“P-Pak Aldric.”Ucapan itu membuat wajah Ziandra langsung memanas. Dia menundukkan kepala, tidak berani menatap Aldric. Pipinya terasa membara, sementara tangannya meremas gaun yang dia pegang. "Pak Aldric, Anda keterlaluan," gumamnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.Aldric hanya terkekeh. "Oh, Zia. Kau tahu ini bagian dari kesepakatan kita. Tidak usah pura-pura malu. Sekarang, cepat ganti pakaian. Aku tidak punya banyak waktu."Ziandra hanya bisa mengangguk kecil, kemudian masuk ke ruang ganti. Di dalam, dia menatap pantulan dirinya di cermin sambil mengenakan salah satu setelan yang dipilih Aldric.Gaun blazer biru tua itu pas di tubuhnya, memberikan kesan anggun dan berwibawa.Namun, ada perasaan canggung yang terus menghantui pikirannya. Apakah semua ini benar-benar perlu? Apakah dia sudah melangkah terlalu jauh?Ketika dia keluar, Aldric sedang duduk di sofa butik, sibuk melihat jam tangannya.Namun, begitu melihat Ziandra, tatapannya berubah. Dia mengangguk puas. "Perfe
Last Updated : 2024-12-05 Read more