Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta의 모든 챕터: 챕터 221 - 챕터 230

268 챕터

Bab 221

William tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan dalam tawanya. Matanya tetap tajam, penuh kemarahan yang tertahan. Dia melangkah mendekat, menundukkan tubuhnya agar sejajar dengan wajah Jessica yang terikat di kursi. “Karma?” William mengulang kata itu dengan nada mengejek. “Jadi menurutmu, menculik anakku yang masih balita, membuangnya di hutan penuh binatang buas, itu adalah bentuk karma untukku?” Jessica mendengus, meskipun di dalam hatinya mulai muncul ketakutan. “Kau dan Emily menghancurkan hidupku, William! Aku hanya mengambil kembali sedikit dari apa yang kalian rampas dariku!” William menatapnya dalam diam sejenak, lalu tangannya terangkat, dan Plak! Tamparannya keras dan cepat, membuat wajah Jessica menoleh ke samping. Jessica pun terkesiap. “Jangan pernah samakan penderitaanmu dengan apa yang kau lakukan pada Elle,” suara William rendah, tapi penuh ancaman. “Dia bahkan belum mengerti apa pun. Dia
last update최신 업데이트 : 2025-03-31
더 보기

Bab 222

Jessica menjerit marah dan mengguncang-guncang jeruji besi yang mengurungnya. Napasnya memburu, kepanikan mulai menguasai dirinya. “Lepaskan aku! Dasar bajingan kalian semua! Kalian tidak tahu siapa aku, ya?!” Namun, teriakannya justru bergema di hutan yang sunyi, mengundang suara gemerisik di antara semak-semak belukar. Hah!Jessica menoleh cepat, matanya membelalak ketika melihat beberapa pasang mata bersinar di kegelapan. Menuju ke arahnya, semakin dekat. Seekor harimau muncul pertama kali, langkahnya perlahan, penuh kewaspadaan. Di belakangnya, beberapa ekor serigala juga mulai mendekat, mengendus-endus udara di sekitarnya.“A–apa itu?” bisik Jessica, berharap dia salah melihat sama. “Groarrr!!!” Jessica merasa lututnya lemas, tubuhnya mulai gemetar hebat. “Tidak... tidak...” bisiknya, air mata mulai jatuh di pipinya. Dia mencoba mundur, tapi tak ada tempat untuk bersembunyi dalam sangkar itu. “Tid
last update최신 업데이트 : 2025-03-31
더 보기

Bab 223

Hendrick tersentak ketika suara teriakan tajam menembus keheningan pulau terpencil mereka berada itu. Matanya membulat, napasnya memburu. Sudah bertahun-tahun hanya ada mereka bertiga di pulau ini. Dia yakin benar hanya dia, Kelly, dan Sebastian. Tidak mungkin ada orang lain lagi. Tapi... “Yang berteriak barusan itu Ibu?” Hendrick menoleh tajam ke arah Kelly, yang duduk lemas di sudut ruangan. Kelly menggeleng dengan lemah. “Bukan Ibu, bukan...” suaranya hampir tidak terdengar. Sebastian berdiri, tubuhnya menegang. “Ada orang lain yang baru diantar ke sini,” katanya, tatapannya gelap dan curiga. Hendrick mengusap wajahnya dengan kasar, frustrasi. Sudah terlalu lama mereka terjebak di pulau ini. Harapan untuk kembali ke dunia luar semakin menipis seiring berjalannya waktu. Dia bahkan mulai merasa bahwa mereka ditinggalkan, dilupakan oleh dunia yang dulu memuja mereka. Tapi seka
last update최신 업데이트 : 2025-04-01
더 보기

