Semua Bab Kesandung Cinta Dokter Brondong: Bab 71 - Bab 80

89 Bab

71. Tuh kan!

Agha masuk dengan tergopoh-gopoh untunglah jarak rumahnya dan Radit hanya sekitar lima menit jika ditempuh dengan mobil itupun dengan catatan jika tidak macet, tapi syukurlah hari ini entah mengapa kendaraan seolah enggan mengukur jalan, jadi Agha bisa memacu mobilnya dengan kencang."Radit kenapa, La?" Agha menerobos masuk dan menemukan mereka berdua dalam kondisi duduk di lantai, syukurlah tadi Nirmala tak mengunci pintu jadi Agha bisa langsung masuk."Lemes, Mas habis muntah juga, aku nggak kuat angkat.""Ya sudah aku bantu." mereka berdua bekerja keras mengangkat tubuh besar Radit yang antara sadar dan tidak.Mereka sama-sama menghembuskan nafas lega setelah berhasil mengangkat atau tepatnya menyeret tubuh besar Radit ke sofa."Dia tadi kenapa, kok bisa begini?"Nirmala menceritakan dengan ringkas tentang ponsel Radit yang mati dua hari ini dan juga dia yang menyuapi Radit dan memberinya paraceta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

72. Mantanmu

Pagi harinya Radit sudah agak mendingan setelah bangun pagi laki-laki itu sudah bisa duduk layaknya orang beradab, wajahanyapun tak sepucat kemarin. Dan  yang lebih penting dia sudah bisa menggombal pada Nirmala. Bukankah tandanya dia berangsur sembuh.“Kamu sudah kelihatan lebih baik.”“Aku memang baik-baik saja, sudah kubilang kan, biasanya aku hanya istirahat di rumah sudah sembuh.”“Yakin cuma istirahat di rumah sudah sembuh bukan karena takut obat dan jarum suntik,” goda Nirmala yang menyaksikan secara langsung drama yang dibuat Radit saat akan memasukkan jarum infus ke lengannya meski sudah setengah sadar dia tetap ngotot tidak mau diinfus terpaksa Nirmala harus memeluknya erat agar dokter bisa bekerja dengan baik. Meski setelahnya Nirmala malu luar biasa apalagi tatapan Agha yang menatapnya menggoda. “Kau tidak memberi tahu rekan kerjamu kalau kau sakit?” tanya Nirmala yang teringat dengan pekerjaan Radit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

73. Kepentok

Bu Lastri baru saja kembali dari kantin rumah sakit, sambil menggerutu wanita paruh baya itu menenteng sebuah bungkusan yang berisi roti dan makanan kecil lainnya, sebenarnya anak laki-lakinya itu ingin makan kue yang dijual di toko Nirmala.Tapi sopir yang tadi mengantarkannya ke sini sudah dia suruh pulang dan di toko Nirmala belum ada sistem pesan antar. Bisa saja dia meminta bantuan Agha atau siapa untuk membelikan tapi sekali-kali membuat anak bandelnya itu menikmati makanan di rumah sakit tak ada salahnya. Batinnya geli.“Kenapa kalian ada di luar siapa yang datang?” Tanya Bu Lastri yang melihat Nirmala dan Agha duduk di luar dengan wajah yang tidak biasa. Agha memandang tantenya sejenak, lalu memandang Nirmala yang terlihat kesal. “Dayang-dayangnya Radit, Tante,” jawab Agha sambil nyengir tak enak hati pada Nirmala. Bu Lastri hanya memandang mereka tidak mengerti, bergegas dia masuk ke melihat ke dalam r
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

74. Yang? No!

“Kamu masih marah, Yang?” tanya Radit yang saat ini berjalan-jalan di taman rumah sakit ditemani Nirmala yang membantunya membawakan botol infus sebenarnya tadi Radit sudah berniat melepasnya karena merasa sudah sembuh, tapi pelototan mata Nirmala membuatnya mengurungkan niatnya itu.“Tidak,” jawab Nirmala singkat.“Kok dari tadi diam saja, nggak mau senyum juga padahal aku kan pingin lihat senyum cantikmu,” kata Radit dengan pandangan menggoda. “Ayo coba senyumnya mana, Yang.” Bukannya tersenyum seperti permintaan Radit Nirmala malah memandang laki-laki itu dengan wajah ditekuk. “Bisa nggak jangan panggil aku dengan sebutan yang,” katanya sambil memanyunkan bibir membuat Radit gemas setengah mati.“Lah biasanya juga aku panggil kamu sayang, kamunya diam saja nggak protes, kenapa sekarang baru protes.”“Dulu nggak masalah sekarang jadi masalah.”“Lah masalahnya di mana?” tanya Radit tak mengerti. “K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

75. Aih Manisnya

Sudah satu minggu Radit keluar dari rumah sakit, sakitnya juga sudah sembuh dan dia sudah bisa melakukan aktivitas biasa yang dia lakukan. Bahkan dua hari ini dia harus lembur menggantikan temannya yang sedang mengikuti seminar di luar kota. Nirmalalah yang kerap kali mengomel, pacar cantiknya itu khawatir dia akan jatuh sakit lagi, tapi dasar Radit dengan bujuk rayunya dia meyakinkan Nirmala kalau dia akan baik-baik saja. Makan dengan teratur dan minum vitamin. Tapi Nirmala yang telah sedikit memahami sifat Radit tak begitu saja percaya. Jadi di sinilah mereka sekarang, di pusat perbelanjaan terbesar yang ada di kota mereka. Berbelanja semua kebutuhan Radit.“Harus banget ya, Hon, kita belanja kebutuhan bahan mentah, siapa juga nanti yang akan masak. Aku nggak bisa masak,” kata Radit protes saat Nirmala menyeretnya ke bagian makanan mentah.“Ya akulah. Aku akan setiap hari masakin kamu makanan.” Radit memandang Nirmala ragu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

