Tous les chapitres de : Chapitre 311 - Chapitre 320

370

311. Pulang Dan Menjadi Nyonya Quist

Untuk pertama kalinya setelah mereka meresmikan pernikahan, Lilia akan beraktivitas sebagai istri William dan tinggal untuk seterusnya di rumah ini. Selama bulan madu itu, ibunya—Alya—dengan bantuan Agni serta pelayan rumah tangga yang ada di rumah William mengemas barang yang ada di rumah neneknya Zain untuk kembali ke kota. Lebih dari sepuluh hari yang panjang dan Lilia melihat barang-barangnya sudah tiba di rumah ini. Alya akhirnya setuju untuk tinggal di rumah yang dibelikan oleh William. Tempatnya tidak jauh dari mereka, hanya berbeda perumahan dengan bangunan yang lebih sederhana sebab yang tinggal di sana hanya Alya dan dua orang pelayan serta seorang security. Lilia senang sebab ibunya itu akhirnya setuju untuk tinggal dirumah baru karena sebelumnya terus saja menolak dan mengatakan ia bisa tinggal di panti asuhan dan merawat anak-anak di sana—Ibu panti itu adalah teman Alya. Tuan Alaric lah yang melobinya, beliau mengatakan kurang lebih seperti, ‘Aku tidak ingin melihat
last updateDernière mise à jour : 2025-03-10
Read More

312. Seorang Tamu Tak Terduga

“Apa yang dia lakukan di sini?” tanya William seraya bangun dari duduknya. Jarinya yang terluka yang ia keluhkan pada Lilia itu seketika terlupakan. Alisnya berkerut saat ia menatap Giff yang sekilas menggeleng saat menjawab, “Saya tidak tahu, Tuan William. Dia hanya bilang ingin bertemu dengan Nona Lilia. Itu saja.” “Suruh dia pergi saja, Giff!” ucap William tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Tetapi hal itu tak disetujui oleh Lilia begitu saja. Ia ikut bangun dan meraih tangan William seraya berujar, “Biar aku temui saja dia, William.” “Tidak!” tepis William, wajahnya mengeras, menolak dengan tegas. “Apa setelah semua yang dia lakukan padamu aku bisa membiarkan dia bertemu denganmu begitu saja. Tidak, Lilia! Tidak akan ada yang pergi menemui wanita itu!” Lilia menjumpai kekhawatiran yang besar dari cara William bertutur. Penolakannya yang tegas itu mengatakan lebih banyak bahwa ia tak akan membiarkan Lilia bertatap muka dengan Gretha. “Kalau kamu khawatir kamu bisa peri bers
last updateDernière mise à jour : 2025-03-10
Read More

313. Dia Yang Melukaiku, Dia Juga Yang Meminta Belas Kasihku

‘A-apa dia bilang?’ batin Lilia, tubuhnya berdiri membeku di belakang William yang tak bisa menahan diri untuk tetap menjaga ketenangannya. “Apa kamu bilang?!” tanya William dengan lantang. Ia selangkah maju tetapi Lilia meraih tangannya sehingga pria itu tetap tertahan di tempatnya. “Kamu bilang agar Lilia merawat anakmu?” Gretha tampak memberikan anggukannya, ia kembali menatap Lilia dan dari jarak yang memisahkan mereka ini, Lilia melihat netra wanita itu berair. Ekspresinya penuh dengan harap, seolah memang Lilia adalah satu-satunya harapannya yang tersisa. Seakan ia tak memiliki lagi tempat ke mana ia harus mengadu. “Iya,” katanya. “Aku berjanji akan menebus semua kesalahanku tapi bisakah Lilia dan Kak Liam merawat anakku? Dia tidak bersalah, tapi harus menanggung dosa yang aku lakukan dan—“ “Artinya kamu sadar,” sela William sebelum Gretha berceloteh lebih panjang. “Artinya kamu sadar apa yang kamu lakukan adalah sebuah dosa besar. Kenapa baru sekarang? Ke mana saja kamu s
last updateDernière mise à jour : 2025-03-11
Read More

