Semua Bab CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku: Bab 51 - Bab 60

157 Bab

51. Teman Lama

Cheryl melangkah keluar dari lift dengan kepala tegak, meski hatinya masih bergemuruh dengan emosi yang baru saja menyerbunya. Lobi gedung perkantoran elite itu dipenuhi oleh orang-orang berpakaian rapi, lalu lalang dengan langkah cepat, seakan dunia mereka begitu terencana dan terstruktur.Ketukan sepatunya menggema ringan di atas lantai marmer yang mengilap. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengusir kepahitan yang masih tersisa di dadanya. Tidak ada gunanya lagi memikirkan apa yang terjadi di dalam lift tadi. Ia harus melangkah maju.Namun, sebuah suara menghentikan langkahnya."Cheryl?"Ia menoleh.Seorang pemuda berdiri tak jauh darinya, mengenakan kemeja putih yang lengannya sedikit tergulung hingga siku, dipadukan dengan celana bahan gelap yang memberi kesan profesional tetapi tetap santai. Rambutnya yang sedikit berantakan memberi kontras dengan penampilannya yang rapi, seakan kebiasaannya di masa sekolah dulu masih melekat."Axel?" Cheryl sedikit terkejut.Lelaki muda d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

52. Merasa Dihargai

“Aku juga tahu, kamu bisa nge-dance. Aku pernah melihat videomu sedang latihan nge-dance K-Pop di hape Chika. Itu juga bisa jadi penampilan yang menarik.”Mulut Cheryl ternganga sedikit, tapi kemudian ia cepat-cepat mengatupkan mulutnya. Ia tidak mengira Axel mengetahui beberapa hal tentang dirinya yang jarang diketahui oleh orang lain.Ia cepat-cepat menggeleng. “Ah, itu cuma iseng, bukan latihan yang serius.” “Tapi bagus kok. Kalau diseriusin latihannya pasti bakal keren.”“Nggak.” Cheryl bersikeras menggeleng. “Tampil di depan orang-orang… itu bukan bagianku. Kalau semua orang maunya tampil, siapa yang jadi penontonnya?”“Kan tampilnya ganti-gantian?” “Ah, pokoknya nggak.”Axel tersenyum, ada sesuatu dalam cara Cheryl menolak yang membuatnya tiba-tiba gemas dan penasaran sekaligus. Di balik segala pencapaiannya selama SMA sebagai ketua OSIS, kala itu ada sisi dirinya yang benar-benar ingin memberikan ruang bagi orang lain untuk berkembang, terutama Cheryl yang sebenarnya memiliki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

53. Versi Terbaik

Di ruang rapat utama yang terletak di lantai 17, para direksi telah berkumpul. Cahaya matahari dari jendela besar menyoroti ekspresi tegang di wajah mereka. Di ujung meja panjang, Bara duduk di kursi eksekutif berbahan kulit yang empuk dengan postur tegap, matanya menyapu seluruh ruangan, membaca ekspresi satu per satu. Rapat dimulai."Kita semua tahu, laporan kuartal ini menunjukkan peningkatan pengguna sebesar 15%, tapi ada juga lonjakan biaya operasional yang cukup signifikan. Saya ingin mendengar solusi dari masing-masing divisi. Pak Aditya, bagaimana dari sisi keuangan?" Suaranya tenang, tetapi membawa beban keputusan besar.Aditya, CFO perusahaan, membuka berkasnya dengan hati-hati. "Kami telah menganalisis pengeluaran terbesar, dan kami menemukan bahwa biaya akuisisi pelanggan naik 20% dibanding kuartal sebelumnya. Kami bisa menekan angka ini dengan mengoptimalkan strategi pemasaran digital, mengurangi ketergantungan pada iklan berbayar, dan lebih fokus pada retensi pelanggan."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