Bab 224

Jun duduk dengan kikuk di sofa empuk ruang tengah rumah William. Ruangan tengah itu sangat luas, lebih besar dari seluruh rumahnya di desa. Kakinya masih terasa canggung di atas lantai marmer yang dingin dan berkilau. Di depannya, William duduk dengan santai, menatapnya dengan penuh rasa hormat. “Jadi, bagaimana kehidupan Anda di desa, Tuan Jun?” tanyanya, nada suaranya penuh ketertarikan. Jun menghela napas. Dia tidak terbiasa berbicara banyak, tapi kali ini dia merasa perlu menjelaskan. “Setiap hari, saya berburu untuk makan. Kadang saya mendapatkan kelinci, ayam hutan, atau rusa. Kadang juga saya pergi ke pasar untuk menjual hasil buruan itu. Kalau tidak ada hasil, saya mencari buah-buahan atau memancing di sungai.” William mengangguk, mendengarkan dengan saksama. Dia bisa melihat bagaimana kerasnya kehidupan Jun selama ini. “Anda benar-benar luar biasa,” katanya. “Anda salut dengan keteguhan hati anda.” Jun tersenyum ke
last update최신 업데이트 : 2025-04-01
더 보기

Bab 225

Nira berjalan cepat menuju rumah baru Jun. Sejak mendengar kabar bahwa Jun kini hidup berkecukupan begitu kembali ke desa, hatinya dipenuhi ketamakan. Dia tidak peduli dengan apa yang terjadi sebelumnya, yang penting, dia masih istrinya Jun. Itu artinya, dia juga berhak menikmati kekayaan yang dimiliki Jun saat ini. Begitu sampai di depan rumah, Nira melihat Jun berdiri bersama James tengah membincangkan sesuatu. Tanpa ragu, dia melangkah mendekat dan berteriak, “Jun!” Namun, sebelum dia bisa lebih dekat, Ron, salah satu orang kepercayaan James, mengangkat tangannya, menghalangi jalannya yang makin mendekati Jun. Tatapannya dingin, penuh peringatan. Bahkan, membuat Nira menelan ludah. “Kau tidak boleh mendekat lagi,” kata Ron dengan tegas. Nira menatapnya tajam. “Aku ini adalah istrinya Jun!” serunya, menuntut haknya. James yang berdiri di samping Jun hanya tersenyum sinis, seolah sudah mempe
last update최신 업데이트 : 2025-04-02
더 보기

Bab 226

William menatap Emily yang duduk di sampingnya, tangannya masih erat menggenggam tangan pria itu. Mereka berada di ruang kerja rumah mereka, suasana hening namun penuh dengan kehangatan. “Aku sudah memutuskan, Sayang,” kata William dengan lembut. “Aku ingin melakukan vasektomi demi keamanan kita semua.” Emily menggeleng cepat. “Tidak, William. Aku tidak setuju. Kau sudah dua kali membahas ini, jawaban dariku juga sudah cukup jelas, kan?” William terdiam, menunggu Emily melanjutkan ucapannya. “Aku paham niatmu. Kau ingin memastikan kita bisa sepenuhnya fokus pada Elle,” kata Emily pelan, matanya berkabut. “Tapi ini bukan hanya tentang Elle saja, William. Ini juga tentangmu, tentang kita. Jangan membuat keputusan drastis hanya karena trauma yang baru saja kita alami.” William menatap istrinya, lalu tersenyum kecil. “Aku hanya ingin kau dan Elle merasa aman. Aku tidak ingin kita kehilangan fokus untuk Elle.”
last update최신 업데이트 : 2025-04-02
더 보기

Bab 227

Azura menatap Robert dengan tegas, tidak ingin menunjukkan sedikit pun kelemahan di hadapan pria itu. “Akan lebih baik jika anda tidak menemui ku lagi, Tuan Robert. Apa pun alasannya jangan muncul di hadapan ku lagi.” Robert mengerutkan kening, sorot matanya penuh kebingungan. “Kenapa kan ini? Kenapa kau begitu membenciku, Azura? Apa sih yang sudah aku lakukan?” Azura tersenyum sinis, bukan karena senang, melainkan karena kecewa. Bahkan, Robert tidak tahu apa yang membuat Azura marah. “Itu yang anda inginkan, bukan? Anda meminta ku untuk melakukan itu, Tuan Robert.” Robert terdiam, napasnya tertahan. Ia tidak mengerti maksud ucapan Azura, atau mungkin ia hanya tidak mau mengakuinya. “Aku tidak pernah memintamu membenciku," ucapnya pelan. “Tapi, tidak masalah juga kalau kau ingin. Hanya saja, aku sedang mengerjakan tugasku.” Azura menghela napas panjang, menahan rasa sakit yang kembali menghantam dada
last update최신 업데이트 : 2025-04-03
더 보기