314. Urat Malunya Sudah Putus

Memasuki rumah, Lilia harus menghela dalam napasnya untuk menguraikan sesak yang baru saja menjeratnya ini. “Kamu baik-baik aja?” tanya William seraya memindah tangannya dari pinggang Lilia ke bahunya, ia rangkul dan ia beri usapan lembut. “Iya, William. Aku baik-baik saja,” jawabnya. “Hanya ... sedikit terkejut saja mendengar Gretha berbicara seperti itu tadi.” “Sama. Aku juga terkejut.” “Aku harap dia mendapatkan poinnya bahwa setiap dari yang kita lakukan itu memiliki akibatnya. Yang baik atau yang buruk.” William mengusap bagian belakang kepalanya, pada rambut panjangnya yang hitam legam. Terpesona pada cara Lilia berucap tentang akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Itu lembut dan sangat keibuan. “Seperti yang kamu katakan tadi, Lilia,” ucap William. “Kamu memiliki hak untuk menolak. Jadi keputusan kamu untuk menolak permintaannya tadi itu adalah pilihan yang benar.” “Aku sepertinya terlalu banyak menonton drama,” ujar Lilia saat mereka terus berjalan menuju k
last updateDernière mise à jour : 2025-03-11
Read More

315. Ini Soal Adiknya Keano

Lilia juga hampir tersedak mendengar tanya polos Keano. Mereka bertiga orang dewasa harus menggapai gelas berisi air minum dan membasahi leher mereka yang mendadak dilanda kekeringan. "Tidak semudah itu, Keano," ucap William akhirnya. Memandang pada anak lelakinya yang mengerjap dan kembali mengunyah makanannya. "Lalu bagaimana, Papa?" "Adik tidak akan muncul semudah itu. Kalaupun nanti ada kabar baiknya, kita masih harus menunggu sampai sembilan bulan sampai adik lahir," tuturnya menerangkan. "Hm ... baiklah." Keano mengangguk, sepertinya bisa memahami apa yang dikatakan oleh William. Mereka kembali melanjutkan makan dan selesai beberapa saat kemudian. Keano mengajak Giff untuk berenang sebelum ia masuk ke kamar atas dan menyusul Lilia yang sibuk dengan tablet yang ia pinjam dari William untuk mencari informasi sekolah Keano. Tadi ia sudah mendapatkan jawaban dari William soal di mana Jayce dan Jasenna bersekolah. Ia memeriksa kapan pendaftarannya dibuka dan biayanya. Sedang W
last updateDernière mise à jour : 2025-03-11
Read More

316. Borgol Membelenggu

"Anda ditahan atas pasal pembunuhan berencana, pemusnahan barang bukti, pemerasan, penggelapan dan perbuatan tidak menyenangkan." Petugas tersebut memandang Gretha dan Nyonya Bertha bergantian. Surat penangkapan yang ditunjukkan di hadapan Nyonya Bertha yang memang berdiri paling dekat dengan mereka lalu diturunkan. "Bawa mereka!" titahnya pada petugas lain yang ada di belakangnya. "Tidak!" seru Gretha seraya berjalan mundur. Ia tidak mau ditangkap! Ia berlari pergi dari sana, air matanya berlinangan penuh ketakutan. "GRETHA!" panggil Nyonya Bertha, seruannya mengatakan lebih banyak agar sebaiknya mereka menyerah saja. Jalan mereka sudah buntu, mereka tidak bisa lari ke manapun sebab rumah ini pasti telah dikepung. "Jangan bawa saya sekarang!" Gretha berseru keras-keras, larinya terhalang oleh polisi yang lebih dulu bergerak dan tiba di hadapannya. "Lepas!" Ia memberontak saat tangannya diraih. Suara borgol yang dikeluarkan membuat bulu kuduknya berdiri. Dinginnya benda itu
last updateDernière mise à jour : 2025-03-12
Read More

317. Mencoba Gaun Tidur

Gretha memukuli Nyonya Bertha yang hanya bergeming di tempat ia duduk. Tangisan Gretha terdengar nyaring, dirundung oleh keputusasaan hingga kerapuhan yang besar kala ia memahami sepenuhnya bahwa ini adalah akhir dari segalanya. “Tolong tenang!” pinta seorang petugas polisi yang duduk di depan. Pria berseragam itu menoleh ke belakang dan memandang Gretha dengan raut wajah yang mengeras seolah itu adalah peringatan pertama dan terakhirnya. Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk tiba di halaman kantor kepolisian. Gretha dan ibunya dibawa keluar dengan pengawalan yang ketat. Mereka dibawa masuk segera ke ruang pemeriksaan. Langkah kakinya berubah gamang kala ia dipisahkan oleh sang Ibu dan ditempatkan di ruangan yang berbeda. Dan mungkin ke depannya mereka tak akan bisa bertemu satu sama lain. Hingga waktu yang tak bisa ditentukan. Ini akan menjadi waktu yang panjang, dan dingin .... Ada banyak orang yang menyebutkan bahwa lantai tahanan itu jauh lebih dingin ketimbang b
last updateDernière mise à jour : 2025-03-12
Read More

