Home / Romansa / Menjadi Istri Dadakan Guru Killer / BAB 89 - Foto Prewedding (2)

Share

BAB 89 - Foto Prewedding (2)

last update Last Updated: 2025-02-21 09:54:05

"Tenang," Ian berdiri, gesturnya protektif. "Mereka masih jauh. Kita..."

"Pindah lokasi aja!" Renna cepat-cepat mengambil tas makeup. "Mas Ari, masih ada spot lain kan?"

"Ada," Mas Ari mengangguk mengerti. "Di bagian belakang taman ada gazebo lain yang lebih private. Yuk, kita kesana sebelum..."

Mereka bergegas membereskan peralatan dan berpindah lokasi, berharap tidak ada yang mengenali mereka. Untuk saat ini, biarlah momen indah ini tetap menjadi rahasia mereka.

"Pak Ian?"

Suara itu membuat mereka semua membeku. Di belakang mereka, seorang siswi dengan baju rapi berdiri dengan tatapan bingung.

"Dian," Ian menegakkan tubuhnya, berusaha tetap tenang meski jantungnya berdebar kencang. Viera cepat-cepat bersembunyi di balik Renna dan Fanny.

"Bapak... sedang foto?" Dian bertanya ragu, matanya melirik ke arah kamera dan peralatan di sekitar mereka.

"Ah, iya," Ian tersenyum tipis, berusaha terdengar senormal mungkin. "Kebetulan keluarga Bapak minta foto keluarga. Ada acara... khusus."

"Oh.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 90 - Persiapan

    Di perjalanan pulang, mobil yang dikemudikan Ian terasa hening. Viera duduk di sampingnya, sementara Renna dan Fanny sudah diantar pulang duluan. "Masih kepikiran?" Ian bertanya lembut, matanya fokus ke jalan. "Iya," Viera menghela napas. "Aku takut Dian curiga. Dia kan pinter banget..." "Memang," Ian mengakui. "Tapi kalaupun dia curiga... mungkin tidak akan langsung menyimpulkan yang sebenarnya. Kamu tenang saja." Viera menyandarkan kepalanya ke jendela mobil, memandang pemandangan yang bergerak di luar. "Tapi kalau sampai ada yang tahu sebelum waktunya..." "Hey," Ian mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Viera. "Kita sudah membicarakan ini kan? Cepat atau lambat, semua orang akan tahu. Yang penting kita siap menghadapinya bersama." "Iya sih..." Viera tersenyum kecil. "By the way... tadi kamu bisik apa sih? Mas Ari sampai excited banget sama ekspresi aku." Ian tertawa pelan. "Rahasia." "Ih!" Viera memukul pelan lengan Ian. "Kasih tau dong..." "Nanti," Ian terseny

    Last Updated : 2025-02-22
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 91 - Catatan Siapa?

    Keesokan paginya, Ian tiba di sekolah saat matahari baru terbit. Dian sudah menunggu di depan gerbang dengan wajah pucat dan mata sembab."Sudah dicari lagi?" Ian bertanya sambil berjalan menuju perpustakaan."Sudah, Pak. Saya datang sejak jam 6 tadi," Dian mengikuti langkah gurunya. "Tapi tetap tidak ada..."Di perpustakaan, mereka mulai mencari di setiap sudut. Meja demi meja, rak demi rak, bahkan tempat-tempat yang sepertinya tidak mungkin."Pak," Dian tiba-tiba teringat sesuatu. "Waktu itu... CCTV perpustakaan masih aktif kan ya?"Ian menghentikan pencariannya. "Benar juga. Ayo ke ruang keamanan!"Di ruang keamanan, Pak Budi, petugas keamanan sekolah, membantu mereka mengecek rekaman CCTV. Mereka melihat Dian meletakkan berkasnya, pergi ke toilet, dan kemudian..."Stop!" Dian berseru. "Itu... itu dia!"Di layar, terlihat seorang siswa berseragam SMA Pelita mengambil berkas tersebut dan memasukkannya ke dalam tas."Saya kenal dia," Ian mengernyitkan dahi. "Itu Kevin, ketua tim olim

    Last Updated : 2025-02-23
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 91 - Gara-gara Catatan

