Semua Bab CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku: Bab 41 - Bab 50

157 Bab

41. Tetaplah Di Sini

Jantung Cheryl berpacu kencang, seolah ingin meledak begitu matanya menangkap pemandangan di hadapannya. Bara ternyata tidak sendirian. Di sebelahnya, seorang wanita cantik duduk terlalu dekat, dengan tangan yang masih menelusuri bibir Bara, membelainya lembut, seperti deklarasi kepemilikan di depan Cheryl.Cheryl cepat-cepat menunduk, menyembunyikan keterkejutannya yang bercampur dengan nyeri samar yang perlahan menjalar ke dadanya. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menenangkan dirinya yang mendadak gemetaran dalam situasi yang tak terduga ini.“M-maaf, sepertinya… s-saya terlambat mengantarkan makan siang ini.” Suaranya kini tak sekeras sebelumnya, ketika dengan penuh percaya diri ia memutuskan masuk tanpa mengetuk. Namun keberanian itu lenyap seketika, seperti diterbangkan angin.“Bisa nggak sih, ketuk pintu dan izin dulu sebelum masuk?” Teguran yang mengandung kejengkelan dari wanita cantik yang duduk di sebelah Bara itu memecah keheningan. Ia menyipitkan mata, menelisik Chery
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

42. Senyum yang Indah

Cheryl mengambil tas kotak bekal itu, membuka susunan wadah dan menatanya di atas meja, memperlihatkan aneka sushi dan juga tempura udang yang tadi dibuatnya bersama Mimi.“Wow. Good job, Cheryl.” Nada kagum dalam suara Bara membuat Cheryl mengangkat kelopak matanya. Mata mereka pun kembali bertemu pandang. Tatapan Bara terasa seperti sebuah badai yang tak terduga, menghantam pertahanan Cheryl dengan begitu kuat. Jantungnya seketika berdegup kencang, seolah dipacu oleh adrenalin yang mendadak meluap tanpa kendali. Detaknya bergemuruh di dadanya, berirama cepat seperti rentetan drum yang dimainkan tanpa jeda.Ada kehangatan yang terpancar dalam sorot mata Bara kepadanya, dan kehangatan itupun menjalar dan menyelinap masuk ke dalam hatinya tanpa ampun. “Mas Bara, biar aku yang coba duluan, ya.” Suara Baby membuat kontak mata mereka berdua tiba-tiba terputus. Bara dan Cheryl menoleh secara bersamaan pada Baby yang menggeser tubuhnya lebih dekat pada Bara, mengundang gemuruh tidak enak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

43. Hanya Itu

“Mas Bara." Baby memanggil dan mencoba menarik perhatian Bara lagi.Namun, Bara tampak tidak teralihkan. Tangannya dengan luwes memegang sumpit, memilih sepotong sushi buatan Cheryl, dan melahapnya dengan tenang. "Serius, ini lumayan loh buat pemula," ucapnya disela-sela kegiatannya mengunyah. Pria itu memandang Cheryl dengan sorot penghargaan. "Inilah nilai lebihmu, Cheryl. Kamu mungkin belum terlalu ahli di dapur, tapi kamu punya daya juang yang luar biasa," lanjutnya. Seuntai senyum tipis menghiasi wajahnya, memberikan kesan tulus yang membuat hati Cheryl bergetar. "Kamu sudah berusaha keras. Aku suka."‘Aku suka’.Kata-kata itu seperti gema lembut di telinga Cheryl. Ia masih merasa tak yakin pada kemampuannya, tetapi kalimat Bara cukup untuk meredakan luka yang baru saja digoreskan Baby. Sejenak, ia merasa ada semangat kecil yang kembali menyala di hatinya.Di sisi lain, Baby memandang Bara dengan ekspresi tidak percaya. "Mas, kamu bercanda, kan? Masakan seperti ini... tidak pant
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

