All Chapters of Menjadi Istri Dadakan Guru Killer: Chapter 81 - Chapter 90

118 Chapters

BAB 81 - Kasih Sayang Sahabat (1)

Fanny menatap Viera lama, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja dia terima. Dia bisa melihat ketulusan di mata sahabatnya, tapi logikanya masih memberontak."Kalo gitu... sikap aneh loe belakangan ini..." Fanny menggantung kalimatnya."Iya," Viera mengangguk pelan. "Gue... gue berusaha bersikap normal di sekolah. Tapi kadang susah, Fan. Apalagi waktu di kelas...""Dan pembatas buku yang loe simpen itu?" Fanny teringat sesuatu yang sempat dia perhatikan. "Yang selalu loe pegang-pegang..."Viera mengeluarkan pembatas buku dari tasnya dengan tangan gemetar. "Ini... hadiah pertama dari Ian setelah kami tunangan."Fanny mengambil pembatas buku itu, mengamati bunga yang diawetkan di dalamnya dengan teliti. Ada tanggal yan
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

BAB 82 - Kasih Sayang Sahabat (2)

Suara langkah kaki yang familiar terdengar dari koridor, membuat Viera dan Fanny serentak menoleh. Renna muncul di ambang pintu kelas, rambutnya yang biasa rapi kini sedikit berantakan tertiup angin."Eh, kalian masih di sini?" Renna tersenyum, meletakkan tasnya di meja terdekat. "Gue baru selesai dari perpustakaan. Capek banget, tapi..." dia terhenti, menyadari atmosfer berat yang menggantung di udara. Matanya bergantian menatap wajah kedua sahabatnya - mata Viera yang sembab dan ekspresi serius Fanny yang tidak biasa."Ada... ada apa?" Renna bertanya hati-hati, perutnya mulai terasa tidak enak.Viera merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia mencuri pandang ke arah Fanny, yang memberikan anggukan hampir tak terlihat - sebuah dukungan tanpa kata yang entah mengapa membuat matanya kembali memanas.
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

BAB 83 - Kasih Sayang Sahabat (3)

"Justru karena itu," Viera mengangkat wajahnya, matanya bertemu dengan mata Renna yang masih menyiratkan kekecewaan. "Karena kalian terlalu penting buat gue. Gue... gue takut kalian akan mandang gue beda." Renna terdiam, mengamati sahabatnya yang tampak begitu rapuh namun di saat yang sama begitu yakin dengan perasaannya. Di matanya, Viera masih sama seperti gadis yang dia kenal di bangku SMA - yang selalu menjadi penengah antara dia dan Fanny, yang selalu punya cara untuk membuat mereka tersenyum di hari-hari terburuk. "Dan sekarang?" Renna bertanya pelan. "Apa bedanya sekarang?" "Sekarang..." Viera menghela napas, "sekarang gue udah gak sanggup nyembunyiin ini sendirian. Apalagi dari kalian." Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka berdiri sekarang - seolah ada jarak tak kasat mata yang terbentuk, tapi di saat yang sama ada ikatan yang justru menguat. "Gue masih gak setuju," Renna akhirnya berkata, suaranya tegas tapi tidak keras. "Ini... ini terlalu beresiko, Ra. Buat l
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

BAB 84 - Kasih Sayang Sahabat (4)

"Tapi?" "Tapi Ian gak nolak perjodohan ini… Makanya..." Viera menggigit bibirnya, "kita mutusin buat... professional. Di sekolah, dia guru matematika. Di luar..." dia tersenyum malu, "dia calon suami gue." Fanny dan Renna bertukar pandang. Ada sesuatu yang murni, yang tulus, dalam cara Viera mengucapkan 'calon suami gue'. "Dan pembatas buku itu?" Fanny menunjuk benda yang masih digenggam Viera. "Ini..." Viera mengeluarkan pembatas buku itu, meletakkannya di tengah meja. Di bawah cahaya lampu kedai, bunga yang diawetkan di dalamnya terlihat lebih indah. "Ian tau gue suka pressed flowers. Dia bikin ini sendiri... dari bunga yang dia petik di taman rumahnya." Renna mengambil pembatas buku itu, mengamatinya dengan seksama. Ada tanggal yang terukir di sudutnya - tanggal yang sekarang dia pahami signifikansinya. "Kalian..." Renna menelan ludah, "kalian yakin ini yang terbaik?" Viera terdiam sejenak, matanya menatap es k
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

BAB 85 - Kasih Sayang Sahabat (5)

"Dan kalo loe harus punya anak," Renna tiba-tiba berkata, membuat Viera tersedak es krimnya, "jangan panggil kita tante ya. Kita masih terlalu muda buat dipanggil tante.""Ren!" Viera memukul pelan lengan sahabatnya, wajahnya merah padam. "Siapa yang ngomongin anak?""Ya kan..." Fanny ikut menggoda, "nanti kalo udah nikah...""Stop!" Viera menutupi wajahnya yang semakin memerah. "Kalian ini..."Mereka bertiga tertawa, tapi tawa Renna dan Fanny tidak sepenuhnya mencapai mata mereka. Ada kekhawatiran yang masih menggantung, pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab."Ra," Fanny berkata setelah tawa mereka mereda, "loe udah... udah pikirin soal masa depan loe? Maksud gue... setelah nikah..."
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

BAB 86 - Kasih Sayang Sahabat (6)

