Tous les chapitres de : Chapitre 331 - Chapitre 340

370

331. Sesuatu Yang Terjadi Di Atas Meja

Pagi hari ini, Lilia turun dari lantai dua dengan sedikit terlambat. Bukan tanpa alasan, itu karena ia harus melakukan sesuatu terlebih dahulu untuk menutupi luka kemerahan di lehernya akibat ‘gigitan’ William yang sedikit ganas tadi malam. Ia harus mengenakan dress yang kerahnya tinggi sehingga bisa menutupi lehernya—hingga ke dagu jika perlu. “Selamat pagi,” sapa beberapa orang pelayan yang kebetulan berpapasan dengannya saat ia tiba di undakan tangga terakhirnya. “Selamat pagi,” balas Lilia, tersenyum pada mereka yang membawa keranjang bunga yang baru dipetik. Ia melanjutkan langkahnya dengan sedikit berlari untuk menuju ke ruang makan karena tadi Agni memberi tahunya bahwa William dan Keano sudah berada di sana. “Selamat pagi, Sayang,” ucap Lilia pada Keano yang tersenyum seraya melambaikan tangannya. “Selamat pagi, Mama.” Lilia lalu duduk di samping Keano, tak lupa menunjukkan senyumnya juga pada William yang ada di seberang meja dan salah satu alisnya terangkat penuh kea
last updateDernière mise à jour : 2025-03-19
Read More

332. Janji Bertemu Nanti Malam

“Maaf, Sayang,” ucap William seraya memandang keano yang air matanya harus diusap oleh Lilia. “Papa kira kamu tadi Mama. Papa mau minta tolong pada Mama untuk memberi Keano jawaban. Tapi malah tidak sengaja menendang kakinya Keano. Maaf ya?” Keano berhenti menangis. Ia kembali menerima garpu ayam gorengnya dari Lilia dan melanjutkan makan. Barulah kemudian Lilia memandang Keano. Dengan pucuk hidungnya yang memerah bocah kecil itu mengatakan, “Keano pikir Papa sengaja menendang kakinya Keano.” “Tidak, Sayang. Mana ada begitu?” “Hm ....” “Pantas saja tadi kakinya Mama terasa sangat jauh. Teryata itu kaki kamu.” “Jangan begitu lagi lain kali!” peringat Lilia dari samping Keano duduk. Yang dijawab dengan anggukan oleh William. Setelah itu, ‘perseteruan kecil’ mereka usai. Mereka melanjutkan makan dengan Keano yang tak lagi menangis dan masih dengan rasa penasaran yang sama bertanya, “Jadi apa jawabannya, Mama?” Bukankah Lilia tak perlu mempertanyakannya lagi? Itu pasti soal meng
last updateDernière mise à jour : 2025-03-19
Read More

333. Selamat Ulang Tahun, Lilia ....

Malam harinya, setelah memastikan luka kemerahan di lehernya tidak terlihat karena ia tutup dengan make up, seperti yang dikatakan oleh William tadi pagi melalui pesan, Lilia benar datang ke hotel tempat di mana dulu William melamarnya. Tempat di mana ia mendapatkan cincin bunga lily—yang dulu hanya dianggap Lilia sebagai sebuah kebetulan ternyata benar bahwa William memilih cincin itu karena ia jatuh cinta saat melihatnya, bunga lily untuk Lilia. Ia mengenakan gaun yang tadi dipilihkan oleh Keano. Benar ... memang seperti itu karena Lilia bingung mengenakan yang mana. Tetapi Keano menunjuk pada gaun yang akhirnya ia kenakan ini. Sebuah gaun berwarna burgundy yang elegan. Dengan bahan yang lembut dikenakan dan dipuji oleh Keano serta para pelayan yang melihatnya. ‘Sangat cantik, Nona.’ ‘Kalau begini, bukannya yang ada Tuan William akan semakin jatuh cinta pada Nona?’ ‘Sangat cocok dengan kulit Nona Lilia.’ Silih berganti pujian ditujukan untuknya. Tetapi yang paling menghangat
last updateDernière mise à jour : 2025-03-19
Read More

