Semua Bab Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin : Bab 291 - Bab 300

373 Bab

291. YES, LOVE?

Ungkapan itu sebenarnya hampir sama seperti saat William menjawab 'Iya, Sayang.' Hanya saja, karena baru didengar oleh Lilia hari ini, rasanya itu menjadi sesuatu yang mengejutkan. Detak jantung Lilia yang baru saja berubah kencang kian tak bisa dikendalikan saat ia melihat kemunculan William di layar. Dengan posisi Lilia yang sedang berbaring seperti ini, William yang tiba-tiba hadir membuat seolah-olah pria itu sedang menunduk di atasnya. Dan yang lebih membuatnya salah tingkah adalah William tengah tak mengenakan atasan sehingga tubuhnya terlihat jelas memenuhi layar. "Akh—" Lilia yang hampir tersedak tak sengaja menjatuhkan ponselnya dan hampir menimpa wajahnya jika ia tak segera menghindar. "Sayang?" panggil William dari seberang ponsel. "Iya?" Lilia dengan cepat mengambil ponsel yang jatuh di sebelahnya dan menunjukkan wajahnya lagi pada William. "Kenapa?" tanya William, terdengar cemas. "T-tidak," jawabnya. "Kamu membuatku terkejut karena tiba-tiba muncul dengan tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

292. Sama-sama Kriminal

"Kedekatanmu dengan Henry telah mengatakan lebih banyak siapa ayah dari bayi yang kamu kandung itu," imbuh Nyonya Bertha. "Kamu pikir Mama tidak tahu cara mainmu? Kamu tidak ingin memiliki suami seorang sopir makanya kamu mengejar William dan menjebaknya. Sebenarnya William tidak pernah memperkosamu, 'kan?!" BRAK! Gretha menggebrakkan tangannya ke atas meja penuh amarah. Ia bangun dari duduknya dan menatap sang Ibu dengan nyalang. "Aku lakukan itu karena tidak ingin membuat Mama malu!" jawabnya dengan berseru. "Dilihat dari karakter Mama, apa kira-kira Mama juga mau memiliki menantu seorang sopir? Tapi bagus Mama mengakui bahwa Mama itu memang licik. Jadi aku tidak perlu menyalahkan diriku sendiri dari mana kelicikan itu berasal, Mama yang memberikannya untukku!" Seperti balasan telak, Nyonya Bertha tak bisa berkutik. "Gretha!" Tak ada jawaban yang bisa didengarnya. Ia memanggil Gretha yang berjalan pergi dari sana, sekali lagi. Tetapi hasilnya tetap sama. Langkah gegasnya men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

293. Terusir Pergi

Keheningan terjadi setelah William mengatakan itu. Untuk beberapa saat, hanya hela napas Tuan Adam yang mencemari sunyi. Nyonya Donna hanya menunduk, di mata William sang Ibu terlihat jelas tengah menahan malu. Tak pernah William menyaksikan beliau seperti itu. Kemungkinan besar, Nyonya Donna telah benar-benar sadar siapa yang baik dan siapa yang buruk sejak pertemuan dengan Tuan Alaric kemarin. "Jadi apa yang harus Mama lakukan?" tanya Nyonya Donna akhirnya membuka suara. "Kalau kamu tidak memaafkan, artinya kesalahan Mama terhadapmu akan bertumpuk, William. Salah pada Lilia, pada Keano juga." "Akan aku katakan pada Lilia kalau Mama datang ke sini dan ingin meminta maaf kepadanya nanti. Tapi jika Lilia tidak memberi maaf Mama, tolong anggap itu sebagai pelajaran bahwa ada beberapa kesalahan di dunia ini yang terlalu menyakitkan sampai tidak bisa dimaafkan." Nyonya Donna tersenyum getir, kepalanya memberi anggukan seolah tak memiliki pilihan lain selain menunggu Lilia memberinya j
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

