Keesokan paginya, Dimas sudah bangun lebih awal. Ia memasak sarapan sederhana untuk Talita dan anak-anak, sebuah kebiasaan yang ia lakukan untuk mencairkan suasana.Saat Talita masuk ke dapur, ia melihat Dimas sibuk menggoreng telur. “Mas, aku bisa melakukannya,” katanya.Dimas menoleh, tersenyum. “Biarkan aku. Kamu duduk saja, aku akan segera selesai.”Talita menghela napas dan menurut. Dari meja makan, ia memperhatikan Dimas yang tampak tenang meski ia tahu di dalam hati pria itu sedang berjuang melawan perasaannya.Di luar, hujan mulai turun, membuat suasana semakin sendu. Talita memejamkan mata, berdoa dalam hati agar ia bisa menemukan jalan keluar dari kebingungan ini, agar ia bisa mengerti apa yang sebenarnya ia rasakan.Namun, di lubuk hatinya yang paling dalam, ia tahu, ia mulai terbiasa dengan kehadiran Dimas. Dan itulah yang membuat semuanya semakin rumit.“Aku tahu Mas, maafkan aku kalau sikapku canggung, tetapi ini berat bagiku, hatiku baru saja berpindah pada Emir, saat ak
Last Updated : 2025-02-02 Read more