334. After Birthday Party

Kecuali William, Lilia, Keano, Giff dan Niel yang akan tinggal di hotel setelah kembang api usai, semua orang pergi meninggalkan rooftop dengan hati yang bahagia. Lilia mendapat hadiah dari Tuan Alaric berupa kalung mahal yang ia lihat selalu dikenakan oleh selebritis dunia yang terkenal. Desain berbentuk ular yang glamor, yang berkali-kali Lilia bilang pada ayahnya itu bahwa ini agaknya sedikit ... berlebihan. Tapi Tuan Alaric mengatakan bahwa Lilia bisa menyimpannya saja jika tak mau mengenakannya. Anggap itu sebagai investasi jangka panjang. Di dalam kamar hotel setelah memastikan Keano terlelap di dalam kamar milik Giff, William masuk ke dalam sana. Suara langkah kakinya yang dikenal oleh Lilia membuatnya menoleh. "Apakah Keano sudah tidur?" tanya Lilia seraya menghadapkan tubuhnya pada prianya itu. William mengangguk, "Sudah, Sayang." Lilia membiarkannya mendekat dan merengkuh pinggangnya. Hangat telapak tangan besar William singgah di sana, memberinya rasa nyaman. "Kemban
last updateDernière mise à jour : 2025-03-20
Read More

335. Hadiah Untuk William Dan Keano

“B-bicara apa kamu, William?!” tanya Lilia balik seraya mendorong dada bidangnya agar mereka memiliki jarak. Bukankah tidak perlu Lilia tanyakan akan ke mana percakapan mereka ini akan dibawa? William hanya tersenyum, senang melihat wajah memerah Lilia yang selalu memberinya debaran. Sedang Lilia menunduk untuk melihat tangan prianya itu. Di mana di sana ada salah satu anting miliknya yang baru saja diambil oleh William. “Terima kasih,” ucap Lilia kemudian membiarkan William melepas yang satunya juga. Setelah itu, Lilia meletakkannya di dalam tempatnya. Ia duduk di tepi ranjang, melepas sepatunya sementara William melepas jas yang ia kenakan. Untuk beberapa saat, Lilia tak melihat ke mana ia pergi. Tapi saat ia kembali, pria itu membawa sebuah kotak berukuran kecil, yang dilapisi oleh beludru yang lalu ia tunjukkan pada Lilia apa isi di dalamnya. “Hadiah ulang tahun dariku untuk kamu,” katanya. Senyumnya merekah, manis menghiasi wajahnya yang tampan. Lilia memandang apa yang ad
last updateDernière mise à jour : 2025-03-21
Read More

336. Dua Garis Merah

*** Beberapa waktu sebelum kejutan untuk William dan Keano siap. *** Sebenarnya ... Lilia merasa ada yang aneh saat ia melihat kalender duduk yang ada di meja kerja William di dalam kamar itu. Ia duduk di sana untuk meletakkan figura kecil yang beberapa hari lalu diminta oleh William. Foto mereka bertiga yang diambil pada hari perpisahan Keano. Si pemilik mejanya sedang bermain sepak bola dengan anak lelakinya di halaman depan, sementara Lilia ada di dalam kamar setelah menerima figura itu dari Agni. Lilia menghela napas panjang saat jari telunjuknya mengarah ke kalender tersebut, membolak-baliknya. "Sudah tidak datang sejak tanggal ini," gumam Lilia seorang diri. "Aku terlambat datang bulan selama itu?" Jika Lilia pikir-pikir lagi ... bukankah kemungkinan itu bisa saja terjadi? 'Apa aku hamil?' batinnya. 'Kalau iya ... kenapa tidak ada tanda-tandanya sama sekali?' Padahal setahu Lilia, orang hamil pada umumnya akan memiliki gejala yang membuat tubuh mereka tidak nyaman. Tapi
last updateDernière mise à jour : 2025-03-22
Read More

337. Hadiah Terindah

Rasa haru seketika menyergap mereka, baik itu di hati Lilia atau di dalam sanubari William dan Keano. William sekali lagi mencium Lilia, kali ini bukan di pipi, melainkan di bibir. Beberapa detik yang bisa dirasakan oleh Lilia penuh dengan ketulusan. Mereka saling menukar senyuman sebelum memandang Keano yang menghela dalam napasnya. Saat bocah kecil itu melakukan hal tersebut, suara isak dapat didengar oleh Lilia. Keano menunduk, menutup kedua matanya dengan tangan-tangan kecilnya. “Sayang,” panggil Lilia teriring tangan besar William yang mengusap puncak kepala Keano. “Keano kok menangis kenapa?” Lilia menggapai tangan Keano, menyisihkannya dari kedua matanya yang bening yang kali ini tak dijumpainya. Saat tangan itu menyisih, benar dugaan Lilia bahwa Keano tengah menangis. “Kenapa, Sayang?” tanya Lilia sekali lagi. “Keano sedih?” Keano menggeleng, “Tidak, Mama,” jawabnya. “Keano tidak sedih ... Keano hanya sangat senang karena akan memiliki adik. Papa benar ....” Kepalany
last updateDernière mise à jour : 2025-03-24
Read More

