Rasa haru seketika menyergap mereka, baik itu di hati Lilia atau di dalam sanubari William dan Keano. William sekali lagi mencium Lilia, kali ini bukan di pipi, melainkan di bibir. Beberapa detik yang bisa dirasakan oleh Lilia penuh dengan ketulusan. Mereka saling menukar senyuman sebelum memandang Keano yang menghela dalam napasnya. Saat bocah kecil itu melakukan hal tersebut, suara isak dapat didengar oleh Lilia. Keano menunduk, menutup kedua matanya dengan tangan-tangan kecilnya. “Sayang,” panggil Lilia teriring tangan besar William yang mengusap puncak kepala Keano. “Keano kok menangis kenapa?” Lilia menggapai tangan Keano, menyisihkannya dari kedua matanya yang bening yang kali ini tak dijumpainya. Saat tangan itu menyisih, benar dugaan Lilia bahwa Keano tengah menangis. “Kenapa, Sayang?” tanya Lilia sekali lagi. “Keano sedih?” Keano menggeleng, “Tidak, Mama,” jawabnya. “Keano tidak sedih ... Keano hanya sangat senang karena akan memiliki adik. Papa benar ....” Kepalany
Dernière mise à jour : 2025-03-24 Read More