Share

Bab 225

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-04-02 21:00:38

Nira berjalan cepat menuju rumah baru Jun. Sejak mendengar kabar bahwa Jun kini hidup berkecukupan begitu kembali ke desa, hatinya dipenuhi ketamakan. Dia tidak peduli dengan apa yang terjadi sebelumnya, yang penting, dia masih istrinya Jun. Itu artinya, dia juga berhak menikmati kekayaan yang dimiliki Jun saat ini.

Begitu sampai di depan rumah, Nira melihat Jun berdiri bersama James tengah membincangkan sesuatu. Tanpa ragu, dia melangkah mendekat dan berteriak, “Jun!”

Namun, sebelum dia bisa lebih dekat, Ron, salah satu orang kepercayaan James, mengangkat tangannya, menghalangi jalannya yang makin mendekati Jun.

Tatapannya dingin, penuh peringatan. Bahkan, membuat Nira menelan ludah.

“Kau tidak boleh mendekat lagi,” kata Ron dengan tegas.

Nira menatapnya tajam. “Aku ini adalah istrinya Jun!” serunya, menuntut haknya.

James yang berdiri di samping Jun hanya tersenyum sinis, seolah sudah mempe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 226

    William menatap Emily yang duduk di sampingnya, tangannya masih erat menggenggam tangan pria itu. Mereka berada di ruang kerja rumah mereka, suasana hening namun penuh dengan kehangatan. “Aku sudah memutuskan, Sayang,” kata William dengan lembut. “Aku ingin melakukan vasektomi demi keamanan kita semua.” Emily menggeleng cepat. “Tidak, William. Aku tidak setuju. Kau sudah dua kali membahas ini, jawaban dariku juga sudah cukup jelas, kan?” William terdiam, menunggu Emily melanjutkan ucapannya. “Aku paham niatmu. Kau ingin memastikan kita bisa sepenuhnya fokus pada Elle,” kata Emily pelan, matanya berkabut. “Tapi ini bukan hanya tentang Elle saja, William. Ini juga tentangmu, tentang kita. Jangan membuat keputusan drastis hanya karena trauma yang baru saja kita alami.” William menatap istrinya, lalu tersenyum kecil. “Aku hanya ingin kau dan Elle merasa aman. Aku tidak ingin kita kehilangan fokus untuk Elle.”

    Last Updated : 2025-04-02
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 227

    Azura menatap Robert dengan tegas, tidak ingin menunjukkan sedikit pun kelemahan di hadapan pria itu. “Akan lebih baik jika anda tidak menemui ku lagi, Tuan Robert. Apa pun alasannya jangan muncul di hadapan ku lagi.” Robert mengerutkan kening, sorot matanya penuh kebingungan. “Kenapa kan ini? Kenapa kau begitu membenciku, Azura? Apa sih yang sudah aku lakukan?” Azura tersenyum sinis, bukan karena senang, melainkan karena kecewa. Bahkan, Robert tidak tahu apa yang membuat Azura marah. “Itu yang anda inginkan, bukan? Anda meminta ku untuk melakukan itu, Tuan Robert.” Robert terdiam, napasnya tertahan. Ia tidak mengerti maksud ucapan Azura, atau mungkin ia hanya tidak mau mengakuinya. “Aku tidak pernah memintamu membenciku," ucapnya pelan. “Tapi, tidak masalah juga kalau kau ingin. Hanya saja, aku sedang mengerjakan tugasku.” Azura menghela napas panjang, menahan rasa sakit yang kembali menghantam dada

    Last Updated : 2025-04-03
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 228

