun dalam balutan gaun pengantin dengan warna senada. Aura ketegasan masih terpancar dari wajahnya, namun sorot matanya tak bisa memungkiri bahwa ada rasa lega dan harapan yang perlahan tumbuh subur di sana. Emily menggenggam tangan William erat, matanya berkaca-kaca melihat kedua orang yang dulu tak pernah bisa akur, kini bersumpah setia di hadapan Tuhan, berjanji untuk selalu bersama dalam suka dan duka. “Siapa sangka? Mereka benar-benar sampai sejauh ini,” bisik Emily pelan. William tersenyum s
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Bab 236

Robert menatap kosong ke arah dinding, seperti sedang menembus waktu, kembali ke masa yang tidak pernah ia ceritakan pada siapa pun sebelumnya. Tangannya yang tadi menggenggam tangan Azura kini mengepal pelan di atas selimut. Lembab karena berkeringat, bahkan di sekujur tubuhnya. “Ada satu kejadian yang tidak pernah bisa aku lupakan,” katanya pelan. “Waktu itu aku baru sebelas 17 tahun. Tuan Louis mendapat ancaman dari sekelompok orang bayaran yang tidak kami kenal. Mereka dikirim oleh saingan bisnis yang ingin menjatuhkan nama baik keluarga besar Tuan Louis.” Azura mengerutkan kening, tubuhnya menegang mendengar cerita Robert yang kini terasa semakin berat, sesak, dan kelam. “Aku dengar teriakannya,” lanjut Robert. “Waktu itu aku sedang belajar di ruang tengah. Saat aku keluar, aku melihat mereka mulai menyerang. Aku… aku hanya anak remaja, aku ketakutan, tapi aku berlari ke arah Tuan Louis dan mencoba menghalau mereka. Aku tidak mau ora
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Bab 237

Emily menjalani kehamilan keduanya dalam suasana yang jauh lebih tenang dan penuh kebahagiaan dibanding kehamilan yang sebelumnya. Kali ini, jelas ia tidak lagi merasa sendirian. William, yang kini sepenuhnya menjadi sosok suami dan ayah yang bertanggung jawab, selalu siaga. Setiap pagi, William tak pernah absen mengelus perut Emily sebelum berangkat kerja, membisikkan kata-kata lembut untuk calon buah hati mereka yang tengah tumbuh di dalam sana. “Jaga Ibu, ya. Ayah pulang akan cepat,” ucapnya sambil mengecup kening Emily. Kehamilan ini benar-benar dirahasiakan dari publik. Mereka belajar dari masa lalu bahwa terkadang, terlalu banyak perhatian dari dunia luar justru membawa ancaman untuk keluarga mereka. Keselamatan keluarga adalah prioritas yang utama. Bahkan dokter yang menangani Emily dipilih dengan sangat selektif, dengan akses yang terbatas dan pengamanan yang super ketat. Sementara itu, Elle yang kini mulai masuk usia sekolah TK menjalani kesehariannya dengan j
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Bab 238

Hari-hari William dan Emily kini terasa jauh berbeda. Kehadiran Greyson Ily William, putra kecil mereka, membawa tantangan baru sekaligus kebahagiaan yang tentunya tidak terukur. Mengurus dua anak tentu saja bukanlah hal yang mudah meskipun aktivitas itu dibantu oleh beberapa pengasuh. Elle yang mulai tumbuh besar butuh perhatian emosional, sementara Greyson masih sangat kecil dan sepenuhnya bergantung pada asi Emily. Namun, di tengah semua itu, keluarga adalah sandaran terkuat yang mereka miliki. Orang tua Emily sering datang untuk membantu, terutama ketika malam-malam tanpa tidur mulai melelahkan. Kadang hanya dengan membawakan makanan atau menemani Elle bermain, mereka sudah membuat segalanya terasa jauh lebih ringan. Emily juga merasa nyaman karena meninggalkan bayinya dengan pengasuh membuat Emily tidak pernah bisa tidur nyenyak. Tak hanya itu, Sean dan Anastasia juga kerap mampir. Mereka ingin memastikan Elle dan Greyson tumbuh dikelilingi cinta dan kehangatan. Setia
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Season 2 : Bab 239

Seorang gadis menatap layar televisi dengan senyuman yang begitu bahagia. Layar televisi yang tergantung di sudut kafe menampilkan sosok pria berwibawa dalam balutan jas abu-abu tua. Senyumnya yang nampak dingin, namun karismanya begitu kuat. Seorang CEO legendaris yang telah puluhan tahun memimpin salah satu perusahaan terbesar di negeri ini. Namanya menjadi simbol kekuatan dan konsistensi di dunia bisnis. Semua orang mengaguminya, tanpa terkecuali. Pria yang dimaksud adalah William. Gadis itu tersenyum tipis, matanya masih terpaku pada layar. Sorot matanya bukan hanya sekadar kekaguman, tapi ada sesuatu yang lebih. “Elle!” Suara parau memecah lamunannya. Elle tersentak dan segera menoleh ke arah sumber suara. “Iya, Bu?” jawabnya. Wanita paruh baya yang duduk di balik meja kasir tampak kelelahan. Keringat membasahi pelipisnya meski kipas angin terus berputar d
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Season 2 : Bab 240

Ronald menatap Merin dengan tatapan yang nampak sedikit kesal. “Bu, tolong jangan berlebihan seperti itu. Elle juga tidak akan pernah mungkin melakukannya ibu tuduhkan.” Merin mencebik kesal. “Kau bela saja dia terus, Ronald. Asal kau tahu, Ibu itu ingin yang terbaik untukmu. Apa kau tahu dia itu siapa? Dia bukan siapa-siapa! Sedangkan Erika, dia itu putrinya manager utama di perusahaan tempat mu bekerja, kan? Erika itu jauh lebih—” “Bu, tolong,” sela Ronald, kali ini lebih keras. “Aku tahu Ibu suka Erika, tapi ini bukan soal itu. Ini soal cara Ibu memperlakukan Elle. Jangan terlalu kasar, dia juga manusia, Bu…” Suasana menjadi hening sejenak. Merin menatap anak lelakinya itu seolah tidak percaya dengan sikap putranya sendiri. “Astaga, kau lebih membela dia daripada ibumu sendiri? Ronald, kau anak kandung yang Ibu lahirkan!” suara Merin gemetar, kini bukan karena marah, melainkan karena perasaan kecewa. Erik
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more
PREV
1
...
222324252627
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status