Share

BAB 90 - Persiapan

last update Last Updated: 2025-02-22 15:39:56
Di perjalanan pulang, mobil yang dikemudikan Ian terasa hening. Viera duduk di sampingnya, sementara Renna dan Fanny sudah diantar pulang duluan.

"Masih kepikiran?" Ian bertanya lembut, matanya fokus ke jalan.

"Iya," Viera menghela napas. "Aku takut Dian curiga. Dia kan pinter banget..."

"Memang," Ian mengakui. "Tapi kalaupun dia curiga... mungkin tidak akan langsung menyimpulkan yang sebenarnya. Kamu tenang saja."

Viera menyandarkan kepalanya ke jendela mobil, memandang pemandangan yang bergerak di luar. "Tapi kalau sampai ada yang tahu sebelum waktunya..."

"Hey," Ian mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Viera. "Kita sudah membicarakan ini kan? Cepat atau lambat, semua orang akan tahu. Yang penting kita siap menghadapinya bersama."

"Iya sih..." Viera tersenyum kecil. "By the way... tadi kamu bisik apa sih? Mas Ari sampai excited banget sama ekspresi aku."

Ian tertawa pelan. "Rahasia."

"Ih!" Viera memukul pelan lengan Ian. "Kasih tau dong..."

"Nanti," Ian terseny
R.D. Skypigeon

Halo, pembaca kesayangan ლ(◉❥◉ლ) mohon maaf banget nih hari ini telat uploadnya karena ada urusan urgent banget dari pagi sampai siang ini ಥ_ಥ selamat membaca yaaa jangan lupa tinggalkan komentarnya thankyou (^з^)-☆Chu!!

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 91 - Catatan Siapa?

    Keesokan paginya, Ian tiba di sekolah saat matahari baru terbit. Dian sudah menunggu di depan gerbang dengan wajah pucat dan mata sembab."Sudah dicari lagi?" Ian bertanya sambil berjalan menuju perpustakaan."Sudah, Pak. Saya datang sejak jam 6 tadi," Dian mengikuti langkah gurunya. "Tapi tetap tidak ada..."Di perpustakaan, mereka mulai mencari di setiap sudut. Meja demi meja, rak demi rak, bahkan tempat-tempat yang sepertinya tidak mungkin."Pak," Dian tiba-tiba teringat sesuatu. "Waktu itu... CCTV perpustakaan masih aktif kan ya?"Ian menghentikan pencariannya. "Benar juga. Ayo ke ruang keamanan!"Di ruang keamanan, Pak Budi, petugas keamanan sekolah, membantu mereka mengecek rekaman CCTV. Mereka melihat Dian meletakkan berkasnya, pergi ke toilet, dan kemudian..."Stop!" Dian berseru. "Itu... itu dia!"Di layar, terlihat seorang siswa berseragam SMA Pelita mengambil berkas tersebut dan memasukkannya ke dalam tas."Saya kenal dia," Ian mengernyitkan dahi. "Itu Kevin, ketua tim olim

    Last Updated : 2025-02-23
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 91 - Gara-gara Catatan

    Viera menelan ludah, tatapannya tertuju pada lantai yang mendadak terasa begitu menarik. Jari-jarinya menggenggam erat ujung roknya, kebiasaan lamanya saat merasa terdesak. Di sampingnya, Dian masih menunggu jawaban, matanya penuh tanya dan - yang membuat Viera semakin gelisah - sedikit kekecewaan."Itu..." Viera menggigit bibir bawahnya, tangannya menggenggam erat tumpukan kertas "Ah," Ian berdeham pelan, matanya dengan sengaja menghindari tatapan Viera. "Dian, soal latihan gabungan..."Tapi Dian tidak lagi mendengarkan. Pikirannya berputar, menghubungkan titik-titik yang selama ini terlewat: bagaimana Viera selalu muncul di sekolah di saat-saat tertentu, bagaimana Ian kadang tersenyum sendiri saat membaca pesan di ponselnya, dan sekarang... catatan ini.Viera masih berdiri di sana, wajahnya sedikit pucat. Tangannya yang memegang catatan bergetar halus - detail kecil yang tidak akan terlihat jika Dian tidak memperhatikan dengan seksama."Pak Ian," Dian memotong penjelasan gurunya te

