All Chapters of Menjadi Istri Dadakan Guru Killer: Chapter 61 - Chapter 70

110 Chapters

BAB 61 - Permainan Dimulai

Papa mengendarai mobilnya dengan fokus penuh, sesekali melirik kaca spion. Setelah insiden penguntitan kemarin, dia memutuskan tidak ingin Viera naik bus sekolah. "Kamu gugup?" tanya Papa, menyadari jemari Viera yang berkali-kali meremas ujung tas. Viera tersenyum lemah. "Sedikit." Perjalanan terasa berbeda hari ini. Setiap sudut jalan, setiap kendaraan yang lewat, dipantau dengan waspada. Papa sengaja mengambil rute tidak biasa, berbelok-belok tanpa pola yang mudah ditebak. "Nanti kamu akan didampingi Ian dan guru-guru lain selama evakuasi," Papa menjelaskan. "Tim kepolisian juga akan menyamar di antara murid-murid." Viera mengangguk. Pikirannya melayang pada Bu Anita - guru BK yang ternyata terlibat. Bayangan kepercayaan yang dikhianati membuat perutnya terasa mual. "Pa," dia akhirnya berbicara, "aku takut. Tapi... aku juga ingin semua ini selesai." Papa menggenggam tangannya sebentar. "Kamu kuat, Viera. Kamu tidak sendirian." Mobil berhenti di depan gerbang sekolah.
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

BAB 62 - Milikku (1)

Suara Bu Anita yang mengatur barisan murid terdengar samar. Setiap gerakannya kini terlihat berbeda di mata Viera - tidak lagi sebagai guru yang melindungi, tapi sebagai bagian dari sebuah permainan tersembunyi yang lebih kompleks.Ponselnya bergetar lagi. Viera tidak langsung membaca pesan. Dia sudah memutuskan untuk tidak lagi bereaksi seperti yang diharapkan oleh penguntitnya."Kamu kenapa?" Ian berbisik."Aku sudah lelah," jawab Viera pelan. "Lelah diam saja."Tatapannya bertemu sekilas dengan Pak Rudi. Kali ini, dia tidak mengalihkan pandang. Ada sesuatu yang baru dalam caranya menatap - bukan ketakutan, tapi pengakuan.Aku sudah tau siapa kamu, batinnya.Dan permainan baru saja berubah.Di sudut matanya, Viera melihat beberapa siswa yang "asing" - anggota tim kepolisian yang menyamar - mulai mengambil posisi strategis. Mereka bergerak dengan sangat natural, seolah benar-benar bagian dari rutinitas sekolah.Bu Anita melangkah ke arah podium kecil
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

BAB 63 - Milikku (2)

"SEKARANG!" teriak Iptu Rahman tiba-tiba dari arah yang tak terduga. Sebuah tembakan tajam terdengar, dan remote control di tangan Pak Rudi terpental. Dalam sekejap, tim khusus bergerak dengan presisi. Dua petugas menerjang Pak Rudi, membantingnya ke tanah sebelum dia sempat bereaksi. Sementara itu, tiga petugas lain langsung mengamankan Bu Anita yang mencoba melarikan diri. "Remote controlnya palsu," Iptu Rahman mengumumkan sambil mengambil benda itu. "Hanya props untuk menggertak." Pak Rudi meronta, tapi cengkeraman petugas terlalu kuat. "Lepaskan aku! Viera milikku!" "Tidak ada bahan peledak," lanjut Iptu Rahman. "Tim kami sudah memeriksa seluruh gedung tadi malam. Kamu terlalu percaya pada informan dalammu..." dia melirik ke arah Bu Anita yang kini terduduk lemas. Viera merasakan lututnya lemas. Ian dengan sigap menahan tubuhnya. "Sudah berakhir," bisik Ian. Tapi Pak Rudi tertawa, suara tawanya menggema di lapangan yang kini sunyi. "Berakhir? Ini belum berakhir... Viera akan
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

