All Chapters of CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku: Chapter 61 - Chapter 70

159 Chapters

61. Demi Melindungimu

Cheryl mengamati dokumen di tangannya. Tatapannya bergerak dari lembaran kertas itu kembali ke wajah Bara, mencari sesuatu—keraguan, ketidakyakinan, atau mungkin secuil emosi yang bisa memberinya alasan untuk menolak. Namun, yang ia lihat hanyalah ekspresi datar pria itu, seperti biasa, tertutup dan sulit ditebak.“Jadi, ini tentang reputasimu?” suaranya terdengar datar, tapi matanya menyimpan luka yang tak ia tunjukkan.Bara menarik napas dalam. Ia bersandar sedikit ke kursinya, mengusap dagunya sebelum akhirnya menatap Cheryl dengan sorot yang lebih serius. “Aku tidak akan mengatakannya seperti itu.” Ia mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja sebelum melanjutkan, “Aku hanya ingin memastikan segalanya tetap terkendali. Pernikahan ini tidak perlu menjadi konsumsi publik, karena aku tidak ingin ada gosip atau spekulasi yang bisa merusak citraku—atau pun citramu.”Cheryl tersenyum kecil, namun bukan senyum yang menunjukkan kebahagiaan. Ia meletakkan dokumen itu di atas meja, mengusap permuk
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

62. Kesepakatan

Ruangan itu terasa berat, sarat dengan ketegangan yang menggantung di udara. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah gesekan halus pena di atas kertas, menciptakan irama monoton yang yang seakan menegaskan keseriusan situasi.Bara duduk tegap, posturnya mencerminkan kendali mutlak. Jemarinya yang kokoh menggenggam pena, siap mengukir kesepakatan yang tak bisa ditarik kembali. Tatapan matanya tajam, nyaris tanpa emosi, seperti lautan tenang yang menyimpan pusaran di dasarnya. Sesekali, ia mengetukkan pena ke meja, menunggu Cheryl berbicara.Sementara itu, Cheryl bersandar ke kursinya, menyilangkan tangan di depan dada, ekspresinya waspada. Ada ketegangan yang membungkus dirinya, seolah ia bersiap menghadapi sesuatu yang tidak terduga. Ia menggigit bibirnya pelan, sebuah kebiasaan lama saat ia merasa tidak nyaman.“Baik,” suara Bara terdengar datar, terkendali, seakan ia tengah membahas kontrak bisnis biasa. “Kita perlu menyepakati beberapa hal dalam pernikahan ini. Aku tidak ingin a
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

63. Tambahan Poin

Selesai membuat kesepakatan, Cheryl pun pamit untuk kembali ke kamarnya. Tubuhnya terasa lelah setelah perdebatan panjang yang akhirnya menghasilkan keputusan yang, setidaknya, bisa diterima kedua belah pihak. Ia ingin segera berbaring di tempat tidur dan mengistirahatkan pikirannya. Namun, langkahnya terhenti ketika suara Bara terdengar dari belakang."Temani aku makan malam dulu."Cheryl menoleh, menghela napas pendek. "Harus ya, kita makan bersama? Aku sudah makan tadi, sepertinya aku mau langsung tidur saja setelah ini."Bara hanya mengangkat sebelah alisnya, ekspresi tenangnya sama sekali tidak tergoyahkan. "Berhubung kesepakatan ini belum final, jadi aku perlu menambahkan satu poin lagi tentang makan bersama."Cheryl menyipitkan mata, merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan pernyataan itu. "Makan bersama? Memangnya kenapa itu harus masuk dalam perjanjian?""Ini bagian dari tugasku mengurusmu, Cheryl," jawab Bara santai, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang sulit dibanta
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