    Last Updated : 2025-02-24
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 92 - Efek Cemburu

    Viera menyisir rambutnya ke belakang, mengencangkan ikatan pita merah di kerah seragamnya sebelum masuk ke ruang perpustakaan. Waktu istirahat kedua adalah satu-satunya kesempatan dia bisa mengerjakan revisi makalah biologi dengan tenang—perpustakaan jauh dari keramaian kantin dan lebih dingin daripada kelas yang AC-nya sering mati mendadak."Oh, Viera! Kebetulan sekali."Viera mengangkat wajah dari buku yang baru dibukanya, mendapati Felix tersenyum cerah ke arahnya. Di tangannya ada setumpuk kertas yang terlihat seperti proposal kegiatan."Ada apa, Lix?" tanyanya, berusaha menjaga suaranya tetap pelan meski perpustakaan hanya berisi beberapa siswa kelas 10 di sudut jauh."Bantuin revisi proposal buat acara basket dong," Felix duduk di sebelahnya tanpa menunggu persetujuan. "Cuma kamu yang jago bikin narasi yang bikin kepala sekolah langsung setuju."Viera menghela napas, tapi senyum kecil tetap terkembang di wajahnya. "Batas akhir kumpul kapan?""Besok," Felix nyengir tanpa rasa ber

    Last Updated : 2025-02-25
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 93 - Masih Cemburu

    Viera terpaku di tempatnya, menatap punggung Ian yang menjauh. Ada sesuatu yang menyakitkan dalam cara Ian bersikap seolah-olah tidak ada yang salah, seolah-olah mereka hanya guru dan murid biasa—tidak lebih."Jadi gitu ya," bisiknya, terlalu pelan untuk didengar siapapun kecuali dirinya sendiri.Saat kembali ke meja tempat Felix menunggu, Viera berusaha keras menyembunyikan kegelisahannya di balik senyum tipis. Felix masih sibuk membuka-buka proposal, tidak menyadari perubahan suasana hati Viera."Nah, jadi buat bagian anggaran ini—" Felix mulai berbicara, tapi Viera hampir tidak bisa mendengarkan.Pikirannya tersangkut pada ekspresi Ian tadi, pada ketegangan di sudut matanya, pada cara tangannya menggenggam buku terlalu erat. Betapa Ian berusaha terlihat biasa saja, tapi gagal menyembunyikan kecemburuan yang mekar seperti tinta hitam yang perlahan menyebar di kertas putih."Viera? Kamu dengar nggak?" Felix menggerakkan tangannya di depan wajah Viera."Hm? Oh, maaf. Lanjutin aja, aku

    Last Updated : 2025-02-26
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 94 - Kamu Harus Memilih(1)

    Ruang guru terasa lebih luas dari biasanya ketika Viera melangkah masuk. Jendela-jendela tinggi membiarkan sinar matahari sore menerobos, menciptakan pola-pola cahaya keemasan di atas meja-meja keramik putih. Di salah satu sudut, Ian berdiri membelakanginya, tampak sibuk menata dokumen dan buku yang Viera tahu sudah tertata rapi sebelumnya."Permisi," ucap Viera pelan, menutup pintu di belakangnya.Ian tidak langsung berbalik. Ada jeda yang terasa seperti keabadian, di mana Viera bisa mendengar detak jantungnya sendiri, berdentum tidak beraturan di telinganya."Kamu bilang ada soal yang belum paham," Ian akhirnya berbicara, masih membelakangi Viera, tangannya sibuk dengan buku-buku yang tertimpa cahaya sore. "Soal yang mana?"Viera menelan ludah. Dia tahu pertanyaan itu hanya formalitas, hanya alasan untuk percakapan yang sebenarnya mereka berdua ingin lakukan."Sebenarnya bukan soal," Viera mengambil langkah maju, tasnya masih tergantung di bahu kiri. "Tapi tentang sikapmu di perpust