    Azura duduk di sebuah kafe kecil miliknya, menunggu Arsen yang berjanji akan menemuinya di sana. Dia mengaduk kopinya perlahan, memikirkan bagaimana hidupnya berubah begitu cepat sejak perjodohan ini ditetapkan untuk mereka berdua. Tak lama kemudian, Arsen datang dengan senyuman hangat di wajahnya. Pria itu mengenakan kemeja putih santai dan celana jeans gelap, tampak begitu nyaman dengan dirinya sendiri. Bahkan, kesan ramahnya begitu kuat. “Maaf, aku sedikit telat, Azura,” katanya sambil menarik kursi di hadapan Azura. Azura pun mengangguk, “Tidak apa-apa, Arsen.” Mereka mulai berbincang tentang banyak hal tentang pekerjaan, hobi, bahkan tentang masa kecil mereka berdua. Azura cukup terkejut menyadari bahwa Arsen adalah orang yang mudah bergaul dan punya pemikiran yang cukup terbuka. Pria itu juga selalu berbicara dengan sudut pandang yang realistis. “Aku tahu ini bukan awal yang biasa untuk sebuah hu

    Last Updated : 2025-04-03
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 229

    Azura menghela napasnya panjang. Hari ini sudah cukup melelahkan baginya, dan kini Robert lagi-lagi kembali muncul entah dari mana, menghadangnya saat dia hendak pulang dari kafe. “Masuklah ke mobil,” kata Robert, suaranya datar tapi penuh dengan tekanan. Azura ingin menolak, tapi dia tahu pria itu tak akan menyerah semudah itu. Dengan enggan, dia masuk ke dalam mobil dan menatap Robert dengan tatapan yang sinis. Padahal, dia masih ingat dengan jelas bahwa dia sudah memperingatkan kepada pria itu untuk tidak mengganggunya lagi, dan jangan datang kepadanya dengan alasan apapun. Namun, peringatan yang diberikan olehnya mungkin terdengar bagaikan angin lalu saja. “Sekarang katakan. Apa lagi yang ingin anda bicarakan denganku? Aku sudah lelah dengan semua gangguan tidak penting dari anda, Tuan Robert yang terhormat,” ucapnya tajam. Robert menggenggam setir mobilnya dengan erat, menahan emosi yang

    Last Updated : 2025-04-04
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 230

    Robert meneguk wine dari botolnya, kepalanya terasa berat, bukan hanya karena alkohol yang mengalir di tenggorokannya, tetapi juga karena pikirannya yang sedang amat berantakan. Di hadapannya, James tengah menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan tatapan penuh keheranan. “Robert, kau ini kenapa, sih?” James bertanya lagi, kali ini lebih tegas. “Aku sudah di sini hampir dua jam, tapi kau tidak bicara apa pun selain menenggak minuman itu dan mengabaikan ku.” Robert hanya menggeleng, matanya menatap kosong pada gelas di tangannya. Dia tidak ingin bicara. Tidak ingin mengakui bahwa untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Ah, meskipun sesuatu itu jelas bukan miliknya. Mungkin, sebuah kesempatan berharga yang menghilang. James mendecak kesal. “Jangan bilang ini tentang Azura, ya?” Nama itu membuat Robert akhirnya menoleh. Matanya yang tadi terliha

    Last Updated : 2025-04-04
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 231

    Azura menyeret tubuh Robert yang terasa berat dengan susah payah ke dalam apartemen pria itu. Untung saja, penjaga gedung mengenal Robert dan bersedia membantunya membuka pintu. Setelah memastikan mereka aman di dalam, penjaga itu pergi untuk kembali pada pekerjaannya. Azura berdiri di tengah ruangan, mengatur napas yang terengah-engah. Ia melirik Robert yang tergeletak di sofa dengan ekspresi yang sinis. “Dasar pria menyebalkan dan menyusahkan,” gumamnya sambil mengusap peluh di dahinya. Ia bersiap untuk pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sesuatu di atas meja. Sebuah ikat rambut berwarna biru tua miliknya. Azura mengerutkan kening, merasa benda itu sangat familiar. Ia mendekat, meraih ikat rambut itu, dan menyadari sesuatu, ini jelas sekali miliknya! Pikiran Azura berputar kembali ke beberapa tahun yang lalu. Saat itu, ia sedang berlatih bela diri di pusat kebugaran at

    Last Updated : 2025-04-04
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 232