54. Mungkin Cuma Perasaanku

"Nina."Bara menyebut nama sekretarisnya dengan nada rendah, nyaris tanpa intonasi. Nina segera mengangkat wajahnya dari tablet yang sejak tadi digunakannya untuk mencatat jadwal, lalu menatap Bara dengan penuh perhatian."Rapat berikutnya… dengan perwakilan perusahaan klien, Pak, di kantor mereka. Mobil sudah siap di lobi," ujar Nina cepat, seolah sudah mengantisipasi pertanyaan Bara.Bara menutup laptopnya dengan satu gerakan tegas, lalu berdiri. "Oke."Seperti biasa, Nina sigap berjalan di sampingnya, mengikuti setiap langkah sang CEO dengan profesionalisme tanpa cela. Bara berjalan dengan langkah tegap, posturnya memancarkan dominasi alami yang membuat orang-orang di sekitarnya refleks menyingkir memberi jalan. Para karyawan yang kebetulan berpapasan dengannya menundukkan kepala hormat, beberapa mencuri pandang dengan penuh kekaguman.Saat ia memasuki lobi, matanya tiba-tiba menangkap sesuatu yang membuat langkahnya sedikit melambat.Cheryl.Di dalam coffee shop sana, wanita itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

55. Minta Tolong

Matahari mulai condong ke barat, menciptakan cahaya keemasan yang jatuh di antara gedung-gedung tinggi. Udara terasa hangat dengan angin sepoi-sepoi yang sesekali berembus. Cheryl melangkah di samping Axel, menyadari bahwa ini adalah pertemuan pertama mereka setelah beberapa tahun tak bertemu sejak kelulusan SMA. Ada kehangatan dalam percakapan mereka, sesuatu yang akrab namun juga terasa sedikit asing.Axel memasukkan tangannya ke dalam saku celana, berjalan santai di samping Cheryl. "Aku masih tak percaya kita bertemu lagi setelah sekian lama," katanya sambil melirik ke arahnya.Cheryl tersenyum kecil. "Aku juga. Rasanya seperti kebetulan yang aneh."Axel terkekeh. "Atau mungkin semesta memang bekerja dengan caranya sendiri?"Cheryl menoleh padanya, mengangkat alis. "Kamu jadi percaya takdir sekarang?"Axel mengangkat bahu, matanya masih menatapnya dengan sorot iseng yang khas. "Mungkin. Terutama jika itu berarti aku bisa bertemu teman lama yang dulu selalu membuatku penasaran."Ch
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

56. Tidak Berani Berharap

Cheryl melangkah lesu ke dalam rumah megah milik Bara. Aroma khas kayu cendana dan sedikit jejak wangi kopi yang tersisa di udara tidak cukup untuk mengangkat semangatnya. Langkahnya terasa berat saat melewati koridor menuju dapur, tempat Mimi biasanya mengawasi pekerjaan para staf.Saat Cheryl tiba di ambang pintu dapur, Mimi yang tengah merapikan meja langsung menoleh. Raut wajahnya yang lembut segera menangkap perubahan suasana hati Cheryl. Dengan cepat, wanita setengah baya itu menghampiri Cheryl dan menyentuh lengannya dengan penuh perhatian."Nona Cheryl. Ada apa?" tanya Mimi dengan nada keibuan.Cheryl menunduk, menggigit bibirnya sebelum menjawab dengan suara lemah. "Bara sudah mencoba masakan yang aku buat… tapi dia hanya mencicipi sedikit dan membuang sisanya."Mimi menghela napas pelan, lalu menuntun Cheryl ke kursi di sudut dapur. Ia mengambil teko berisi teh hangat dan menuangkannya ke dalam cangkir, mendorongnya ke hadapan Cheryl. "Minum dulu, Nona. Kamu sudah berusaha s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

57. Setitik Harapan

Udara malam menyelimuti bagian sisi halaman rumah Bara yang luas dengan keheningan, yang hanya sesekali dipecah oleh gemericik air dari pancuran kecil di kolam. Cheryl duduk di tepi kolam dengan punggung sedikit membungkuk, kedua lengannya melingkari lutut, menatap pantulan wajahnya di permukaan air yang jernih. Cahaya bulan jatuh samar ke permukaan, menciptakan ilusi gerakan setiap kali angin berembus pelan. Di dalam kepalanya, pikiran berputar tentang Axel. Tentang janji yang ia ucapkan dengan nada penuh keyakinan—akan membantunya mendapatkan pekerjaan di Bintang Hospital. Harapan Cheryl bertumpu pada janji itu. Bukan sekadar untuk mengisi waktu atau mencari kesibukan, tapi untuk sesuatu yang lebih dalam. Harga diri. Keinginannya untuk tidak sekadar menjadi penghuni pasif di rumah Bara, seorang istri dalam nama tanpa fungsi nyata. Ia butuh pijakan, sesuatu yang bisa membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekadar aksesori dalam kehidupan Bara.Dering nyaring tiba-tiba memecah kehe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