44. Siapa yang Julid?

Bara mendapati Cheryl yang sedang menggigit bibir bawahnya, gigi kecilnya tampak menekan lembut bibir merah mudanya yang tampak segar dan sehat. Ia mengenali kebiasaan itu—bahasa tubuh khas Cheryl yang kerap muncul saat gadis itu merasa tersudut atau gelisah.Di depan gadis itu, piring makannya masih setengah penuh, tetapi tangannya sama sekali tidak tergerak untuk melanjutkan. Matanya menatap kosong pada potongan kecil makanan yang tersisa, seolah-olah benda itu adalah masalah besar yang tidak bisa dipecahkannya. Ruangan saat ini dipenuhi dengan suara tawa Baby yang tampak menikmati setiap suapan makan siangnya, berbanding terbalik dengan Cheryl. Kontras di antara keduanya begitu kentara, seperti langit cerah di atas badai yang mendung.Baby menyeka sudut bibirnya dengan tisu, matanya berbinar antusias di tengah ceritanya. “Ngeselin. Orang-orang selalu mengira aku berhasil masuk ke perusahaan itu karena nepotisme.”Ia melirik ke arah Bara, berharap mendapatkan dukungan dari pria itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

45. Jangan Samakan

Bara melihat bagaimana wajah Cheryl segera memerah begitu ia menegurnya. Gadis itu tampak berusaha menyembunyikan emosinya dengan menyibukkan membereskan sisa makan siangnya. Sekilas tatapan mereka sempat beradu—hanya sesaat, sebelum Cheryl buru-buru mengalihkan pandangannya ke kotak makan di atas meja. Ada kekecewaan di sana. Tidak, lebih dari itu. Kekecewaan yang bercampur luka. Bara bisa merasakannya.Ketika Cheryl meraih kotak makan siang yang masih utuh, Bara buru-buru mengatakan, “Biar saja, yang itu jangan dibawa pulang. Nanti buat aku makan lagi.” Suaranya terdengar tenang, tapi tegas. Cheryl mendongak dan mata mereka kembali bertemu, tatapan gadis itu seolah mempertanyakan keputusannya itu. Bara pun mencoba meyakinkannya dengan mengangguk pelan.“Baik, Pak. Saya pamit, permisi.” Suara Cheryl nyaris berbisik, seolah kata-kata itu terlalu berat untuk keluar dari bibirnya. Gadis itu sedikit menundukkan kepala, gerakan yang terlihat kaku namun tetap menunjukkan rasa hormat.“Hat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

46. Bukan Siapa-Siapa

Bara menyandarkan kepalanya di kursi eksekutifnya, menatap kosong ke arah pintu. Suara Baby masih terngiang di telinganya—membandingkan Cheryl dengan ibu tirinya. Sesuatu yang selama ini terkubur dalam-dalam kembali mencuat, menghantamnya dengan kepahitan yang masih terasa nyata.Dulu, rumah besar itu selalu terasa hangat. Meski ibunya sering terbaring lemah di kamar, kehadirannya tetap nyata. Ada suara lembut yang menyapanya setiap pagi, ada tangan kurus yang membelai kepalanya sepulang sekolah, ada harum teh chamomile yang selalu tercium dari balik pintu kamar. Lalu, perempuan itu datang. Awalnya hanya sebagai koki pribadi keluarga mereka. Masakannya memang begitu lezat, membuat lidah siapa pun serasa dimanjakan. Bara pun pernah menyukainya, sampai suatu hari… ia melihat sesuatu yang mengubah segalanya.Tatapan ibunya itu… yang memandang ayahnya—di kala ayahnya sedang menatap kagum pada sang koki yang tengah menyajikan hasil olahannya di meja makan.Bukan sekadar kagum atau rasa t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

47. Tak Berkutik

Cheryl tersentak ketika pintu toilet terbuka, pantulan di cermin memperlihatkan sosok Baby yang melangkah masuk dengan anggun. Wanita itu mendekati wastafel tanpa tergesa, jemarinya yang dihiasi nail art berkilauan membuka salah satu keran di sisi Cheryl. Suara air mengalir memenuhi keheningan di antara mereka.“Aku bisa melihatnya jelas di matamu.” Baby berbicara pelan, nyaris berbisik, tapi nada suaranya menusuk. “Kamu menyukai Mas Bara, kan?”Mata mereka bertemu dalam pantulan cermin. Senyum sinis terukir di wajah Baby, bibirnya melengkung seolah menikmati momen ini. “Hakmu untuk menyukai laki-laki mana pun di dunia ini, tapi tolong tahu diri. Dia sudah ada yang punya. Hanya karena tunangannya sedang di luar negeri, jangan pikir kamu punya celah untuk masuk,” lanjutnya, suaranya mengalun lembut, tapi penuh ancaman terselubung.Cheryl terdiam. Ia masih mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan Baby. Bukan hanya karena tuduhan itu, tetapi karena ada sesuatu yang jauh lebih mengejut
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