338. Kegagalan Yang Fatal

Rasanya masih nyeri ... bekas sayatan yang ada di perutnya belum juga mengering tetapi Gretha harus pergi ke tempat yang menurutnya sangat jauh untuk menjalani pemeriksaan—yang ia rasa tak ada hentinya. Hari demi hari, hidupnya ia habiskan di dalam sel yang dingin dan di tempat pemeriksaan. Begitu terus, semuanya terulang. Ia menunduk dengan mata yang terasa perih. Cekungan di dua kelopaknya dijumpainya tadi saat ia memandang cermin yang ada di dalam bilik kamar mandi sempit yang harus ia gunakan bersama dengan dua tahanan lainnya. Kedua tangannya yang terasa dingin tengah terbelenggu di dalam borgol yang mengkilat. Ia duduk di kursi roda yang didorong oleh salah seorang petugas penjara yang akan mengantarnya ke ruang pemeriksaan. Itu pun karena ia tadi memohon dengan berlinangan air mata bahwa ia masih kesakitan, perutnya masih terasa perih dan ia masih lemah. Beruntungnya, salah satu petugas penjara yang seorang wanita masih memiliki hati dan belas kasihan sehingga ia dip
last updateDernière mise à jour : 2025-03-24
Read More

339. Masih Akan Terus Berlanjut

Mereka lalu hanya saling tatap dalam kebisuan, hingga suara pintu yang terbuka mereka dengar, kemudian muncullah dua orang pria yang mengenakan pakaian hitam. Mereka berdua duduk berseberangan meja dengan Gretha dan Henry. Keheningan menyergap selain bunyi benda-benda yang ditata di atas meja. Salah seorang dari dua pria itu mengatakan, “Kalian sudah tahu ‘kan kalau pemeriksaan kali ini akan sedikit berbeda?” tanyanya. “Kita akan melakukan sinkronisasi pernyataan dari kalian berdua dalam memberikan keterangan.” Baik itu Gretha maupun Henry tak ada yang menjawab. Kepala mereka tertunduk, seolah hanya bisa berpasrah. Bagi Henry ... apa yang baru saja dikatakan oleh Gretha itu menyayat hatinya dengan amat perih. Napasnya terasa patah-patah, menderu menjumpai kenyataan bahwa bayi yang sebelumnya ia pikir dapat ia lihat meski hanya beberapa saat rupanya tidak terwujud. “Menurut salah satu keterangan dari kalian berdua, apakah benar kalian merencanakan pembunuhan terhadap korban kar
last updateDernière mise à jour : 2025-03-25
Read More

340. Agenda Menginap Dan BBQ Party

Seperti yang pernah dikatakan oleh William, mereka akan datang ke rumah Tuan Alaric. Pria itu menyambut Lilia yang datang bersama dengan William dan tentu saja anak lelaki mereka, Keano. "Selamat datang," sambut beliau saat melihat Lilia mendekat sedang William dan Keano masih mengambil beberapa barang dari bagasi sebagai oleh-oleh. "Papa," sapa Lilia seraya menundukkan kepalanya. Tuan Alaric tak menjawab selain memeluk Lilia. "Kangen sekali rasanya dengan kamu, Leonora." "Sama, aku juga kangen dengan Papa." "Papa sangat senang saat kamu bilang akan datang ke sini, ibumu sudah ada di dalam," ujar beliau. "Sungguh?" "Iya. Dia yang paling bersemangat sejak tadi dan meminta izin untuk mengotori dapur agar bisa membuatkan makanan yang enak untuk kamu dan Keano." Lilia tak bisa membendung senyumnya. Hangat sekali hatinya mendengar semua kalimat yang diucapkan oleh sang Ayah. Lilia menarik kepalanya dari Tuan Alaric saat ayahnya itu melepasnya. Pria paruh baya tersebut kemudian me
last updateDernière mise à jour : 2025-03-26
Read More
Dernier
1
...
323334353637
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status