76. Sindrom Malarindu

Nirmala kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Dia membuat kue seperti biasa, lalu menjualnya seperti biasa. Makan dan minumpun seperti biasa, semuanya seperti biasa hanya satu yang tidak biasa dalam kehidupannya beberapa hari ini yaitu hubungannya dengan Radit. Setelah kejadian di rumah Radit waktu itu mereka sepakat untuk saling memberi ruang. menata hati masing-masing. Tak dapat dipungkiri selama hampir dua bulan hubungannya berjalan,  laki-laki itu mampu memberikan warna lain dalam hidupnya yang suram. Dan Nirmala baru menyadari ada perasaan kehilangan saat Radit tak menampakkan batang hidungnya selama beberapa hari atau saat laki-laki itu tak sesering dulu mengirimkan pesan padanya. Selabil itu perasaan Nirmala saat ini memang.Bahkan Nia yang belum tahu tentang hubungan sang kakak terkena imbasnya juga. Ada saja hal yang salah yang dilakukan Nia di mata Nirmala.“Label namanya di tengah, Ni kenapa kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

77. Yes!

Nirmala menahan nafasnya saat sebuah mobil berwarna hitam memasuki halaman rumahnya, dia jelas sangat hafal mobil itu.Minggu pagi yang cerah ini dia habiskan dengan membenahi tanamannya yang sudah seabad rasanya tidak dia tengok, jadi mumpung ada waktu luang Nirmala bermaksud menyapanya.Senyum mengembang di wajah yang beberapa hari ini murung, “akhirnya dia datang,” ucapnnya lirih.Tapi senyum itu kemudian surut saat menyadari penampilannya saat ini dia hanya memakai celana selutut yang sudah pudar warnanya, dipadukan dengan kaos oblong yang terlalu besar untuk tubuhnya yang mungil, dan jangan lupakan warnanya yang sudah tidak jelas antara putih dan kuning. Belum lagi rambutnya yang hanya dicepol asal dengan sumpit yang dia temukan di meja makan. Nirmala hanya berharap mukanya terbebas dari minyak yang berlebih, dan oh ya matanya semoga tak ada kotoran di sana. Nirmala menyesal sangat menyesal kenapa hari ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

78. Berubah?

“Kita akan kemana?” tanya Nirmala siang itu Radit menjemputnya di toko, laki-laki itu sepertinya baru pulang dari rumah sakit.“Ikut saja, aku nggak punya banyak waktu setelah ini aku harus kembali ke rumah sakit,” kata Radit dengan datar. Nirmala memandang Radit dengan tatapan bingung baru kemarin laki-laki ini bertingkah sangat romantis dengan memberikannya sebuket bunga, kenapa sekarang berubah dingin. “Ada apa, kamu baik-baik saja? Apa aku ada salah sama kamu ?” tanyanya lembut“Yah semua baik-baik saja.” Hanya itu jawaban Radit yang sangat bukan Radit sekali ataukah Nirmala memang belum mengenal Radit.Benaknya berputar mencari-cari apa alasan Radit bersikap begini padanya, tapi kepalanya sampai pusing tetap tidak menemukan jawaban.Diliriknya Radit yang mengemudi dalam diam, pandangan laki-laki itu lurus ke depan, tidak ada tawa atau Radit yang jahil menggodanya.Entah kenapa ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

79. Dua Anak Ayam

“Bukannya kamu mau kerja kenapa ke sini?” tanya Nirmala yang heran melihat Radit mengajaknya turun di sebuah mall.“Masih ada waktu dua jam lagi,” kata Radit. “ Yuk turun.”Nirmala menghela nafas, kenapa Radit suka sekali mengambil keputusan sendiri, kalau memang mereka mampir ke sini untuk makan, lebih baik mereka mampir di warung makan atau café saja, lebih praktis mereka tak perlu berkeliling, apalagi mall yang mereka kunjungi terlihat penuh.Dia yang bukan wanita yang hobi ngemall tentu saja sangat tidak tertarik dengan konsep ini.“Kalau cuma mau makan kenapa nggak di resto saja lebih praktis, atau bisa aku masakin di rumah kamu, biar kamunya nggak telat nanti.” “Kita nggak cuma makan di sini, dan aku nggak mau kita berdua ada di rumahku sebelum sah ya, tar yang ketiganya setan.” Pipi Nirmala memerah mengingat momen saat mereka berdua di rumah Radit dulu. Aish kenapa diingatkan sih Nirmala kan jadi malu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

80. Rempong

Berbelanja dengan Radit memang sangat menyebalkan, tapi siapa mengira berbelanja dengan Emak Radit jauh lebih menyebalkan apalagi Nirmala tak bisa seenaknya mengeluh dia harus tetap tersenyum meski hatinya dongkol. Bagaimana tidak Nirmala harus rela berputar-putar tak tentu arah, bukan karena mereka nyasar seperti saat bersama Radit, bu Lastri jelas sering berbelanja di mall ini karena beliau sangat hafal letak toko-toko yang menjual barang yang diinginkan tapi di sinilah permasalahanya.“Kita cari tas dulu, La.” “Memang lamaran perlu tas juga, Bu bukannya cukup pakaian saja?”Bu Lastri berhenti dan memandang Nirmala sejenak lalu berkata, “mulai sekarang jangan panggil Bu tapi panggil Mama sebentar lagi kamu juga akan jadi anak mama jadi biasakan dari sekarang.”Nirmala tertegun memandang Bu Lastri dengan seksama, apakah Bu Lastri memang menerima dia sepenuhnya sebagai pendamping anaknya. Selama ini Ibu Radit me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status