    Viera menelan ludah, tatapannya tertuju pada lantai yang mendadak terasa begitu menarik. Jari-jarinya menggenggam erat ujung roknya, kebiasaan lamanya saat merasa terdesak. Di sampingnya, Dian masih menunggu jawaban, matanya penuh tanya dan - yang membuat Viera semakin gelisah - sedikit kekecewaan."Itu..." Viera menggigit bibir bawahnya, tangannya menggenggam erat tumpukan kertas "Ah," Ian berdeham pelan, matanya dengan sengaja menghindari tatapan Viera. "Dian, soal latihan gabungan..."Tapi Dian tidak lagi mendengarkan. Pikirannya berputar, menghubungkan titik-titik yang selama ini terlewat: bagaimana Viera selalu muncul di sekolah di saat-saat tertentu, bagaimana Ian kadang tersenyum sendiri saat membaca pesan di ponselnya, dan sekarang... catatan ini.Viera masih berdiri di sana, wajahnya sedikit pucat. Tangannya yang memegang catatan bergetar halus - detail kecil yang tidak akan terlihat jika Dian tidak memperhatikan dengan seksama."Pak Ian," Dian memotong penjelasan gurunya te

    Last Updated : 2025-02-24
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 92 - Efek Cemburu

    Viera menyisir rambutnya ke belakang, mengencangkan ikatan pita merah di kerah seragamnya sebelum masuk ke ruang perpustakaan. Waktu istirahat kedua adalah satu-satunya kesempatan dia bisa mengerjakan revisi makalah biologi dengan tenang—perpustakaan jauh dari keramaian kantin dan lebih dingin daripada kelas yang AC-nya sering mati mendadak."Oh, Viera! Kebetulan sekali."Viera mengangkat wajah dari buku yang baru dibukanya, mendapati Felix tersenyum cerah ke arahnya. Di tangannya ada setumpuk kertas yang terlihat seperti proposal kegiatan."Ada apa, Lix?" tanyanya, berusaha menjaga suaranya tetap pelan meski perpustakaan hanya berisi beberapa siswa kelas 10 di sudut jauh."Bantuin revisi proposal buat acara basket dong," Felix duduk di sebelahnya tanpa menunggu persetujuan. "Cuma kamu yang jago bikin narasi yang bikin kepala sekolah langsung setuju."Viera menghela napas, tapi senyum kecil tetap terkembang di wajahnya. "Batas akhir kumpul kapan?""Besok," Felix nyengir tanpa rasa ber

    Last Updated : 2025-02-25
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 93 - Masih Cemburu

    Viera terpaku di tempatnya, menatap punggung Ian yang menjauh. Ada sesuatu yang menyakitkan dalam cara Ian bersikap seolah-olah tidak ada yang salah, seolah-olah mereka hanya guru dan murid biasa—tidak lebih."Jadi gitu ya," bisiknya, terlalu pelan untuk didengar siapapun kecuali dirinya sendiri.Saat kembali ke meja tempat Felix menunggu, Viera berusaha keras menyembunyikan kegelisahannya di balik senyum tipis. Felix masih sibuk membuka-buka proposal, tidak menyadari perubahan suasana hati Viera."Nah, jadi buat bagian anggaran ini—" Felix mulai berbicara, tapi Viera hampir tidak bisa mendengarkan.Pikirannya tersangkut pada ekspresi Ian tadi, pada ketegangan di sudut matanya, pada cara tangannya menggenggam buku terlalu erat. Betapa Ian berusaha terlihat biasa saja, tapi gagal menyembunyikan kecemburuan yang mekar seperti tinta hitam yang perlahan menyebar di kertas putih."Viera? Kamu dengar nggak?" Felix menggerakkan tangannya di depan wajah Viera."Hm? Oh, maaf. Lanjutin aja, aku

    Last Updated : 2025-02-26
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 94 - Kamu Harus Memilih(1)

    Ruang guru terasa lebih luas dari biasanya ketika Viera melangkah masuk. Jendela-jendela tinggi membiarkan sinar matahari sore menerobos, menciptakan pola-pola cahaya keemasan di atas meja-meja keramik putih. Di salah satu sudut, Ian berdiri membelakanginya, tampak sibuk menata dokumen dan buku yang Viera tahu sudah tertata rapi sebelumnya."Permisi," ucap Viera pelan, menutup pintu di belakangnya.Ian tidak langsung berbalik. Ada jeda yang terasa seperti keabadian, di mana Viera bisa mendengar detak jantungnya sendiri, berdentum tidak beraturan di telinganya."Kamu bilang ada soal yang belum paham," Ian akhirnya berbicara, masih membelakangi Viera, tangannya sibuk dengan buku-buku yang tertimpa cahaya sore. "Soal yang mana?"Viera menelan ludah. Dia tahu pertanyaan itu hanya formalitas, hanya alasan untuk percakapan yang sebenarnya mereka berdua ingin lakukan."Sebenarnya bukan soal," Viera mengambil langkah maju, tasnya masih tergantung di bahu kiri. "Tapi tentang sikapmu di perpust

