Semua Bab Kesandung Cinta Dokter Brondong: Bab 51 - Bab 60

89 Bab

51. Langkah Maju

Nirmala menatap Radit dengan kesal. “Siapa juga yang cemburu.”“Kamulah, siapa lagi. Tapi aku suka kok kamu cemburui. Jadi makin cinta deh.” Radit menoel pipi Nirmala sambil tersenyum tengil yang membuat Nirmala melotot.Kalau tahu akan digoda kayak gini lebih baik tadi dia langsung pulang saja, bodoh amat kalau Radit nyuruh dia kemari. Tapi dia juga perlu bertanya tentang kamar Caca, sih.”Berpacaran dengan Radit membuat hatinya naik turun seperti roll coster, meski dia sendiri belum pernah naik roll coster. Ada saat dia merasa sangat bahagia karena perhatian Radit tapi kadang kala dia harus menebalkan kesabaran, karena banyak banget kupu-kupu yang ingin hinggap.Hubungannya dengan Bisma dulu hanya karena nyaman satu sama lain tak ada riak cemburu yang berlebih atau hati yang berbunga, berpacaran denga Bisma membuat dia merasa tenang, itu saja titik. Ketenangan yang menghanyutkan membuat mereka terseret arus.“Yu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

52. Rasa Sayang

Radit sangat menikmati sekali makan malam yang disediakan Nirmala padahal hanya berupa sayur asem, ditemani lauk wajib sejuta umat tahu dan tempe saja. Tadi Nirmala ingin memasakkan sesuatu atau meminta Nia membeli lauk yang lain, orang seperti Radit yang makan saja sendoknya mungkin dari emas tentu tak akan terbiasa dengan menu sangat sangat sederhana seperti ini. Tapi Radit yang memang sudah lapar dan ingin sekali makan masakan Nirmala sudah duduk terlebih dahulu mengambil nasi dalam bakul. “Bentar dulu aku gorengin telur sama ayam.” Nirmala segera membuka kulkas, ayam yang dia bumbui kemarin bisa langsung digoreng dan ada beberapa telur juga bisa dibuat telur mata sapi. “Ya udah aku tungguin sambil makan.” Nirmala mengerutkan kening, kalau dia sudah selesai makan ngapain dia goreng lauk lagi, tapi ya sudahlah mungkin Radit tipe orang yang makan nasi dulu baru lauknya, batinnya geli.Acara makan malam mereka sangat ramai s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

53. Pacar Baru

Radit mengerutkan kening mendengar gumaman Nirmala, “pacar yang mana?” tanyanya bingung. “Pura-pura lagi ya pacar-pacar kamu yang berderet itu.” Radit tersenyum kecil, merangkul bahu Nirmala dan mengajaknya duduk di sofa ruang tamu. ”Aku nggak pernah ajak wanita selain mama dan saudara-saudaraku kemari,” katanya dengan mamandang langsung Nirmala tepat di kedua bola matanya seolah mentang wanita itu untuk membuktikan kebenaran ucapannya lewat pancaran bola matanya.“Seperti yang aku bilang tadi, kamu bisa bertanya langsung padaku atau siapapun yang kamu anggap bisa dipercaya, dulu memang hidupku dikelilingi banyak wanita tapi demi tuhan aku tidak pernah menyentuh wanita lebih dari semestinya.” Nirmala menunduk sedikit merasa bersalah karena menuduh Radit yang tidak-tidak meski tak secara langsung. Kenapa saat berhadapan dengan Radit penyakit lamanya yang suka berprasangka buruk pada orang lain selalu kumat. “M
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

54. Karma

Bisma memandang rumah mewah itu dengan perasaan hampa. Rumah yang dulu sangat sering dia kunjungi, tempat berbagi cerita dan keresahannya, karena salah satu penghuninya membuatnya memiliki teman dan sahabat yang selalu dia anggap mengerti dirinya.Tapi entah saat ini anggapan itu masih ada atau sudah hilang bersama semua kepercayaan yang dia miliki.Seorang wanita paruh baya yang dia kenali sebagai assisten rumah tangga di sini menyapanya dan mempersilahkan masuk.Dia langsung menuju taman belakang, tempat yang sering dia kunjungi selama ini."Hai kau datang." seru seorang wanita dengan binar ceria."Ya." Hanya itu jawaban Bisma laki-laki itu lalu melangkah mengambil tempat duduk di seberang sang wanita.“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Bisma, dia memandang gadis itu heran lalu matanya tertuju pada gambar-gambar yang berserakan di atas meja,  Gambar yang dia kenali sebagai baju pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

54. Tak Menyerah

Kesibukan Nirmala di toko belum surut juga, setelah menjaga caca tempo hari di rumah sakit sekarang karena kakak sepupunya sudah datang dia sudah tidak diperlukan lagi. Dan mulailah rutinitas pagi yang sudah dia  lakukan bertahun-tahun lamanya yaitu membuat kue, karena sampai sekarang Nirmala tak bisa mempercayakan bagian itu pada orang lain, hanya Rina yang dia percaya untuk membantunya, meski hanya melakukan finishing saja.Untuk pengadonan kue dan komposisi apa saja yang diperlukan tetap Nirmalalah yang memegangnya.“Mbak kayaknya sudah waktunya mbak jani cari assisten lagi,” kata Nia   pagi itu yang melihat kakaknya sibuk membuat kue, mungkin dulu saat mereka masih berjualan di pasar Nirmala memang sanggup menghandle setiap pesanan yang datang tapi sekarang sejak mereka membuka toko kue banyak pesanan yang masuk dari pelanggan yang rata-rata golongan kelas menengah dan atas dengan pesanan yang tak sedikit.“Mbak juga berpikir begitu, Nin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