    Azura memunguti pakaiannya yang jatuh berantakan di lantai. Tangannya gemetar, dadanya terasa sesak, dan perasaannya begitu campur aduk. Dia tidak tahu apakah harus marah, kecewa, atau sedih. Yang jelas, hatinya terasa sangat terluka hingga kata-kata pun rasanya tidak akan cukup untuk mengungkapkannya. Sementara itu, Robert terduduk di sofa dengan wajah yang penuh penyesalan. Matanya menatap Azura yang sibuk merapikan dirinya tanpa sekalipun menoleh ke arahnya. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan, tetapi setiap kata yang terlintas di pikirannya terasa tidak cukup untuk menebus kesalahan yang telah terjadi di antara mereka. “Azura…” suara Robert lirih, hampir seperti bisikan yang pilu. Azura berhenti sejenak, tapi tidak menoleh. “Jangan bicara apapun, Robert. Aku tidak ingin mendengar apa pun kalimat yang keluar dari mulutmu,” ucapnya dengan suara dingin.

    Last Updated : 2025-04-05
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 233

    Robert berdiri di depan rumah sederhana itu, tangan mengepal, napasnya tak beraturan. Meski tubuhnya tegap dan wajahnya nyaris tanpa ekspresi, dadanya bergetar hebat. Ini bukan misi biasa. Bukan bisnis, bukan pula medan konflik yang bisa diselesaikan dengan strategi. Ini lebih sulit, memohon restu dari ibu perempuan yang telah dia sakiti jelas lebih rumit dari menyelami palung. Saat pintu dibuka, wajah teduh namun penuh wibawa itu menyambutnya. Ibunya Azura berdiri di ambang pintu, menatap Robert dengan tatapan yang heran. “Nak Robert? Ada apa kau datang ke sini?” tanyanya pelan. Robert menelan ludahnya, menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya dengan penuh tekad. “Saya ingin bicara sebentar, Bi. Ini penting… tentang Azura.” Mereka duduk di ruang tamu. Ibu Azura masih menatap Robert dengan sorot mata yang waspada. “Ada apa dengan Azura? Sejak kemarin dia belum pulang ke rumah, dihubungi juga tidak bis

    Last Updated : 2025-04-05

Latest chapter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 274

    Sore itu, langit tampak mendung ketika Lavine melangkah keluar dari gedung apartemennya. Dengan jas hitam dan kemeja yang sedikit terbuka di bagian atas, ia tampak seperti biasa, sangat santai, tapi menyimpan ketegangan yang jelas tidak akan tampak di permukaan. Di dalam mobil, Jordi menyetir tanpa banyak bicara. Lavine duduk bersandar, menatap keluar jendela sambil mengetukkan jari ke paha dengan irama acak. “Kira-kira kali ini dia ingin membahas apa lagi ya? Bisnis? Atau mungkin ada hubungannya dengan Elle? Hah! Tidak sabaran juga, aku jadi ingin cepat sampai.” katanya setengah bercanda, setengah kesal. Jordi melirik dari kaca spion. “Mungkin Tuan Ramon mulai sadar siapa yang sebenarnya punya andil besar dalam banyak hal akhir-akhir ini, Tuan.” Lavine hanya tertawa kecil, nada suaranya penuh ironi. “Hah! Kalau dia sadar, mungkin itu karena dia kepepet. Bukan karena dia benar-benar melihat.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 273

    Rayn meninggalkan gedung perkantoran MJW dengan perasaan yang begitu menyesakkan. Pembicaraannya dengan Elle tidak berakhir seperti yang diinginkannya. Begitu sampai di dalam mobil, Rayn yang sangat kesal itu tidak lagi bisa menahan diri. Bukk!!! Dipukulnya kemudi mobilnya beberapa kali untuk melampiaskan amarah. “Badjingan!!!” teriaknya. “Kenapa... kenapa kau harus bisa melampaui ku, anak brengsek? Jelas-jelas yang mengalir di dalam tubuhmu adalah darah kotor dan rendahan, darah seorang pelacur yang menjijikan! Kau harusnya hidup dengan segala hinaan, berani sekali kau mengambil posisi yang harusnya menjadi milikku?!” Rayn merasa sudah benar-benar dikalahkan. Tatapan mata Elle saat bicara padanya tadi seolah telah menunjukkan bahwa Rayn bahkan tidak bisa lebih baik daripada Lavine. Grettt... Tangan Rayn terkepal erat. Matanya yang masih menyalak marah itu mulai bersia

