Home / Romansa / Gairah Liar Presdir Posesif / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Gairah Liar Presdir Posesif: Chapter 11 - Chapter 20

31 Chapters

11. Hukuman Pertama Untuknya

“Itu … silakan Pak Binar bicara dengan Pak Aldric. Saya permisi.” Ziandra bergegas melarikan diri dari ruangan itu.Dia begitu gugup ketika ditatap Binar yang memicingkan mata dengan curiga saat mempertanyakan hal tadi.‘Semoga saja bajuku sudah rapi, tak ada kancing yang meleset!’ Ziandra sambil melihat blusnya, berharap tak ada satu pun hal mencurigakan di sana, seperti … bau Aldric?Hari ini terasa sangat panjang bagi Ziandra yang sedang menanti waktu pulang kerja agar bisa secepatnya bertemu dengan Clara.Ketika sore tiba, semangat padam Ziandra mulai bangkit. Matanya berbinar, membayangkan Clara akan tersenyum kalau dia membawakan roti krim kesukaan bocah itu.Sayangnya ….“Ikut aku menemui salah satu klien. Aku sudah menyiapkan gaun untukmu. Kamu hanya perlu ikut aku sekarang juga dan bisa pulang jam 11 nanti.” Aldric langsung saja menjatuhkan bom padanya.Aldric dan kemauannya selalu saja mengagetkan Ziandra meski dia sudah belajar untuk terbiasa dengan sikap bossy dan berbeda
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

12. Barang Bagus

‘O-orang ini gila! Dia maniak sialan! Maniak cabul!’ Ziandra terus mengumpat dan memaki Aldric di benak.Hukuman macam apa pula itu?!“Berani kamu menolak hukuman itu, aku bisa menambah durasi masa pelayananmu sebanyak 60 kali lagi,” imbuh Aldric sambil berbalik badan menghadap Ziandra.Betapa geramnya Ziandra mendengar kesewenang-wenangan si Bos. Apakah semua Bos sebrengsek dia? Citra positif dan bagaikan malaikat tak bersayap? Omong kosong!“Kamu harus ingat di salah satu pasal perjanjian kita, ada tertulis bahwa hukuman harus dilaksanakan oleh pihak kedua, yaitu kamu. Dan kalau kamu tidak melaksanakannya, maka kamu akan dibebani 60 kali pelayanan padaku atau keluargamu mengetahui perjanjian kita.” Aldric menaikkan dagu sambil mengucapkannya.Hrrgh! Ingin sekali Ziandra mencakar-cakar muka arogan Aldric yang menampilkan kesombongan sebagai penguasa yang selalu menang.Ziandra menarik napas dalam-dalam, berusaha memperluas lautan kesabarannya. Kemudian berkata, “Bapak, Anda meminta s
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

13. Dipergoki Saat Ber-selfie Tak Senonoh

“Ah!” Ziandra ikut memekik akibat kaget.Tidak disangka, ada perawat masuk ke kamar mandi.“Wah, maaf, Ibu. Saya tidak tahu kalau di dalam ada orang, karena tidak ada suara air.” Perawat itu memberikan alasan masuk akal.Untung saja itu perawat perempuan, tapi tetap saja Ziandra merasa sangat malu!“Ini … saya ….” Ziandra gelagapan menjawab.“Oh, Ibu sedang memeriksa payudara sendiri, kah?” tanya si perawat.Mendadak, Ziandra termangu mendengar ucapan perawat itu. Memeriksa payudara sendiri? Oh!“Ah, be-benar! Benar, Sus.” Ziandra lebih baik ikuti saja jawaban yang diberikan perawat itu.Perawat itu mendekat sembari Ziandra menutupi dadanya dengan handuk.“Kita sebagai wanita memang harus selalu aware dengan tubuh kita sendiri, Ibu. Salah satunya memang dengan perawatan payudara agar bisa lekas ditangani apabila ada keanehan yang tidak lazim di sana.” Perawat itu tersenyum.Sehingga, Ziandra ikut tersenyum.“Kalau Ibu membutuhkan pemeriksaan mammogram, Ibu bisa segera menjadwalkannya
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