48. Masih di Bawah Standar

"Permisi, Pak. Ini dokumennya. Maaf, sekadar mengingatkan, meetingnya sepuluh menit lagi di ruang rapat direksi—lantai tujuh belas."Nina meletakkan dokumen yang diminta sang CEO di atas meja dengan gerakan terukur. Sikapnya tetap profesional, meski ia tahu Bara jarang menanggapi lebih dari sekadar anggukan."Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?" tanyanya sopan.Bara menggeleng pelan tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya. "Terima kasih." Ucapannya singkat, lugas, dan dingin, seperti biasa.Nina mengangguk kecil. "Baik, Pak. Saya permisi."Saat berbalik, pandangannya jatuh pada lunch box yang masih tergeletak di meja. Isinya masih utuh. Tanpa berpikir lama, ia meraihnya, lalu memastikan meja tamu di ruangan itu tetap rapi, agar selalu siap jika ada klien atau tamu penting yang datang.Keluar dari ruangan CEO, Nina melangkah menuju meja sekretarisnya dan memencet interkom. "Tolong ke sini sebentar."Beberapa saat kemudian, seorang OB masuk.Nina menunjuk lunch box yang tergelet
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

49. Sejak Kapan?

Suasana di dalam lift terasa senyap. Cheryl berdiri di sudut, berusaha mengecilkan dirinya sendiri, sementara Bara berdiri tegap di tengah dengan ekspresi tak terbaca. Sekilas, bayangannya terpantul sempurna di dinding lift yang terbuat dari logam mengilap. Setelan jasnya tetap rapi, seolah tak ada satu helai pun yang berani berantakan.Di sampingnya, Nina dengan cekatan membacakan beberapa catatan dari tablet yang selalu ia bawa. “Pak Bara, tadi ada beberapa klien yang menghubungi saya terkait implementasi sistem keamanan terbaru Apex untuk transaksi lintas batas. Mereka ingin kepastian apakah enkripsi tambahan ini akan mempengaruhi kecepatan proses transaksi real-time.”Bara menggeser jasnya sedikit, merogoh ponselnya, lalu mengecek sesuatu dengan satu tangan. Ia tetap tenang, tidak menunjukkan tanda-tanda tekanan, meskipun yang mereka bicarakan adalah proyek besar yang sedang menjadi perhatian industri teknologi finansial.“Saya sudah berbicara dengan tim pengembang backend pagi ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

50. Sudah Ada yang Memiliki

Pintu lift VIP menutup perlahan, membawa Cheryl turun menuju lobi. Jantungnya masih berdebar tak menentu setelah momen canggung tadi—berdiri dalam diam bersama Bara, yang tak sekalipun menoleh ke arahnya. Rasanya seakan ia tak lebih dari bayangan samar yang bisa diabaikan begitu saja.Namun, sebelum ia sempat menarik napas lega, lift melambat dan berhenti di lantai sembilan.Pintu terbuka.Seorang wanita melangkah masuk dengan anggun. Wangi parfum mewah segera menyelimuti udara, berpadu dengan aura percaya diri yang nyaris menenggelamkan keberadaan Cheryl. Gaun eksekutifnya terpotong sempurna, mencerminkan kelas dan kekuatan. Sepatu hak tinggi wanita itu beradu pelan dengan lantai lift, memberi kesan otoritas tanpa perlu banyak kata. Sebuah ponsel terselip di tangannya, dan nada suaranya yang ringan tetapi tajam memecah kesunyian.“Bara memang keras kepala. Biasanya Milena yang bisa membujuknya, tapi sekarang Milena sedang tidak di sini.”Cheryl menunduk, berusaha menyamarkan ekspres
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status