58. Dia Berbohong

Bara memasuki halaman rumahnya dengan langkah tegap. Malam telah jatuh sempurna, memandikan setiap sudut bangunan megah itu dalam cahaya lampu-lampu kristal yang menggantung dari langit-langit tinggi. Pilar-pilar kokoh menopang balkon di lantai dua, memberikan kesan aristokratik yang angkuh. Dinding-dindingnya dipenuhi kaca besar yang memantulkan kilauan lampu taman, sementara lantai marmer yang mengilap menjadi alas yang menyerap langkah-langkahnya yang tenang namun penuh ketegasan.Di dalam, aula luas menyambut dengan kemewahan yang hampir berlebihan. Langit-langit tinggi dihiasi ukiran detail berwarna emas, memberikan sentuhan klasik yang elegan. Sofa berbahan kulit asli tertata sempurna di ruang tamu, menghadap perapian yang hanya sesekali dinyalakan untuk menambah atmosfer. Aroma mawar dari vas kristal di atas meja panjang tercium samar, menciptakan perpaduan sempurna antara kemegahan dan kehangatan.Niat Bara untuk segera mencari Cheryl terhenti ketika matanya menangkap sosok
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

59. Baiklah, Katakan Sekarang

Cheryl mengikuti Bara menyusuri lorong rumahnya yang megah, langkah kakinya menggema ringan di lantai marmer yang mengkilap sempurna. Ia tidak tahu pasti apa yang membuatnya tetap berjalan di belakang pria itu—apakah rasa penasaran, atau sekadar kesadaran bahwa menolak tidak akan ada gunanya.Hingga akhirnya, Bara berhenti di depan sebuah pintu tinggi. Dengan gerakan santai namun penuh kendali, ia membuka pintu tersebut dengan menempelkan sidik jarinya, memperlihatkan ruangan luas yang langsung membuat Cheryl terpaku.Tidak ada rak buku klasik atau dekorasi berlebihan, namun semuanya terasa modern dan futuristik.Di tengah ruangan, sebuah meja kerja panjang berdiri kokoh, terbuat dari kaca hitam mengilap. Di atasnya, beberapa tumpukan dokumen tersusun rapi, bersanding dengan sederet perangkat elektronik canggih—laptop tipis dengan logo eksklusif dan monitor berlayar datar yang besar, tampak seperti sistem kontrol dalam film-film sci-fi.Aroma kayu cendana bercampur bau maskulin yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

60. Bukan Itu Maksudku

"Baiklah... katakan sekarang."Suaranya terdengar datar, tanpa getar emosi sedikit pun. Seolah ia telah mengubur segala perasaan jauh ke dalam lubuk hatinya."Aku siap mendengar talak cerai darimu. Setelah itu, kita akan bersikap seolah pernikahan ini tak pernah ada."Bara terdiam.Seketika, ada sesuatu yang bergemuruh dalam dadanya. Getaran itu datang tiba-tiba, menyerang tanpa aba-aba, mengguncang sesuatu di dalam dirinya yang selama ini terkunci rapat. Rasa asing itu merayap perlahan, menyusup ke setiap sudut kesadarannya, mencengkeram kuat, hingga untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa kehilangan kendali atas emosinya sendiri.Tatapannya jatuh pada Cheryl—gadis yang kini duduk di depannya dengan kepala tegak. Tegas. Seolah ingin menunjukkan ketegaran, biarpun sisa air mata yang masih membekas di pipinya mengkhianati semua itu.Sial.Tatapan itu... mengganggunya. Mengusiknya dengan cara yang bahkan tak bisa ia pahami.Bukan karena ia tidak suka melihat wanita menan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status