    Last Updated : 2025-02-27
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 95 - Kamu Harus Memilih (2)

    Viera tidak menjawab langsung. Ada kebenaran dalam kata-kata Ian, kebenaran yang selama ini dia sembunyikan bahkan dari dirinya sendiri. Kadang dia memang bertanya-tanya bagaimana rasanya menjalani hubungan normal remaja seperti teman-temannya. Tapi bukankah semua hubungan memiliki kompromi?"Kadang aku juga berpikir tentang itu," Viera akhirnya mengaku, mengangkat wajahnya untuk menatap Ian langsung. "Tapi kemudian aku ingat perasaanku ketika bersamamu. Bagaimana kamu mendengarkan pendapatku seolah itu penting. Bagaimana kamu melihatku sebagai diriku, bukan hanya sebagai anak SMA. Aku tidak menemukan itu dalam diri Felix atau anak laki-laki lainnya."Ian tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian ragu, seperti ada perang dalam dirinya sendiri."Kamu masih tujuh belas tahun, Viera," katanya akhirnya, suaranya terdengar seolah dia berbicara lebih kepada dirinya sendiri. "Kamu seharusnya bebas menjelajahi dunia, bukan terikat padaku."Kata-katanya seperti pukulan halus di dada Viera

    Last Updated : 2025-02-28
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 96 - Nasihat Mama (1)

    Langit sudah benar-benar gelap ketika Viera sampai di rumah. Dia membuka pintu perlahan, berharap bisa menyelinap masuk tanpa harus banyak bicara. Pikirannya masih penuh dengan percakapan di ruang guru bersama Ian—terlalu penuh hingga dia tidak yakin bisa menjalani obrolan normal saat ini. "Viera? Kamu baru pulang?" Suara Mama terdengar dari arah dapur, diikuti dentingan halus sendok yang beradu dengan pinggir panci. "Iya, Ma," Viera menjawab, melepas sepatunya di pintu masuk. Dia berjalan ke dapur, menemukan mamanya sedang mengaduk sup yang menguarkan aroma hangat yang mengingatkannya pada masa kecil—ketika hidup masih sederhana, ketika perasaan tidak serumit sekarang. "Bagaimana sekolah hari ini?" tanya Mama, tersenyum ke arahnya. Ada kebanggaan samar dalam suaranya. "Lancar. Seperti biasa," Viera menjawab singkat, menarik kursi makan dan duduk. "Bagaimana Ian hari ini?" Viera merasakan jantungnya berdegup lebih kencang mendengar nama itu. "Baik juga," jawabnya, berusah

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 110 - Menuju Ujian

    Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, ujian akhir hampir tiba. Viera dan teman-temannya tenggelam dalam buku-buku pelajaran dan kertas-kertas latihan. Kafe-kafe di sekitar sekolah penuh dengan siswa kelas dua belas yang belajar kelompok, menyesap kopi berlebihan, dan saling bertukar rumus dan catatan."Aku tidak bisa mengingat semua rumus ini," keluh Fanny, menutup buku fisikanya dengan frustasi. "Terlalu banyak.""Buat diagram dulu," saran Renna, yang dengan tenang membuat kartu-kartu kecil berisi poin-poin penting. "Lebih mudah mengingat secara visual."Viera mengangguk, tapi matanya terasa berat. Dia sudah belajar sejak pagi, dan hari sudah menjelang sore. Cangkir kopi ketiganya nyaris kosong."Kalian tahu," Viera berkata sambil meregangkan tubuhnya, "Ian sebenarnya punya metode bagus untuk mengingat rumus-rumus."Ada keheningan canggung sejenak sebelum Fanny tertawa kecil. "Viera, loe gak mau tanya gitu metode tunanganmu buat mengingat rumus?"Viera memutar matanya, tapi tidak

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 109 - Bukan Impian

    Seminggu berlalu dengan cepat. Viera dan Felix tetap pergi ke open house fakultas komunikasi, tapi suasananya tidak sama lagi. Ada jarak yang tidak terkatakan di antara mereka—sebuah tembok transparan yang tidak bisa ditembus oleh candaan atau obrolan ringan."Ini laboratorium multimedia mereka," Felix menjelaskan sambil menunjuk sebuah ruangan besar dengan peralatan canggih. "Katanya mahasiswa bisa menggunakannya untuk proyek-proyek mereka."Viera mengangguk, matanya berbinar melihat fasilitas kampus yang luar biasa. "Ini keren sekali. Aku bisa membayangkan berkuliah di sini."Felix tersenyum tipis, untuk pertama kalinya hari itu. "Kamu akan cocok di sini, Viera. Kamu selalu punya bakat bercerita."Ada ketulusan dalam kata-kata Felix yang membuat Viera merasa sedikit lebih baik. Mungkin persahabatan mereka tidak hancur sepenuhnya—hanya membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan realitas baru."Terima kasih, Felix," Viera tersenyum tulus. "Sungguh, terima kasih untuk semuanya."