14. Ala Foto KTP?

‘Fo-foto KTP!’ Benak Ziandra berteriak mengulang ucapan si Bos maniak.Ziandra melongo, tak tahu harus menjawab apa. Dia memotret dirinya seperti itu saja sudah merupakan beban tersendiri baginya. Dan sekarang si Bos masih protes mengenai gaya?‘Tidak bisakah dia memahami sedikit saja mengenai kegugupanku, karena itu bukan hal yang biasa aku lakukan!’ Ingin dia menjerit keras-keras.Dia kesal. Bukannya berterima kasih, Aldric malah sibuk meributkan mengenai gaya dan pose.‘Kalau ingin yang pintar bergaya, cari saja foto model terkenal, sana!’ jerit Ziandra dalam hati, penuh kekesalan.“Zia, apakah kamu ingin mendapatkan hukuman tambahan?” ancam Aldric.Pria ini! Geram sekali Ziandra. Beruntung saja Aldric adalah bosnya, atau dia sudah melayangkan tinjunya ke wajah pria itu jika bertemu.Sambil menahan kegeraman di hatinya, Ziandra menyahut dengan nada rendah penuh penekanan, “Bapak, maaf kalau foto saya mirip foto KTP, tapi itu dikarenakan saya melakukannya dengan kegugupan luar bias
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

15. Bagaimana Remasanku Tadi?

“Kenapa, Zia?” tanya beberapa rekan kerjanya yang berdiri di dekatnya.Ziandra seketika gugup. Tentunya dia tak mungkin mengungkapkan k semua orang bahwa pantatnya baru saja diremas seseorang di belakangnya, dan dia 1000 persen yakin oknumnya adalah Aldric.“I-itu tadi… tadi…” Ziandra gelagapan, tidak menemukan kalimat alasan yang tepat.Kemampuan barunya, berdusta mencari alasan, mendadak saja tidak berfungsi.“Tadi kaki Zia tak sengaja menginjak ujung sepatuku. Makanya dia kaget.” Tiba-tiba, Aldric yang ada di belakangnya, berbicara.Dengan cepat, perhatian semua orang di lift tertuju ke Ziandra, seakan dia adalah pelaku kriminal paling berdosa di muka bumi ini.Ziandra terkejut. Dia tak tahu, apakah ucapan dari bosnya itu hendak menyelamatkannya atau justru ingin dia dimusuhi karyawan lainnya karena Aldric merupakan sosok yang sangat dipuja dan dipuji sebagian besar karyawan?‘Dasar Bos maniak cabul!’ maki Ziandra dalam hati. ‘Mencarikan alasan untukku sih memang baik, tapi tak per
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

16. Naik ke Pangkuannya

‘Si brengsek cabul bermuka dua itu!’ geram Ziandra ketika membaca e-mail dari Aldric.Pesan itu membuat dadanya berdesir antara marah dan tak berdaya. Aldric jelas-jelas memanfaatkan posisinya untuk bermain-main dengannya. Pria itu sangat mengerti bagaimana memaksimalkan perjanjiannya.Dengan emosi yang memuncak, Ziandra hampir saja mengetik balasan penuh amarah, tapi dia berhenti.‘Aku sudah terikat perjanjian. Percuma aku marah. Tapi kalau dia semakin keterlaluan, bukankah hubungan kami akan tercium orang di sini?’ pikir Ziandra.Dia memutuskan untuk mengabaikan saja pesan itu, dan mulai berkonsentrasi pada pekerjaannya. Setelah itu, dia membuka dokumen kerja, berusaha mengabaikan segalanya.Namun, jauh di lubuk hatinya, Ziandra tahu bahwa ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Dia harus memikirkan cara melindungi dirinya dari bahan gosip di kantor, sebelum Aldric melangkah lebih jauh di depan orang-orang.“Zia, berikan file ini ke Bos, sana!” Elvina sambil menaruh satu
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

17. Damai dalam Pelukan

“Pe-peluk?” Ziandra terkejut dengan permintaan Aldric.Pria itu biasanya yang membuat gerakan lebih dahulu, bukan meminta sesuatu untuk dia lakukan.Maka, Ziandra pun melakukan apa yang diperintahkan Aldric padanya. Dia melingkarkan kedua lengan ke leher Aldric dengan sikap gugup.“Yah, begitu saja. Diamlah untuk beberapa saat.” Aldric memberikan perintah berikutnya.Maka, Ziandra tidak berani bergerak dan hanya memeluk saja. Hanya saja, dia agak berjengit kaget ketika Aldric membalas pelukannya.Tak hanya itu, pria itu menaruh kepalanya di bahu Ziandra, seakan memasrahkan dirinya.Kini, mereka justru mirip seperti sepasang kekasih yang sedang melepaskan kerinduan. Agak membuat Ziandra berdebar-debar.Satu menit….Tiga menit….‘Kenapa dia hanya diam saja, yah?’ Ziandra sedikit kebingungan. Ini seperti bukan Aldric yang sering terlihat cabul mesum yang dia tahu.‘Ta-tapi bukan berarti aku menginginkan dia bertingkah cabul seperti biasanya, sih! Hanya… heran saja. Ya, cuma heran.’ Ziand
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