64. Perhatian

Cheryl meletakkan piring di atas meja makan yang diterangi cahaya lilin lembut. Bara duduk di seberangnya dengan sikap santai, seolah ini hanyalah makan malam biasa.Tapi bagi Cheryl, makan malam ini terasa berbeda. Mungkin karena atmosfer hangat yang diciptakan oleh cahaya temaram, atau mungkin karena ini pertama kalinya ia duduk makan malam seperti ini—berdua saja dengan seorang pria selain ayahnya.Aroma bawang putih dan cabai yang ditumis dalam minyak zaitun memenuhi udara, menggoda inderanya. Bara telah menyajikan sepiring Aglio e Olio dengan Udang—pasta yang tampak sederhana namun kaya rasa. Spaghetti yang mengilap karena minyak zaitun berpadu dengan udang panggang berwarna keemasan, dihiasi taburan peterseli segar dan serpihan cabai kering.Cheryl menelan ludah. Ia tidak menyangka pria yang dikenal dingin dan serius seperti Bara bisa memasak sesuatu yang terlihat begitu menggugah selera.Dengan sedikit ragu, ia melilit spaghetti di garpunya dan memasukkan ke dalam mulut. Begit
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

65. Berbagi Denganmu

Bara mengalihkan pandangannya ke jendela besar di ruangan itu, seakan sedang melihat sesuatu yang jauh lebih dari sekadar pemandangan malam di luar sana. Ia menyandarkan punggung ke kursi, napasnya terdengar lebih panjang sebelum kembali berbicara.“Sabira terbiasa tinggal nyaman di mansion keluarga kami sejak lahir. Dia… seorang princess di keluarga kami—kesayangan kami semua.”Ada sesuatu yang tidak selaras antara suaranya yang bergetar dan ekspresinya yang terlihat tegar. Dan senyum kaku itu… tidak menghangatkan matanya, seolah ia sedang berbicara tentang sesuatu yang dulu indah, tapi kini hanya tinggal kenangan pahit.“Meskipun mansion itu besar dan luas… tapi dulu penuh kehangatan dan kegembiraan. Kami adalah keluarga yang bahagia, sebelum… negara api datang menyerang.”Cheryl mengangkat alis. Sekilas, ia hampir ingin tertawa kecil mendengar istilah itu, tapi melihat ekspresi Bara yang serius, ia mengurungkan niatnya.Bara memandangnya sejenak sebelum melanjutkan, suaranya sediki
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

66. Sungguh Membingungkan

Bara menunduk. Dada pria itu terasa berat, seolah ada beban tak kasat mata yang menghimpitnya. Udara di sekelilingnya mendadak membeku, atau mungkin hanya dirinya yang kehilangan kehangatan yang begitu ia butuhkan.Selama ini, ia tidak pernah mengeluh. Ia bukan tipe pria yang mengumbar luka atau meminta sesuatu yang mustahil baginya—seperti pelukan.Ia terbiasa menelan kepahitan dalam diam.Namun tadi… di hadapan Cheryl, ia mendapati dirinya membuka celah yang seharusnya tetap terkunci. Dan sialnya, gadis itu tidak memahami. Tidak ada simpati dalam sorot mata Cheryl, hanya keheranan samar. Seolah permintaannya barusan hanyalah lelucon murahan."Ck. Apa yang Cheryl tahu tentang neraka yang aku dan Sabira jalani?" pikirnya getir. "Setidaknya, dia punya ayah yang mencintainya tanpa syarat. Sedangkan aku? Aku bahkan tidak diinginkan oleh papaku sendiri."Bara mengembuskan napas panjang, menelan kepahitan yang menyisakan rasa pahit di tenggorokan. Kekecewaan menggumpal di dadanya, entah
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

67. Nona Pemarah

Bara duduk di tepi kasur, punggungnya bersandar pada kepala ranjang yang kokoh. Cahaya redup dari lampu kamar memantul di dinding, menciptakan suasana tenang, tetapi pikirannya masih penuh dengan rencana.Ia meraih ponsel di nakas, menekan kontak Sofyan, lalu menempelkannya ke telinga.Tak butuh lama, panggilan tersambung."Sofyan." Suaranya rendah, berat, dan tanpa basa-basi."Ya, Pak," jawab Sofyan cepat, seolah sudah terbiasa dengan panggilan mendadak ini.Bara menggerakkan jemarinya di atas paha, ritmis dan santai. "Mulai besok, Cheryl akan menjadi asisten pribadiku. Aku ingin kamu membimbingnya, ajari dia bagaimana menjadi asisten pribadi."Ada jeda sesaat sebelum Sofyan menjawab, mungkin sedang mencerna perintah itu. "Baik, Pak. Apa tugasnya akan sama seperti saya?"Bara mendengus kecil. Ia menekan jemarinya ke pelipis. "Tentu saja tidak." Nada suaranya lebih rendah, penuh penekanan. "Jangan bebankan dia dengan hal-hal krusial. Aku tak ingin dia ikut campur dalam urusan bisnis.
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