    Last Updated : 2025-02-27
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 95 - Kamu Harus Memilih (2)

    Viera tidak menjawab langsung. Ada kebenaran dalam kata-kata Ian, kebenaran yang selama ini dia sembunyikan bahkan dari dirinya sendiri. Kadang dia memang bertanya-tanya bagaimana rasanya menjalani hubungan normal remaja seperti teman-temannya. Tapi bukankah semua hubungan memiliki kompromi?"Kadang aku juga berpikir tentang itu," Viera akhirnya mengaku, mengangkat wajahnya untuk menatap Ian langsung. "Tapi kemudian aku ingat perasaanku ketika bersamamu. Bagaimana kamu mendengarkan pendapatku seolah itu penting. Bagaimana kamu melihatku sebagai diriku, bukan hanya sebagai anak SMA. Aku tidak menemukan itu dalam diri Felix atau anak laki-laki lainnya."Ian tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian ragu, seperti ada perang dalam dirinya sendiri."Kamu masih tujuh belas tahun, Viera," katanya akhirnya, suaranya terdengar seolah dia berbicara lebih kepada dirinya sendiri. "Kamu seharusnya bebas menjelajahi dunia, bukan terikat padaku."Kata-katanya seperti pukulan halus di dada Viera

    Last Updated : 2025-02-28
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 96 - Nasihat Mama (1)

    Langit sudah benar-benar gelap ketika Viera sampai di rumah. Dia membuka pintu perlahan, berharap bisa menyelinap masuk tanpa harus banyak bicara. Pikirannya masih penuh dengan percakapan di ruang guru bersama Ian—terlalu penuh hingga dia tidak yakin bisa menjalani obrolan normal saat ini. "Viera? Kamu baru pulang?" Suara Mama terdengar dari arah dapur, diikuti dentingan halus sendok yang beradu dengan pinggir panci. "Iya, Ma," Viera menjawab, melepas sepatunya di pintu masuk. Dia berjalan ke dapur, menemukan mamanya sedang mengaduk sup yang menguarkan aroma hangat yang mengingatkannya pada masa kecil—ketika hidup masih sederhana, ketika perasaan tidak serumit sekarang. "Bagaimana sekolah hari ini?" tanya Mama, tersenyum ke arahnya. Ada kebanggaan samar dalam suaranya. "Lancar. Seperti biasa," Viera menjawab singkat, menarik kursi makan dan duduk. "Bagaimana Ian hari ini?" Viera merasakan jantungnya berdegup lebih kencang mendengar nama itu. "Baik juga," jawabnya, berusah

    Last Updated : 2025-03-01
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 97 - Nasihat Mama (2)

    Mama menatapnya dengan tatapan yang begitu penuh pengertian hingga Viera hampir takut dia bisa melihat ke dalam pikirannya, ke dalam rahasianya. "Situasi rumit seperti apa, sayang?" Viera menggeleng cepat. "Hanya... hipotesis, Ma. Untuk tugas sekolah." Kebohongan kecil itu terasa pahit di lidahnya, tapi dia tidak siap—mungkin tidak akan pernah siap—untuk membuka kebenaran yang sebenarnya. Mama tersenyum, terlihat tidak sepenuhnya percaya tapi juga tidak ingin memaksa. "Baiklah. Untuk 'tugas hipotesis'-mu itu... Mama pikir hidup tidak pernah sesederhana buku teks. Ada situasi-situasi yang memang rumit, yang membuatmu harus memilih antara dua hal yang sama-sama berharga. Dalam kasus seperti itu, kamu perlu jujur pada dirimu sendiri tentang apa yang benar-benar kamu inginkan dari hidupmu dalam jangka panjang." "Dan bagaimana kalau Viera tidak tau apa yang Viera inginkan dalam jangka panjang? Viera bahkan belum tau mau kuliah di mana." "Dan itu tidak apa-apa," Mama menjawab lem