Bab 228

Azura duduk di sebuah kafe kecil miliknya, menunggu Arsen yang berjanji akan menemuinya di sana. Dia mengaduk kopinya perlahan, memikirkan bagaimana hidupnya berubah begitu cepat sejak perjodohan ini ditetapkan untuk mereka berdua. Tak lama kemudian, Arsen datang dengan senyuman hangat di wajahnya. Pria itu mengenakan kemeja putih santai dan celana jeans gelap, tampak begitu nyaman dengan dirinya sendiri. Bahkan, kesan ramahnya begitu kuat. “Maaf, aku sedikit telat, Azura,” katanya sambil menarik kursi di hadapan Azura. Azura pun mengangguk, “Tidak apa-apa, Arsen.” Mereka mulai berbincang tentang banyak hal tentang pekerjaan, hobi, bahkan tentang masa kecil mereka berdua. Azura cukup terkejut menyadari bahwa Arsen adalah orang yang mudah bergaul dan punya pemikiran yang cukup terbuka. Pria itu juga selalu berbicara dengan sudut pandang yang realistis. “Aku tahu ini bukan awal yang biasa untuk sebuah hu
last update최신 업데이트 : 2025-04-03
더 보기

Bab 229

Azura menghela napasnya panjang. Hari ini sudah cukup melelahkan baginya, dan kini Robert lagi-lagi kembali muncul entah dari mana, menghadangnya saat dia hendak pulang dari kafe. “Masuklah ke mobil,” kata Robert, suaranya datar tapi penuh dengan tekanan. Azura ingin menolak, tapi dia tahu pria itu tak akan menyerah semudah itu. Dengan enggan, dia masuk ke dalam mobil dan menatap Robert dengan tatapan yang sinis. Padahal, dia masih ingat dengan jelas bahwa dia sudah memperingatkan kepada pria itu untuk tidak mengganggunya lagi, dan jangan datang kepadanya dengan alasan apapun. Namun, peringatan yang diberikan olehnya mungkin terdengar bagaikan angin lalu saja. “Sekarang katakan. Apa lagi yang ingin anda bicarakan denganku? Aku sudah lelah dengan semua gangguan tidak penting dari anda, Tuan Robert yang terhormat,” ucapnya tajam. Robert menggenggam setir mobilnya dengan erat, menahan emosi yang
last update최신 업데이트 : 2025-04-04
더 보기

Bab 230

Robert meneguk wine dari botolnya, kepalanya terasa berat, bukan hanya karena alkohol yang mengalir di tenggorokannya, tetapi juga karena pikirannya yang sedang amat berantakan. Di hadapannya, James tengah menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan tatapan penuh keheranan. “Robert, kau ini kenapa, sih?” James bertanya lagi, kali ini lebih tegas. “Aku sudah di sini hampir dua jam, tapi kau tidak bicara apa pun selain menenggak minuman itu dan mengabaikan ku.” Robert hanya menggeleng, matanya menatap kosong pada gelas di tangannya. Dia tidak ingin bicara. Tidak ingin mengakui bahwa untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Ah, meskipun sesuatu itu jelas bukan miliknya. Mungkin, sebuah kesempatan berharga yang menghilang. James mendecak kesal. “Jangan bilang ini tentang Azura, ya?” Nama itu membuat Robert akhirnya menoleh. Matanya yang tadi terliha
last update최신 업데이트 : 2025-04-04
더 보기
이전
1
...
2122232425
...
27
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status