56. Tak Mau Kembali

Tak menunggu lebih lama lagi esok paginya Nirmala segera mewujudkan ide yang diungkapkan Radit kemarin, tentu saja setelah dia menyelesaikan semua pesanan kue. “Mbak, ini kita mau bikin apa dulu?” tanya Rina yang kebingungan karena bosnya itu hanya berdiri terpaku memandang tepung terigu dan kawan-kawannya.“Aku bikin donat dulu, Rin.  kamu bikin nagasari saja adonannya kayak biasa, tapi jangan dibungkus dulu ya aku mau buat bentuknya dan isiannya beda.” Sejak semalam Nirmala memang sudah mengembangkan ide yang ada di kepalanya, tapi masih saja dia ragu akankan orang akan menyukai jajanan yang dia buat, karena kalau lidah pembelinya tak biasa dengan bahan yang dia tambahkan jadinya malah aneh.“Mau diisi apa, Mbak?” “Enaknya apa ya, Rin coklat apa keju.”“Dimasukkan dalam adonan kayak pisang gitu, Mbak?”Nirmala berpikir sejenak dia ingin nagasari yang dia buat tetap ada isian pisang di d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

57. Kue Ulang tahun

Nirmala sedang memarkirkan motornya di halaman toko, dan benar saja firasatnya Mbak Ratna  sedang kerepotan sendiri melayani semua pembeli yang antri. Dasar Nia memang anak itu kalau sudah kumat bandelnya, sangat menyebalkan.Cepat-cepat Nirmala masuk ke dalam toko melalui pintu samping, menyapa Mbak Ratna  sejenak, lalu dia berlari ke ruang ganti dan mengambil baju seragam yang memang sudah disiapkan untuknya.“Biar aku yang pegang kasir, Mbak.” Nirmala memperhatikan Mbak Ratna  yang dengan luwes bisa menghadapi pembeli dengan baik. Bahkan saat pembeli yang sangat cerewet meminta kue ini itu, menanyakan harga dan rasanya tapi kemudian tak jadi membeli Mbak Ratna  masih melayani dengan senyum terbaiknya.Kadar keramahan yang melebihi batas memang sangat diperlukan, sebagai pemilik toko jujur saja Nirmala belum bisa seperti itu, kadang dia juga sedikit kesal kalau ada pembeli yang super cerewet tapi ujung-ujungny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

58. Calon Mertua

Jam sudah menunjukkan delapan malam saat Nirmala menutup tokonya, hari ini kue basah dan berbagai roti habis terjual, hanya menyisakan beberapa kue kering yang harus segera mereka restock kembali. “Mbak Ratna tadi diantar?” Tanya Nirmala yang tidak melihat kendaraan yang dipakai Mbak Ratna terparkir di depan toko. “Iya, Mbak ini mau minta jemput,”“Bareng aku saja, Mbak nggak usah minta jemput kita tetanggaan juga.”“Mbak  Mala  langsung pulang, apa mau kemana dulu.”“Sebenarnya mau beli baking powder tapi kayaknya sudah tutup tokonya jam segini besok saja.”Mbak Ratna mengangguk lalu naik keboncengan motor Nirmala setelah memasang helm dan memastikan semua barangnya tak ada yang tertinggal.“Bentar, Mbak ada telepon.” Nirmala merogoh saku celana mengambil ponsel yang dari tadi menjerit, rupanya Nia yang menelpon.Sebentar Nirmala berbicara dengan adiknya itu, sedangkan Mbak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

59. Genggam Tanganku

Nanti jangan tinggalin aku ya,” pinta Nirmala setelah terdiam beberapa saat.Radit menoleh heran pada Nirmala yang berubah murung, dia meraih tangan Nirmala dan meremasnya lembut. “Memangnya aku mau kemana wong sudah mentok di hati kamu,” katanya dengan wajah serius.“Maksudku jangan tinggalin aku sendiri waktu di rumah orang tuamu, aku nggak tahu bagaimana harus bersikap.”Radit tahu meski Nirmala mengatakan telah mengikhaskan Bisma dan mencoba membuka hati untuknya tapi bayang-bayang saat kebersamaannya dulu dengan Bisma pasti masih ada, luka yang dia tinggalkan untuk Nirmala masih membekas, tak bisa hilang, walau Radit sudah mencoba meyakinkan Nirmala berkali-kali. Terselip rasa marah di hatinya, kenapa Nirmala harus bersama Bisma? Kenapa mereka tidak langsung bertemu saja? Tapi Radit tahu semua itu sudah takdir yang ditentukan Tuhan, dia tak bisa melawan, hanya usaha untuk memperbaikilah yang bisa dia lakukan sekarang.“Nirmala, sayang lihat aku,” kata Radit lembut dia sudah dudu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

60. Mereka Beda

Alih-alih mengejak Nirmala melewati pintu samping yang memang dibuka lebar untuk para tamu Radit malah memilih pintu depan yang masih tertutup rapat.“Kita lewat pintu depan saja, supaya nggak terlalu ramai.”Nirmala hanya menurut karena jujur saja dia agak segan juga menghadiri pesta para orang kaya seperti ini, sepintas tadi saat Nirmala melihat banyak wanita-wanita cantik dengan gaun indah dan tentu saja mahal yang menuju pintu samping. Nirmala memandang gaun yang dipakainya sekali lagi,  kata Nia dan Radit gaun yang dipakainya tampak cantik, meski sederhana setidaknya dia harus berterima kasih pada Gita karena telah memberi kado gaun ini. Saat pintu depan dibuka mereka mendapi seorang wanita cantik yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya. Wajahnya langsung berubah cerah saat melihat Raditlah yang membuka pintu, tapi senyum itu berubah menjadi keheranan saat melihat siapa yang datang bersama Radit. “Jan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status