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 272

    Esok harinya, di gedung MJW. Elle menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kerjanya, memandangi Rose dengan ekspresi datar. “Kau yakin itu dari Rayn? Kakak tirinya Lavine?” tanyanya pelan. Rose mengangguk. “Ya, dikirim langsung atas nama Tuan Rayn. Dikirim pagi-pagi sekali, bahkan sebelum staff lengkap datang, Nona.” Elle menarik napas dalam, sedikit tidak nyaman. Dia tahu Rayn bukan tipe pria yang melakukan sesuatu tanpa maksud tersembunyi. Elle kemudian berdiri dan melangkah ke luar ruangannya. “Ayo, aku ingin lihat sendiri seperti apa lukisan yang dia berikan padaku,” ucapnya dingin. Sesampainya di lobi, matanya langsung tertuju pada lukisan besar yang diletakkan rapi di atas meja resepsionis. Pigura mewah, warna-warna kuat, dan goresan yang jelas menunjukkan keahlian pelukisnya. Namun, tidak ada yang membuat Elle terpikat walaupun dia sampai memicingkan matanya. “Cantik, tapi sayangnya sama sekali tidak menyentuh,” gumamnya,

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 271

    Elle menatap Lavine dengan tatapan tak sabaran, “Bagaimana hasilnya?” Lavine menyandarkan tubuhnya santai di kursi, senyumnya masih mengembang seperti biasa, penuh godaan dan sedikit terlihat malas. “Kau benar-benar terlalu kaku dan serius, Elle,” katanya sambil mendorong gelas es kopi ke hadapan Elle sekali lagi. “Cobalah untuk membuat hidupmu sedikit lebih manis… seperti es kopi ini.” Elle menatap Lavine tajam, ekspresinya tetap dingin, tapi ada sedikit ketertarikan di balik sorot matanya. “Kau ini minum kopi atau gula? Sejak kapan kopi jadi manis? Lagi pula, aku tidak datang ke sini untuk membahas kopi,” jawabnya, suaranya datar namun tegas. “Aku benar-benar ingin tahu tentang hasilnya, Lavine. Fokus ku hanya ke situ saja.” Lavine tertawa pelan, memainkan sendok kecil di tangannya. “Hah, kau ini terlalu serius. Tapi baiklah… soal hasilnya, Zero tidak mudah dilunakkan, kau tahu itu. Apalagi kalau kau sendiri begini? Minum es kopi saja tidak mau. As

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 270

    Hari itu, Merin dan Ronald datang ke gedung MJW untuk menemui Elle. Resepsionis itu sempat ragu, namun setelah melihat foto yang ditunjukkan Ronald, di mana Elle tampak berdiri di antara mereka dalam pakaian sederhana dan suasana kafe, wajah resepsionis itu langsung berubah. Dia terdiam sejenak, lalu mengangguk sopan. Meskipun masih ada rasa tidak percaya, dia juga tahu kalau foto itu bukanlah foto editan. Dari pada nanti dia justru melakukan kesalahan, lebih baik diterima saja dulu tamunya. “Baik, tunggu sebentar. Saya akan menghubungi sekretarisnya Nona Elle terlebih dahulu,” ujarnya dengan nada lebih ramah. Ronald menarik napas lega, sementara Merin berdiri dengan tangan terlipat di dada, matanya sibuk memandangi interior kantor MJW yang begitu mewah dan jauh dari bayangan tempat kerja Elle sebelumnya. Tatapan matanya menajam, menyadari bahwa Elle benar-benar hidup dalam dun