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 118 - Ujian (2)

    Viera memeriksa kembali semua jawabannya, memastikan tidak ada yang terlewat. Setelah yakin, dia menekan tombol "Kirim" dan menunggu sistem memproses jawabannya. Layar berkedip sejenak, kemudian muncul pesan konfirmasi bahwa ujiannya telah berhasil disimpan dan terkirim.Viera menghela napas lega, melepas headset, dan bersandar di kursinya. Satu ujian telah selesai, masih ada beberapa lagi yang menunggu. Tapi setidaknya, yang pertama telah dilewati dengan baik.Setelah waktu ujian habis, para siswa diizinkan meninggalkan ruangan. Viera bertemu dengan Renna dan Fanny di koridor."Gimana?" tanya Fanny, wajahnya terlihat lelah tapi puas."Tidak buruk," jawab Viera. "Bagaimana dengan kalian?""Soal nomor 35 hampir bikin gue menangis," keluh Renna. "Tapi sisanya oke."Mereka berjalan bersama menuju kantin untuk makan siang sebelum kembali untuk ujian Bahasa Indonesia di sesi siang. Di tengah jalan, Viera merasakan ponselnya bergetar. Pesan dari Ian."Semoga ujian pertamamu lancar. Percaya

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 117 - Ujian (1)

    Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah satu minggu istirahat dan persiapan intensif, ujian akhir resmi di SMA Internasional Nusantara dimulai. Berbeda dengan sekolah konvensional, sekolah mereka menggunakan sistem ujian berbasis komputer—salah satu keunggulan dari sekolah internasional yang sering dibanggakan oleh kepala sekolah di setiap kesempatan. Pagi itu, Viera tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Koridor-koridor masih sepi, hanya ada beberapa siswa yang tampak sama gugupnya dengan dirinya, membawa buku dan catatan untuk dibaca sekali lagi sebelum ujian dimulai. "Pagi, Ra!" sapa Renna yang berlari kecil mendekatinya. "Siap untuk hari ini?" Viera tersenyum tipis. "Sebisa mungkin. Bagaimana denganmu?" "Rasanya seperti otak mau meledak," keluh Renna sambil memegang kepalanya secara dramatis. "Terlalu banyak yang harus diingat." "Kalian berdua terlalu tegang," Fanny muncul dari belakang, menepuk bahu kedua temannya. "Ini cuma ujian, bukan akhir dunia." "Kata seseo

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 116 - Dua Bulan

    Mereka menghabiskan sisa waktu mereka berbicara tentang hal-hal yang lebih ringan—bagaimana ujian simulasi berjalan, buku baru yang Ian baca, film yang ingin ditonton Viera. Mencoba untuk tidak tenggelam dalam kekhawatiran tentang masa depan, mencoba untuk hidup dalam momen ini.Ketika waktu berpisah tiba, Ian tidak menawarkan untuk mengantar Viera pulang seperti biasanya. Mereka berdua tahu bahwa untuk saat ini, mereka harus lebih berhati-hati."Jaga dirimu," kata Ian saat mereka berdiri di depan kafe. "Fokus pada ujianmu. Setelah itu...""Setelah itu, kita akan mencari jalan," Viera melanjutkan kalimat Ian.Ian tersenyum, matanya memancarkan kelembutan dan janji. "Ya. Kita akan mencari jalan."Mereka berpisah tanpa sentuhan, tanpa bisikan, hanya dengan tatapan yang menyimpan ribuan kata tak terucap. Viera berjalan pulang sendiri, hatinya berat tapi tekadnya kuat.Dia tahu bahwa jalan yang mereka pilih tidak akan mudah. Sudah sejak awal dia menyadarinya. Tapi dia juga tahu bahwa bebe