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 108 - Harus Jujur

    Malam itu, Viera tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar antara Ian, Felix, dan masa depannya yang semakin kompleks. Dia mengambil ponselnya, memeriksa pesan terakhir dari Ian. Ada kehangatan aneh yang muncul saat membaca kembali percakapan mereka—percakapan yang jauh dari romantis, tapi penuh dengan kejujuran dan pengertian."Aku bingung, Ian," Viera akhirnya mengetik pesan baru. "Bagaimana menurutmu cara terbaik untuk memberitahu teman-temanku yang lain tentang... kita?"Balasan Ian tidak langsung datang. Viera membayangkan pemuda itu mungkin sedang bekerja atau bahkan sudah tidur. Tapi lima menit kemudian, ponselnya bergetar."Apa yang membuatmu tidak tenang, Viera?"Viera tersenyum kecil. Lagi-lagi, Ian dan kebiasaannya untuk langsung ke inti masalah."Felix, dia mengundangku ke open house fakultas komunikasi. Aku hampir saja keceplosan menyebut namamu. Dan... aku merasa... usaha Felix mendekatiku semakin besar."Ada jeda lama sebelum Ian membalas. Viera hampir bisa merasakan

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 106 - Hidup Tanpa Rencana (1)

    Semakin malam, percakapan mereka semakin dalam. Ian bercerita tentang tekanan yang dirasakannya sebagai putra tunggal, tentang bagaimana dia kadang merasa terjebak dalam ekspektasi keluarga. Viera membagikan kekhawatirannya tentang masa depan, tentang mimpinya yang kadang terasa terlalu besar untuk diwujudkan."Kadang aku bertanya-tanya bagaimana rasanya hidup tanpa rencana yang sudah diatur," tulis Ian di suatu titik. "Bebas memilih jalan sendiri.""Aku juga," balas Viera. "Tapi mungkin tidak ada yang benar-benar bebas? Semua orang punya batasan dan tantangannya masing-masing.""Bijaksana sekali untuk gadis tujuh belas tahun," balas Ian, dan Viera bisa membayangkan senyum kecil di wajahnya saat mengetik itu."Aku hampir delapan belas, tau," Viera membalas, tersenyum pada dirinya sendiri. "Lagipula, umur hanya angka.""Memang. Tapi pengalaman bukan sekadar angka."Ada kebenaran dalam kata-kata Ian yang tidak bisa Viera bantah. Meski merasa dewasa dan siap menghadapi dunia, dia tau bah

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 105 - Teman Hidup

    "Apa... apa yang membuat Mama akhirnya mencintai Papa?" tanyanya penasaran.Mama terlihat melamun sejenak, matanya menerawang ke masa lalu. Ada senyum kecil yang bermain di sudut bibirnya."Kesabaran," Mama akhirnya menjawab. "Papa sangat sabar. Dia tidak pernah memaksa Mama untuk mencintainya, tapi dia selalu ada. Selalu mendukung. Dan, ya, dia ternyata sangat romantis dengan caranya sendiri."Viera tersenyum, membayangkan Papanya yang selalu terlihat tegas dan disiplin bisa bersikap romantis. "Romantis bagaimana, Ma?""Ah, banyak hal kecil. Mengingat tanggal-tanggal penting, memperhatikan apa yang Mama suka dan tidak suka, selalu membawakan oleh-oleh ketika pulang kerja..." Mama terkekeh. "Yang paling Mama ingat, saat Mama sakit, Papa rela tidak tidur semalaman hanya untuk mengompres Mama. Padahal besoknya dia ada rapat penting."Ada kehangatan yang menyebar di dada Viera mendengar cerita itu. Mungkinkah dia dan Ian juga bisa membangun kedekatan seperti itu suatu hari nanti?"Ma, me