"Eh," Renna tiba-tiba teringat sesuatu, "nanti kalo ada reuni angkatan gimana?"Viera yang sedang menyeruput minumannya terdiam. Dia tidak pernah memikirkan ini sebelumnya."Iya ya," Fanny menambahkan. "Bakal aneh banget gak sih? Maksudnya... yang lain dateng sama pasangan masing-masing, terus loe dateng sama...""Mantan guru matematika kita," Renna menyelesaikan kalimat Fanny, membuat Viera tersedak minumannya."Aduh, kalian ini," Viera menggelengkan kepalanya, tapi ada senyum kecil di bibirnya. "Ian bilang... kita harus mulai biasain diri. Lagian..." dia terdiam sejenak, "setelah nikah nanti, pasti semua juga akan terbiasa pelan-pelan.""Tapi tetep aja," Fanny menggigit bibirnya. "Bayangin aja... waktu yang lain cerita 'eh gue kerja di sini nih', 'gue baru dapet promosi', loe bilang apa? 'Gue nikah sama guru matematika kita'?""Fan!" Viera memukul pelan lengan sahabatnya, tapi dia tidak bisa menahan tawanya."Atau waktu reunian guru-guru," Renna menambahkan dengan nada jahil. "Loe ba
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

BAB 87 - Sisi Ian

Keesokan paginya, suasana di sekolah berjalan seperti biasa. Ian melangkah memasuki gedung sekolah dengan tas kerja di tangannya, berusaha menjaga ekspresinya tetap normal meski pikirannya masih dipenuhi percakapan semalam dengan Viera dan sahabat-sahabatnya."Pagi, Pak Ian," Bu Sarah menyapa sambil berjalan melewatinya di koridor."Selamat pagi, Bu Sarah," Ian membalas dengan senyum sopan seperti biasa.Di ruang guru, beberapa rekannya sedang membicarakan rencana ujian semester. Ian duduk di mejanya, mengeluarkan berkas-berkas yang perlu dia periksa. Namun pikirannya terus melayang ke Viera, bertanya-tanya bagaimana reaksi sahabatnya saat mengetahui hubungan mereka."Ian," Pak Rudi, guru fisika, menghampiri mejanya. "Nanti rapat koordinasi jam berapa ya?"
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

BAB 88 - Foto Prewedding (1)

Minggu pagi yang cerah, Viera berdiri gugup di depan cermin studio, sementara seorang MUA sedang menyelesaikan riasannya. Di sebelahnya, Renna dan Fanny sibuk membantu memilih gaun. "Yang putih ini bagus," Renna mengangkat sebuah gaun. "Simple tapi elegan." "Tapi yang cream juga cantik," Fanny menambahkan. "Apalagi buat outdoor shoot nanti." Viera hanya bisa menggigit bibirnya gugup. Sejak tadi perutnya terasa melilit. "Ian mana ya?" "Masih ganti baju kayaknya," Fanny melirik ke arah ruang ganti pria. "Nervous banget ya?" "Banget," Viera mengaku. "Gimana kalo... kalo nanti ada yang liat foto-fotonya sebelum waktunya?" "Tenang aja," Renna menenangkan. "Fotografernya udah janji bakal jaga privasi kalian. Lagian lokasi shootnya kan agak jauh dari kota." Pintu ruang ganti terbuka, dan Ian melangkah keluar mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Dia terlihat sama gugupnya dengan Viera. "Wow, Pak Ian!" Fanny bersiul pelan, membuat Ian tersenyum malu. "Viera..." Ian terpaku melihat c
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

BAB 89 - Foto Prewedding (2)

"Tenang," Ian berdiri, gesturnya protektif. "Mereka masih jauh. Kita...""Pindah lokasi aja!" Renna cepat-cepat mengambil tas makeup. "Mas Ari, masih ada spot lain kan?""Ada," Mas Ari mengangguk mengerti. "Di bagian belakang taman ada gazebo lain yang lebih private. Yuk, kita kesana sebelum..."Mereka bergegas membereskan peralatan dan berpindah lokasi, berharap tidak ada yang mengenali mereka. Untuk saat ini, biarlah momen indah ini tetap menjadi rahasia mereka."Pak Ian?"Suara itu membuat mereka semua membeku. Di belakang mereka, seorang siswi dengan baju rapi berdiri dengan tatapan bingung."Dian," Ian menegakkan tubuhnya, berusaha tetap tenang meski jantungnya berdebar kencang. Viera cepat-cepat bersembunyi di balik Renna dan Fanny."Bapak... sedang foto?" Dian bertanya ragu, matanya melirik ke arah kamera dan peralatan di sekitar mereka."Ah, iya," Ian tersenyum tipis, berusaha terdengar senormal mungkin. "Kebetulan keluarga Bapak minta foto keluarga. Ada acara... khusus.""Oh.
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

BAB 90 - Persiapan

Di perjalanan pulang, mobil yang dikemudikan Ian terasa hening. Viera duduk di sampingnya, sementara Renna dan Fanny sudah diantar pulang duluan. "Masih kepikiran?" Ian bertanya lembut, matanya fokus ke jalan. "Iya," Viera menghela napas. "Aku takut Dian curiga. Dia kan pinter banget..." "Memang," Ian mengakui. "Tapi kalaupun dia curiga... mungkin tidak akan langsung menyimpulkan yang sebenarnya. Kamu tenang saja." Viera menyandarkan kepalanya ke jendela mobil, memandang pemandangan yang bergerak di luar. "Tapi kalau sampai ada yang tahu sebelum waktunya..." "Hey," Ian mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Viera. "Kita sudah membicarakan ini kan? Cepat atau lambat, semua orang akan tahu. Yang penting kita siap menghadapinya bersama." "Iya sih..." Viera tersenyum kecil. "By the way... tadi kamu bisik apa sih? Mas Ari sampai excited banget sama ekspresi aku." Ian tertawa pelan. "Rahasia." "Ih!" Viera memukul pelan lengan Ian. "Kasih tau dong..." "Nanti," Ian terseny
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status