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 269

    Elle tersenyum lemah. “Begitu, ya? Lalu, kenapa kau masih tidak menghentikan ku?” Pertanyaan itu membuat Lavine tersenyum. “Karena meskipun kau memiliki maksud, aku masih bisa merasakan ketulusan darimu.” Elle melanjutkan kegiatannya, menikmati sarapan buatan Lavine tanpa bicara lagi. Tidak ada yang perlu dibahas saat ini. Mereka hanya perlu makan dengan baik, nanti bisa melanjutkan pembicaraannya lagi begitu selesai. Beberapa saat kemudian. Elle melihat jam tangannya, sejenak terdiam sambil berpikir. “Lavine, aku tidak bisa berlama-lama lagi di sini. Apa aku boleh bicara yang sebenarnya padamu sekarang?” Lavine yang baru selesai mencuci piring tersenyum. Setelah mengeringkan tangannya, ia pun berjalan mendekati Elle yang masih duduk di meja makan sambil menatapnya dengan ekspresi yang serius. “Baiklah... dari pada bertele-tele seperti katamu tadi, lebih baik bicara den

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 268

    Malam merayap pelan di balik jendela apartemen milik Lavine. Lampu ruangan menyala redup, menciptakan suasana yang begitu tenang. Elle duduk bersandar di sofa, matanya mulai terasa berat. Di sampingnya, Lavine masih tertidur dengan kompres di dahinya, napasnya sedikit berat namun mulai terdengar stabil. Elle melirik ke arah pria itu, memperhatikan wajah Lavine yang biasanya penuh senyum nakal itu kini terlihat begitu tenang dan polos. Untuk sesaat, dia lupa bahwa pria ini sering membuatnya kesal. Yang ada hanya rasa iba dan... entah, sesuatu yang membuat dadanya terasa cukup hangat. “Apa sebenarnya yang kau sembunyikan dariku, Lavine...” gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan. “Atau, apa yang sedang kau sembunyikan dari dunia ini?” Elle menghela napas panjang, lalu menyandarkan kepalanya ke senderan sofa. Tubuhnya yang lelah akhirnya menyerah, matanya tertutup, dan napasnya mulai melambat. Suara detik

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 267

    Elle duduk di ruang kerjanya sambil menatap layar laptop yang penuh dengan tab pencarian tentang pelukis bernama Zero. Setiap artikel, forum seni, dan catatan pameran sudah selesai ia baca. Namun semuanya hanya berisi spekulasi, gosip samar, atau informasi yang terlalu umum. Tidak satu pun yang bisa mengungkap siapa sebenarnya Zero, atau setidaknya memberi petunjuk yang cukup bisa menuju ke identitasnya. Orang-orang suruhannya juga sudah berusaha, namun hasilnya masih tetap sama. “Bagaimana bisa seseorang sepopuler itu tidak meninggalkan jejak digital sedikit pun?” gumam Elle kesal, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi dengan frustasi. Ia menutup laptopnya dengan kasar, kemudian berdiri dan berjalan mondar-mandir. “Kenapa sulit sekali menemukan orang itu? Sekalinya bertemu, dia malah mengatakan sesuatu yang tidak aku pahami. Ah..., aku jadi pusing.” Rose masuk membawa dokumen, namun langsung berhenti saat m

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 266

    Elle tersenyum. “Putra anda memang cukup gila. Ah, aku tidak jadi membelamu.” Mendengar itu, Lavine pun tersentak kaget. “Hah! Kau ini cepat sekali berubah pikiran? Baru juga sedetik aku merasa terharu oleh sikapmu, kau ini benar-benar menggemaskan. Aku jadi ingin segera menikahimu, deh.” “Bahkan keong juga akan berpikir lagi saat tahu kalau akan dinikahi mu,” balas Elle. Lavine terkekeh. “Keong? Kau benar-benar banyak keterlaluannya, ya? Ngomong-ngomong, pergi makan yuk! Aku lapar sekali, tapi tidak ada uang untuk membeli makan.” Ucapan Lavine barusan membuat Rayn dan Ramon mengerutkan kening. Jelas Lavine dan Elle cukup dekat sebelumnya. Rose hanya berdiri diam di belakang Elle. “Kalian... sejak kapan saling kenal?” tanya Ramon yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. Elle menoleh, dia hampir saja lupa dengan keberadaan Ramon dan juga Rayn. “Sejak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status