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 115 - Harus Bersabar

    Balasan Ian datang beberapa detik kemudian. "Tidak ada masalah. Hanya ingin berbicara. Kafe biasa, jam 4?" "Oke. Sampai bertemu nanti." Viera memasukkan ponselnya ke saku, perasaan was-was aneh menyelimuti hatinya. Meskipun Ian bilang tidak ada masalah, ada sesuatu dalam perkataannya yang terasa... berbeda. Atau mungkin itu hanya kekhawatirannya saja? *** Kafe Masa Lalu terlihat lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena hari Jumat, atau mungkin karena banyak siswa yang merayakan berakhirnya ujian simulasi. Viera duduk di sudut yang sedikit terpisah, tempat favorit mereka, segelas matcha latte di hadapannya. Ian terlambat sepuluh menit, hal yang sangat tidak biasa untuk seseorang yang selalu tepat waktu seperti dirinya. Ketika akhirnya dia muncul, wajahnya terlihat sedikit pucat dan ada lingkaran hitam tipis di bawah matanya. "Maaf membuatmu menunggu," katanya, duduk di hadapan Viera. "Rapat guru berlangsung lebih lama dari yang kukira." "Tidak apa-apa," Viera tersenyum ke

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 114 - Simulasi Ujian (2)

    Hari-hari berlalu dengan cepat dalam rutinitas ujian simulasi yang melelahkan. Setiap pagi, Viera bangun dengan kecemasan yang sama—apakah dia cukup belajar, apakah dia siap, apakah dia akan mengecewakan dirinya sendiri, orang tuanya, atau Ian. Setiap malam, dia tertidur dengan kelelahan yang sama—otaknya penuh dengan rumus, teori, dan fakta-fakta yang harus diingat.Tapi hari ini berbeda. Hari ini adalah hari terakhir ujian simulasi, dan atmosfer di sekolah terasa lebih ringan. Meski masih ada ketegangan, ada juga harapan—ujian simulasi akan berakhir, dan mereka akan punya waktu singkat untuk bernapas sebelum ujian sesungguhnya dimulai."Loe kelihatan lebih segar," komentar Renna saat mereka berjalan bersama di koridor sekolah menuju kelas terakhir—Bahasa Inggris.Viera tersenyum kecil. "Gue rasa karena ini hari terakhir. Dan Bahasa Inggris selalu menjadi pelajaran favorit gue.""Bukan karena semalam loe dapat telepon dari Pak guru matematika?" goda Fanny yang berjalan di sisi lain V

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 113 - Simulasi Ujian (1)

    "Tapi kamu menyukai guru matematika itu," balas Ian, dan Viera bisa membayangkan senyuman kecil di wajahnya saat mengetik pesan itu."Ya," Viera mengetik, tersenyum pada dirinya sendiri. "Sangat.""Tidurlah, Viera. Besok akan jadi hari yang panjang.""Oke. Selamat malam.""Selamat malam. Mimpi indah."Viera meletakkan ponselnya, mematikan lampu tidur, dan menarik selimut hingga menutupi dagunya. Di luar, angin malam berbisik di antara dedaunan, menciptakan melodi tidur yang lembut dan menenangkan.Besok adalah ujian simulasi. Lalu ujian sebenarnya. Lalu kelulusan. Lalu...Dalam kegelapan kamarnya, di bawah bintang-bintang plastik yang memudar, Viera memejamkan mata. Untuk saat ini, dia akan mengikuti saran Ian. Tidak berpikir terlalu jauh.Besok adalah besok. Hari ini, setidaknya, dunianya sedikit lebih utuh dari kemarin.***Kelas terasa hening meski dipenuhi oleh puluhan siswa. Hanya suara goresan pensil di atas kertas dan sesekali desahan frustrasi yang terdengar. Ujian simulasi ma