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 104 - Saling Mendukung

    "Kita bisa mencobanya," Viera berbisik. "Melanjutkan rencana pernikahan, tapi dengan catatan kita akan saling terbuka, saling mendukung karier dan mimpi masing-masing." Ian tersenyum, "Bukan sekadar merger bisnis, tapi partnership sejati." Keputusan itu tidak datang dengan drama atau ledakan emosi. Justru sebaliknya—dengan ketenangan dan pengertian yang mendalam. Mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan pernikahan, tapi dengan komitmen untuk selalu berkomunikasi, untuk selalu memberikan ruang bagi pertumbuhan masing-masing. Ketika Viera pulang ke rumah malam itu, ada ketenangan aneh yang menyelimutinya. Mama—yang sepertinya selalu bisa membaca gerak-gerik putrinya—menunggu di ruang keluarga. "Bagaimana?" tanya Mama langsung, tanpa basa-basi. Viera duduk di samping Mama, merasa letih namun tenang. "Viera dan Ian memutuskan untuk tetap melanjutkan pernikahan." Mata Mama berbinar penuh tanya. "Coba sini cerita sama Mama." Dan Viera menceritakan semuanya—percakapan dengan Ian, ket

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 103 - Cinta Rumit

    Kata itu—cinta—terasa berat dan asing di antara mereka. Ian tampak tidak nyaman, jari-jarinya mengetuk pelan sisi cangkir kopinya. "Cinta itu... rumit, Viera," dia akhirnya menjawab diplomatik. "Aku menyayangimu, menghormatimu. Aku yakin kita bisa membangun kehidupan yang baik bersama. Bukankah itu bentuk cinta juga?" Ada kejujuran dalam kata-kata Ian yang membuat hati Viera terasa sakit sekaligus lega. Setidaknya Ian tidak berpura-pura merasakan sesuatu yang tidak dia rasakan. "Mungkin," Viera menjawab pelan. "Tapi apakah itu cukup untuk kita? Apa kamu tidak pernah bertanya-tanya bagaimana rasanya... jatuh cinta? Benar-benar jatuh cinta?" Ian menghela napas panjang, untuk pertama kalinya topeng profesionalnya sedikit retak. "Tentu saja aku pernah. Aku bukan robot, Viera." "Lalu? Apa kamu tidak ingin merasakan itu sebelum berkomitmen untuk seumur hidup?" "Tidak semua orang punya kemewahan itu," Ian menjawab, ada nada getir dalam suaranya. "Kita punya tanggung jawab, kita punya ek

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 102 - Mencintaiku?

    setidaknya mencoba belajar, karena pikirannya terus melayang ke pertemuan sore nanti. Jam demi jam berlalu dengan lambat, hingga akhirnya jam di ponselnya menunjukkan pukul 3:30 sore. Viera berdiri di depan cermin, memandang refleksi dirinya. Gadis tujuh belas tahun yang berdiri di persimpangan hidup. Dia mengenakan gaun biru muda sederhana. "Kamu siap?" Mama bertanya dari ambang pintu. Viera berbalik, tersenyum tipis. "Entahlah, Ma. Viera bahkan tidak tau apa yang akan Viera katakan pada Ian." Mama menghampirinya, merapikan rambut Viera yang sedikit berantakan. "Katakan yang ada di hatimu, sayang. Dengan jujur, tapi juga dengan bijak." "Dan jika itu melukai banyak orang?" "Kadang kita harus melukai beberapa orang untuk menghindari luka yang lebih besar di masa depan," Mama menjawab bijak. "Lebih baik jujur sekarang daripada hidup dalam kebohongan seumur hidup." Viera mengangguk, mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. "Terima kasih, Ma." Dengan hati yang ma

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 101 - Tanggung Jawab Bisnis

    "Viera?" Suara Mama terdengar dari balik pintu, diikuti ketukan lembut. "Kamu sudah bangun? Sarapan sudah siap.""Iya, Ma. Sebentar lagi Viera turun," jawabnya, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi.Di meja makan, suasana terasa lebih hening dari biasanya. Papa sibuk dengan tabletnya, sesekali mengerutkan dahi membaca berita pagi. Mama dengan telaten menuangkan teh ke cangkir Papa sebelum duduk di sampingnya. Rutinitas pagi yang begitu familiar bagi Viera, namun entah mengapa pagi ini terasa berbeda."Viera akan bertemu Ian sore ini," Viera berkata pelan setelah menyesap susu hangatnya.Papa mengalihkan pandangan dari tabletnya. "Oh? Ada acara apa?""Tidak ada acara khusus," Viera menjawab, mengaduk-aduk bubur di mangkuknya tanpa nafsu. "Hanya... ingin bicara.""Tentang pernikahan?" tanya Papa, ekspresinya cerah. "Bagus. Kalian memang perlu lebih banyak waktu berdua untuk membicarakan detail-detail penting."Viera mengangguk lemah, tidak mengoreksi asumsi Papa. Ekor matan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status