BAB 64 - Permintaan Maaf

Saat Renna dan Fanny masih memeluknya, Viera melihat sosok Felix berjalan melewati koridor dengan kepala tertunduk. Dia teringat bagaimana dia pernah mencurigai Felix sebagai penguntitnya, dan rasa bersalah langsung menyelimuti hatinya. "Felix!" panggilnya spontan. Felix berhenti, tapi tidak langsung berbalik. Bahunya terlihat tegang. "Bisa ngobrol sebentar?" Viera melepaskan diri dari pelukan kedua sahabatnya. Felix akhirnya berbalik, wajahnya masih menyiratkan keraguan. "Ya?" Viera menghampirinya, mengabaikan tatapan penasaran dari siswa lain di koridor. “Aku... aku mau minta maaf." "Untuk?" Felix bertanya pelan, meski dari matanya terlihat dia sudah tahu apa yang akan Viera katakan. "Karena udah mencurigai kamu," Viera berkata tegas. "Waktu itu aku panik, paranoid, dan... aku salah udah nuduh kamu tanpa bukti." Felix terdiam sejenak, sebelum akhirnya tersenyum tipis. "It's okay. Aku ngerti kok. Dalam posisi mu waktu itu, wajar kalau kamu curiga sama semua orang." "
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

BAB 65 - Awal Baru

Malam itu, Viera berbaring di tempat tidurnya sambil menatap langit-langit kamar. Bayangan es krim sore tadi masih terasa di lidahnya - rasa stroberi dan vanilla yang tak biasa dia pesan. Perubahan kecil, tapi terasa begitu berarti. Ponselnya bergetar pelan. Notifikasi dari grup kelas muncul di layar, membahas rencana belajar kelompok untuk minggu depan. Sebelumnya, membaca chat seperti ini selalu membuatnya gelisah - takut harus keluar rumah, takut bertemu orang-orang. Tapi sekarang... "Aku ikut ya," ketiknya di grup, jemarinya sedikit gemetar. Bukan karena takut, tapi karena antisipasi. Respon langsung membanjiri grup - emoji semangat dari Renna, stiker "finally!" dari Fanny, dan beberapa teman sekelas yang menyambutnya dengan hangat. Viera tersenyum, menyadari betapa dia merindukan interaksi-interaksi sederhana seperti ini. Mama melongok dari pintu kamar yang setengah terbuka. "Belum tidur, sayang?" "Bentar lagi, Ma," Viera meletakkan ponselnya. "Lagi bales chat temen-temen. Mi
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

BAB 66 - Pertanyaan Pagi

Aroma roti panggang dan telur dadar mengisi ruang makan pagi itu. Viera mengaduk-aduk susu coklatnya dengan pikiran yang masih melayang ke mimpinya semalam. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Papa yang sedang membaca koran, mencoba mencari kemiripan antara ruang makan ini dengan ruang kerja dalam mimpinya. "Ma, Pa..." Viera memulai dengan ragu, jemarinya masih memainkan sendok. "Viera semalam mimpi aneh." Papa melipat korannya, sementara Mama yang sedang menuang kopi berhenti sejenak. Ada sesuatu dalam tatapan mereka yang membuat Viera merasa seperti ada cerita yang tersembunyi. "Mimpi apa, sayang?" tanya Mama, duduk di sampingnya dengan secangkir kopi yang mengepul. "Viera mimpi... ada di ruang kerja Papa yang dulu. Yang wallpapernya masih lama itu." Viera menggigit bibirnya. "Ada anak laki-laki yang lagi baca buku, terus ada anak kecil yang ngajak main..." Papa dan Mama bertukar pandang, senyum tipis tersungging di bibir mereka. "Oh ya?" Papa menyesap kopinya. "Terus, a
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

BAB 67 - Mimpi (1)