318. Keano: “Papa Sekarang Lebih Pintar”

Tidak lagi! Lilia tidak akan mengenakan gaun tidur seperti semalam karena pada pagi harinya saat terbangun rasanya tubuhnya ini remuk! Ia sudah bangun dari tadi, tetapi masih belum ingin turun dari ranjang lagi dan berbaring di sana, membungkus dirinya degan selimut hangat. Matanya memandang langit-langit kamar yang juga masih gelap, sebelas-dua belas dengan keadaan di luar yang belum menunjukkan semburat fajar. Bisa dibilang, ini masih terlalu pagi. Lilia memang terbangun karena ia kedinginan sehingga ia berjalan menuju ke ruang ganti, memutuskan untuk mandi dengan air hangat dan mengenakan piyama lengan panjang kemudian kembali merebahkan dirinya ke atas ranjang. William? Jangan ditanya sedang ke mana sebab prianya itu sudah pasti menjalani hidup sehatnya dengan berada di dalam ruang gym. Lilia pernah melihatnya tinju atau sekadar berlari di ats treadmill. “Tubuhku rasanya sakit semua,” ucap Lilia seraya mengalihkan dirinya menjadi miring ke kiri. Yang semalam kembali menye
last updateDernière mise à jour : 2025-03-12
Read More

319. Keponakan Uncle Memang Pintar

“Wah ... keponakannya Uncle Nic ini memang sangat pintar,” ucap seseorang yang datang dari belakang Giff, yang namanya baru saja disebutkan oleh Keano, Nicholas. Ia melangkah mendekat ke arah meja William bersama dengan Jovan—sekretarisnya—yang menyerahkan beberapa map pada Giff. “Uncle Nic!” sapa Keano seraya melambaikan tangannya. “Halo! Uncle baru tahu kamu di sini. Papa tidak memberi tahu tadi. Di mana Mama, Keano?” “Apa itu?” sahut William seraya bersedekap di kursinya setelah ia menurunkan Keano dan membiarkan anak lelakinya itu berlari menghampiri Nicholas. “Kenapa kamu menanyakan di mana istriku?” “Apa ada yang salah dengan itu?” tanya Nicholas balik, nada bicaranya memang ia sengaja untuk menggoda William. “Aku menanyakan Lilia Zamora adikku, Mamanya Keano. Sepertinya kamu yang berpikiran terlalu jauh, William.” Nicholas membungkukkan badannya saat Keano tiba di dekatnya. Kedua tangannya mengarah ke depan sehingga ia bisa menggendong bocah kecil itu. “Aku tidak akan ber
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

320. Jaket Kulit Hitam

Seusainya makan malam, saat Lilia duduk di dalam kamar bersama dengan Keano yang sibuk dengan pensil dan mewarnai gambar-gambar hewan laut, ia melihat kedatangan William yang masuk ke dalam kamar dengan tampilan yang sedikit ... tidak biasa. Prianya itu mengenakan jaket hitam, jaket kulit yang melihatnya sekilas saja Lilia tahu itu harganya mahal. Pertanyaannya, ‘Untuk apa dia memakai jaket kulit malam-malam begini?’ “Sedang apa?” tanya William lebih dulu sebab sedari tadi Lilia hanya diam saja. “Hanya membaca buku,” jawab Lilia. William mendekat dan berdiri di samping Lilia yang duduk di sofa. Sedang Keano mengangkat wajahnya dan alisnya seketika berkerut melihat William. Kepalanya tertarik ke belakang dengan imbuhan ekstra kejut yang membuat William bertanya, “Kenapa, Keano?” “Papa tumben memakai baju seperti itu di dalam rumah?” tanya anak lelakinya balik. “Papa mau pergi, Sayang. Sebentar nanti Papa akan kembali. Mau Papa bawakan sesuatu?” “Roti bakar,” jawab Keano. “Okay
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More
Dernier
1
...
3031323334
...
37
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status