294. Tak Kunjung Datang

"Lalu kita akan tinggal di mana?" tanya Gretha dengan matanya yang berair. Suaranya terasa serak, mencekik leher. Ia merasa dirinya itu seperti manusia purba yang hidup no maden, tidak menetap dan terus berpindah-pindah . "Sepertinya kita tidak punya pilihan selain menghubungi papamu," jawab Nyonya Bertha setelah mendorong napasnya dengan kasar. "Papa?" ulang Gretha, alisnya berkerut untuk dapat mencerna ucapan sang Ibu. "Papa siapa maksud Mama?" "Ganata," jawabnya. "Mama akan menghubunginya dan meminta dia untuk mencarikan tempat tinggal." Gretha meremas kedua tangannya yang mendadak kebas. Ia turut mendenguskan napasnya sebelum sesak yang menggelegak di dadanya itu ia lampiaskan dengan berteriak sekeras-kerasnya. Suaranya yang melengking tinggi memecah keheningan, ruangan hanya terisi jeritannya yang sarat akan keputusasaan. "Kita di sini hanya untuk menunggu polisi menjemput kita, Ma," katanya dengan napas tersengal. "Haruskah kita tidak menikmati hidup sebentar sebelum semu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

295. Setiap Kali Kita Berjumpa

Suara musiknya mulai terdengar, anak-anak didik yang ada di atas panggung juga mulai menyanyikan lagu. Yang paling nyaring tentu suara milik Keano, bocah kecil itu berada di tengah, sesekali mencuri pandang pada Lilia dan pada William yang duduk di seberang sana—selagi Lilia duduk di barisan para pengajar. [Pagiku cerahku matahari bersinar, kugendong tas merahku di pundak. Selamat pagi semua kunantikan dirimu di depan kelasmu menantikan kami ....] Suaranya sangat merdu, membuat para guru pengajar yang duduk di barisan Lilia dan tamu-tamu yang ada di sana seolah tak bisa menahan air mata karena memang suara anak-anak itu membaur bersama dengan musiknya. Dari awal hingga akhir menuai banyak tepuk tangan hingga semua orang yang ada di sana berdiri mengiringi turunnya anak-anak itu dari panggung. Acara berlanjut dengan sambutan-sambutan hingga penutupan dan ucapan terima kasih. Saat satu demi satu anak-anak kembali pada orang tuanya, Keano menghampiri Lilia yang lalu menggandeng tang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

296. Gigitan Di Bibir, Gigitan Di Punggung

Bukankah sebenarnya ini sedikit licik? William membuat Lilia tak bisa melakukan perlawanan bahkan jika itu hanya sekadar meloloskan desahan dari bibirnya. Ia hanya bisa menggigit blouse itu lebih kuat saat gerakan William membuat bagian-bagian sensitifnya memberi reaksi dengan menginginkan yang lebih. Wajahnya memanas. Lilia bisa merasakan pipinya seperti sedang mendidih. Jemarinya bergerak menyelusup di antara rambut hitam William. Bukan sepuluh menit yang sebentar, baginya itu adalah waktu yang mendebarkan yang tak kunjung usai. Saat William berhenti, Lilia membuka matanya. Senyum pria itu terlihat merekah saat ia mengambil bagian baju yang digigit oleh Lilia. Menariknya dan membuat ia kehilangan blouse lengan panjang miliknya itu. "Kamu mau, 'kan?" tanya William saat membuat Lilia berbaring dengan nyaman di bawahnya. "Apa itu tadi?" tanya Lilia balik, memukul dadanya dengan tangan yang tak bertenaga karena masih terlalu terkejut. "Apa? Bukannya kamu suka?" "Kamu harusnya me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

297. Melarikan Diri, Tertatih-tatih

*** Beberapa saat sebelum penangkapan Henry Barra. *** Gretha duduk di ruang tamu yang ada di dalam rumah Henry. Seperti yang pernah ia katakan sebelumnya bahwa ia tak ingin tinggal bersama dengan sang Ibu yang pergi menemui ayah kandungnya, ia kembali ke rumah ini dengan menelan rasa malu. Henry tinggal sendirian, pria itu juga duduk di sana setelah beberapa saat yang lalu pulang bekerja. Ia mendapatkan pekerjaan barunya di tak jauh dari sini, sebagai seorang staf pendukung di sebuah perusahaan kargo. "Kapan lagi jadwal USG-nya?" tanya Henry saat memandang Gretha yang hanya duduk terdiam dan termangu menatap malam melalui jendela. "Tidak perlu periksa lagi," jawab Gretha kemudian menoleh ke arahnya. "Kelahirannya sudah cukup dekat, tinggal menunggu besok atau lusa, atau Minggu depan." "Periksalah ... aku bisa mengantarmu." Gretha menghela dalam napasnya, "Apa setelah ini kamu juga akan menendangku pergi dari sini?" "Kenapa kamu tanya begitu?" tanya Henry balik. "Aku tidak memi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