Ponsel Viera bergetar pelan saat bel pulang berbunyi. Sebuah pesan dari Ian: "Bisa tunggu sampai sekolah sepi? Aku di parkiran seperti biasa."Jantung Viera berdegup sedikit lebih kencang. Ini pertama kalinya Ian mengajaknya bicara lagi sejak... kejadian itu. Dia mengetik balasan dengan jari gemetar: "Okay."Viera menunggu di perpustakaan, pura-pura membaca buku sambil sesekali mengintip keluar jendela. Satu per satu, siswa meninggalkan sekolah. Lorong-lorong mulai sunyi, hanya tersisa gema langkah sesekali dan suara sapu pak cleaning service di kejauhan.Setelah hampir sejam, Viera memberanikan diri melangkah ke parkiran. Mobil Ian masih di sana, mobil yang selalu ia kendarai - hitam mengkilat dengan interior yang selalu rapi. Ian duduk di belakang kemudi, matanya terfokus pada buku di tangannya."Masuk," kata Ian singkat saat Viera mengetuk kaca mobil.Interior mobil terasa dingin, kontras dengan udara sore yang hangat di luar. Aroma mint yang familiar mengisi ruangan sempit itu."M
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

BAB 68 - Mimpi (2)

Setelah makan malam yang tenang itu, Ian mengemudikan mobilnya menuju rumah Viera. Jalanan malam terasa lengang, lampu-lampu jalan menciptakan bayangan yang menari di dashboard mobil. Viera melirik ke arah Ian sesekali, masih mencoba menggali serpihan-serpihan memori yang terasa begitu dekat namun sulit digapai.Begitu sampai di depan rumah, Ian mematikan mesin mobil dan turun bersamanya. Langkahnya mantap menuju pintu depan, seolah dia telah mengenal jalan ini sejak lama. Papa dan Mama Viera sedang menonton TV di ruang keluarga ketika mereka masuk."Selamat malam, Pa, Ma," sapa Ian sopan, membungkuk sedikit. Ada sesuatu dalam cara Papa menatap Ian - seperti mengenali sesuatu yang familiar, tapi tidak mengatakannya."Ian," Mama tersenyum hangat. "Sehat, nak?."“Seh
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

BAB 69 - Jawaban (1)

Ian meraih buku di nakas - novel lama dengan sampul yang sudah menguning. Buku yang sama yang dulu sering dia bacakan untuk Viera kecil. Jemarinya menelusuri halaman-halaman yang familiar, mencari bekas lipatan di sudut-sudut kertas yang dia yakini dibuat oleh tangan mungil Viera setiap kali gadis itu ingin menandai bagian favoritnya."Kamu selalu suka bagian ini," gumamnya, berhenti di sebuah halaman dengan lipatan yang lebih kentara. Sebuah adegan sederhana - tentang dua anak yang berjanji akan selalu bersama. Ian tersenyum getir, menyadari ironi takdir yang seolah mengejeknya.Di sisi lain, Viera masih terjaga. Mimpi tadi membuatnya gelisah. Dia bangkit dari tempat tidur, berjalan ke arah jendela. Bulan masih bersembunyi di balik awan, tapi cahayanya cukup untuk menerangi halaman belakang rumahnya.Matanya tertuj
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

BAB 70 - Jawaban (2)

Viera menatap foto itu sepanjang pelajaran, menyembunyikannya di balik buku teks setiap kali guru melintas. Jemarinya berulang kali menyentuh wajah anak laki-laki di foto - Ian kecil dengan kacamata yang terlalu besar untuk wajahnya, tenggelam dalam buku yang sama yang dia bawa hari ini.Memori-memori mulai bermunculan seperti gelembung sabun yang rapuh - berkilau sebentar sebelum pecah menjadi serpihan-serpihan kecil yang sulit dirangkai. Aroma vanilla yang selalu tercium dari sweater Ian kecil. Suara halaman buku yang dibalik dengan hati-hati. Tawa kecilnya setiap kali Ian menirukan suara tokoh-tokoh dalam cerita.Saat bel istirahat berbunyi, Viera tidak beranjak dari kursinya. Matanya masih terpaku pada foto itu, pada ekspresi lembut Ian kecil yang menatap dirinya yang tertidur. Ada sesuatu dalam tatapan itu - sesuatu yang masih dia lihat di mata Ian sekaran
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status