18. Nyaman Bagai Bantal Bulu Angsa

“Haahh~” Ziandra menghela napas panjang, pelan.Di tengah kegilaan hidupnya yang jungkir balik karena Aldric, dia tidak menyangka dirinya mulai terbiasa dengan kehadiran pria itu. Bahkan, entah bagaimana, dia merasa nyaman berada di dekatnya.Tentu saja, dia tidak bisa menyangkal bahwa Aldric sering membuatnya kesal dengan permintaan-permintaan aneh.‘Tapi… di balik semua itu, seperti ada sisi lain dari Pak Aldric yang malah membuatku merasa kasihan sekaligus… entahlah!’Dia menatap Aldric yang masih tertidur lelap. Wajahnya terlihat begitu damai, jauh dari citra pria keras kepala yang dia kenal. Bibir pria itu sedikit terbuka, dan helai-helai rambut gelapnya jatuh ke dahi.Ziandra nyaris tersenyum melihatnya. Rasanya aneh, melihat Aldric yang biasanya penuh energi cabul, kini tampak begitu polos.‘Dia pasti sangat kelelahan,’ pikirnya.Pikirannya kembali pada rutinitas Aldric yang penuh tekanan. Memimpin perusahaan sebesar Zigma, menghadapi rapat tanpa henti, dan mengelola berbagai p
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

19. Kamu Sedikit Menyukaiku, kan?

‘Me-memikat?!’ Ziandra terkejut dengan ucapan Aldric.Dia semakin tidak paham dengan beberapa perkataan Aldric yang terkadang di luar perkiraan nalarnya.Kata-kata itu membuat Ziandra terdiam, tentu saja. Dia tidak tahu apakah Aldric benar-benar serius atau hanya melanjutkan godaannya.Namun, sesuatu dalam nada suara pria itu terasa tulus, dan itu cukup untuk membuat Ziandra merasa salah tingkah.Sebelum suasana semakin aneh, sebuah ketukan di pintu memecah keheningan. “Pak Aldric?” suara asisten Aldric terdengar dari luar.Mau tak mau, Ziandra bangkit dari pangkuan Aldric.Aldric mendesah sambil bangkit dari sofa, tetapi tidak sebelum menoleh ke arah Ziandra dengan tatapan iseng. “Kita lanjutkan lagi nanti, ya? Kamu bisa bersabar, kan?”Ziandra menunduk saat Aldric berjalan mendekati pintu untuk membuka, tetapi jantungnya masih berdetak kencang. Entah kenapa, tatapan dan kata-kata pria itu tadi terus terngiang-ngiang di kepalanya. “Kita lanjutkan lagi nanti, ya? Kamu bisa bersabar, k
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

20. Ancaman?

Ziandra memutar bola matanya. “Bapak terlalu percaya diri.”“Oh, aku tidak percaya diri. Aku hanya realistis,” balas Aldric, matanya berkilat nakal. “Buktinya, kau tidak meninggalkanku saat aku tertidur tadi. Itu cukup membuktikan bahwa kau peduli.”“Saya tidak meninggalkan karena… itu tidak sopan!” Ziandra berusaha membela diri, tapi dia tahu argumennya terdengar lemah. Pipinya kembali memerah, dan Aldric tampak menikmatinya.“Baiklah, baiklah,” Aldric mengangkat tangan lagi. “Aku tidak akan mendesakmu. Tapi aku tahu suatu saat nanti, kamu akan mengakuinya.”Ziandra menggelengkan kepala, berusaha mengabaikan Aldric yang tertawa kecil. Meski dia tidak ingin mengakuinya, ada sesuatu tentang pria itu yang perlahan meluluhkan benteng pertahanannya. Dan itu membuatnya merasa lebih bingung dari sebelumnya.“Kalau begitu, saya kembali ke ruangan saya,” ujar Ziandra, mencoba mengakhiri percakapan ini.“Silakan,” kata Aldric santai. Tapi sebelum dia melangkah keluar, Aldric menambahkan dengan
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status