68. Gejolak Sepagi Ini

Cheryl menyibakkan rambut basahnya ke belakang, napasnya masih tersengal karena air dingin yang menyentak tubuhnya barusan. Ia menatap Bara dengan sorot mata menusuk. Bara, yang juga setengah terendam di dalam air, hanya mengangkat alis. “Apa?”Cheryl mengibaskan tangan, air memercik ke arahnya. “Nyeburin aku ke kolam kayak gini, pikirmu lucu?”Bara menyandarkan lengan di pinggir kolam dengan santai. “Kamu kan bisa berenang, nggak bakal tenggelam.”Cheryl mengerang frustasi. “Itu bukan poinnya!”Bara menatapnya, diam sejenak sebelum akhirnya berkata, “Terus apa dong?”Cheryl mendengus. “Poinnya, kamu selalu seenaknya!”Bara mengangguk kecil. “Cheryl, marah-marah gara-gara basah di kolam renang itu nggak masuk akal.”Cheryl menyipitkan matanya. “Bara.”Bara menatap balik, ekspresinya tetap tenang. “Cheryl.”Mereka saling berhadapan, hanya terpisah beberapa langkah di dalam air.Cheryl mengerang frustrasi. “Kenapa sih kamu selalu bikin aku kesal?”Bara mengangkat bahu. “Mungkin karena
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

69. Tapi Tidak Ada Perasaan yang Terlibat, Kan?

Cheryl mengangkat dirinya dari dalam air, jari-jarinya hampir mencapai pinggiran kolam ketika tiba-tiba tangan Bara mencengkeram pergelangan tangannya, menahannya.Ia menoleh tajam. "Bara—""Kenapa buru-buru?" Bara menyela, suaranya terdengar santai, tapi genggamannya cukup kuat untuk membuat Cheryl tetap di tempatnya. "Kamu tahu, berenang pagi itu sangat bagus untuk tubuh."Cheryl mengerutkan kening. "Oh, sekarang kamu jadi instruktur kesehatan juga?"Bara terkekeh, tapi tetap tidak melepaskan pegangannya. "Aku serius, Cher. Berenang pagi meningkatkan sirkulasi darah, melatih paru-paru, dan merangsang metabolisme. Belum lagi, air dingin bisa membantu mengaktifkan sistem saraf simpatis, bikin kamu lebih segar dan fokus sepanjang hari."Cheryl menatapnya, lalu mendengus kecil. "Wow. Ilmu yang menarik. Sayang sekali, aku lebih butuh keluar dari sini daripada ceramah tentang manfaat berenang."Bara tiba-tiba mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, tatapannya masih penuh dengan ketena
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

70. Pagi yang Terasa Berbeda

Bara berdiri di depan cermin besar di kamarnya, satu tangan mengusap handuk ke rambut basahnya sementara matanya meneliti bayangannya sendiri. Rambut hitamnya yang sedikit lebih panjang dari biasanya jatuh berantakan, tetesan air masih mengalir dari ujungnya, membasahi kulitnya yang kuning langsat dan bersih terawat.Tubuhnya masih setengah telanjang, hanya celana olahraga hitam yang menggantung rendah di pinggangnya. Otot-otot perutnya yang terbentuk sempurna bergerak seiring napasnya, dada bidangnya naik turun perlahan, dan bahunya yang kokoh memancarkan kesan kekuatan yang tak terbantahkan. Setiap lekuk tubuhnya mencerminkan disiplin dan ketekunan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun, baik di lapangan maupun di luar sana, menghadapi berbagai tantangan hidup.Pria tampan itu menggantung handuk dan meletakkan ke tempatnya, lalu meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Senyum kecil terulas di sudut bibirnya saat ia menatap layar. Cheryl tidak membalas pesan terakhirnya. Hany
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status