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 112 - Harapan-harapan

    Viera mengangguk, mengeratkan genggamannya pada tangan Ian. "Langkah demi langkah."Mereka berdiam dalam keheningan yang nyaman untuk beberapa saat, menikmati kedekatan yang jarang bisa mereka rasakan di tempat umum."Kamu harus masuk," akhirnya Ian berkata. "Sudah malam."Viera menghela napas, tidak ingin momen itu berakhir, tapi tahu bahwa Ian benar. "Ya, aku tahu."Sebelum keluar dari mobil, Viera berbalik dan menatap Ian. "Terima kasih untuk hari ini. Untuk... membuat duniaku sedikit lebih utuh."Ian tersenyum, matanya berkilau di bawah cahaya temaram. "Terima kasih kembali. Untuk membiarkanku masuk ke dalamnya."Dengan satu anggukan terakhir, Viera keluar dari mobil dan berjalan pulang. Langkahnya terasa ringan, seolah beban yang selama ini dia pikul sedikit terangkat. Di belakangnya, mobil Ian menunggu sampai dia berbelok menuju rumahnya sebelum perlahan melaju pergi, membawa serta bayangan-bayangan yang kini terasa lebih jelas, lebih nyata, dalam kehidupan Viera.Sesampainya di

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 111 - Langkah Demi Langkah

    Dengan itu, suasana canggung mulai mencair. Ian ternyata tidak hanya ahli matematika, tapi juga memiliki pemahaman yang baik tentang ekonomi. Dia menjelaskan konsep-konsep sulit dengan cara yang mudah dipahami, menggunakan contoh-contoh dari kehidupan nyata. "Jadi, rumusnya bisa dikerjakan seperti ini seperti ini," Ian menulis rumus sederhana di kertas. Viera memperhatikan dengan kagum bagaimana teman-temannya perlahan-lahan mulai nyaman dibimbing oleh Ian. Fanny bahkan sudah berani bercanda, sementara Renna menunjukkan ketertarikannya dengan rumus yang mudah dihafal. Sesi belajar itu berlangsung sampai malam. Ketika akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, Viera merasakan campuran emosi yang aneh—bangga melihat Ian berinteraksi baik dengan teman-temannya, tapi juga sedikit cemas. Seolah dua dunianya yang terpisah kini mulai bertabrakan. "Terima kasih untuk bantuannya, Pak Ian," Fanny berkata saat mereka berpisah di depan kafe. "Kamu—maksudku Anda—guru yang hebat." Ian tersenyum

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 110 - Menuju Ujian

    Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa terasa, ujian akhir hampir tiba. Viera dan teman-temannya tenggelam dalam buku-buku pelajaran dan kertas-kertas latihan. Kafe-kafe di sekitar sekolah penuh dengan siswa kelas dua belas yang belajar kelompok, menyesap kopi berlebihan, dan saling bertukar rumus dan catatan."Aku tidak bisa mengingat semua rumus ini," keluh Fanny, menutup buku fisikanya dengan frustasi. "Terlalu banyak.""Buat diagram dulu," saran Renna, yang dengan tenang membuat kartu-kartu kecil berisi poin-poin penting. "Lebih mudah mengingat secara visual."Viera mengangguk, tapi matanya terasa berat. Dia sudah belajar sejak pagi, dan hari sudah menjelang sore. Cangkir kopi ketiganya nyaris kosong."Kalian tahu," Viera berkata sambil meregangkan tubuhnya, "Ian sebenarnya punya metode bagus untuk mengingat rumus-rumus."Ada keheningan canggung sejenak sebelum Fanny tertawa kecil. "Viera, loe gak mau tanya gitu metode tunanganmu buat mengingat rumus?"Viera memutar matanya, tapi tidak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status