298. Rumah Baru Tuan Alaric

Alasan William mengambil cuti yang sedikit panjang itu bukan tanpa alasan. Itu karena ia ingin membawa Lilia, Keano dan Alya ke kota, sekali lagi. Sebab pada hari pesta ulang tahun Velox Corp kapan hari waktunya terlalu singkat, dan kala itu masih banyak hal yang harus dipersiapkan oleh Tuan Alaric dalam rangka 'kepindahan', maka mereka belum bisa datang ke rumah barunya. Sehingga, saat beliau mengatakan kapan-kapan agar mereka berkumpul, William memiliki ide untuk mengunjunginya. Lilia baru tahu hal itu semalam, mereka membicarakannya dalam deep talk sebelum tidur dan Lilia setuju untuk datang ke sini. Mobil yang dikemudikan oleh Giff memasuki sebuah kawasan perumahan elit dan berhenti di depan sebuah gerbang berwarna putih. Begitu Giff menurunkan kaca mobilnya dan menunjukkan wajahnya pada dua security yang ada di depan seolah-olah itu adalah tanda pengenal, mereka diizinkan masuk. Sedan hadiah dari Nicholas itu berhenti di halaman. Keano yang selalu melompat turun pertama dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

299. Nanti Saat Papa Tak Lagi Ada Di Dunia Ini

"Kamu tidak pernah mengatakan itu sebelumnya," ucap Lilia seraya meletakkan tangannya di paha William, yang secara otomatis membuat pria itu menggenggamnya dengan seulas senyum. "Memang," akunya. "Aku memang tidak pernah mengatakan itu sebelumnya karena untuk kejutan. Bagaimana menurutmu, Lilia?" Lilia memandang Tuan Alaric yang seperti mengisyaratkan bahwa beliau turut senang dengan apa yang mereka lakukan. "A-aku suka," jawabnya. "Apakah itu dalam waktu dekat?" "Giff sedang mengaturnya biar perjalanan kita nyaman, mungkin ... paling lambat Minggu depan." Lilia mengangguk saat Alya yang duduk di samping Giff mengatakan, "Hati-hatilah selama perjalanan. Ibu doakan kalian dari sini." "Terima kasih, Bu," jawab Lilia dan William hampir bersamaan. "Papa juga senang mendengarnya, memang sudah waktunya bersenang-senang dan mengabulkan permintaan Keano agar dia cepat memiliki adik." "Hah! Nasib menjadi obat nyamuk," celetuk Giff yang membuat mereka terhibur. Mereka mendengar suara ge
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

300. Istri Rasa Simpanan

Bertha tak bisa menjawab. Rasanya semua kata yang pernah ia ucapkan di sepanjang ia hidup seketika sirna. Baginya, takdir sangat kejam dengan mempertemukan dirinya dengan Alya dalam keadaan yang berkebalikan. Wanita yang dulu ia hina sebagai pembantu rendahan kini hidupnya tampak berkecukupan. Ia mundur beberapa langkah saat Niel melepaskan tangannya. Tapi sepasang matanya yang berair masih menatap Alya tanpa henti. Wanita yang mendorong troli yang sejak tadi ia awasi dari kejauhan itu lalu mendekat. Menyentuh sekilas lengan Niel yang berbalut dalam jas hitam sehingga pemuda itu menyisih sedikit ke kanan. "Sudah tidak apa-apa," ucap Alya pada Niel yang mendenguskan napasnya dengan keberatan. "Saya bertanggung jawab untuk menjaga Anda, Bu Alya," balas pemuda itu. "Saya tidak akan membiarkan ada yang menghina atau melukai Anda." Alya mengangguk samar, mengusap sekali lagi lengan Niel seolah mengisyaratkan agar pemuda itu tenang dan tak terpancing emosi karena Bertha. "Alaric 'ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2829303132
...
38
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status