Semua Bab Menjadi Istri Dadakan Guru Killer: Bab 41 - Bab 50

109 Bab

BAB 41 - Peringatan

Minggu ini, seluruh siswa kelas 12 disibukkan dengan try out untuk persiapan ujian kelulusan. Pagi itu, suasana kelas terasa tegang saat try out Kimia berlangsung. Viera duduk di bangkunya dengan tenang, sesekali mengetuk-ngetuk pensil ke meja sambil berpikir. Soal-soal di hadapannya tidak terlalu sulit berkat persiapannya yang matang selama seminggu terakhir.Pak Darto, guru yang terkenal dengan kedisiplinannya yang ketat, berjalan mengawasi dengan langkah berat. Kacamatanya yang tebal menambah kesan serius pada wajahnya yang kaku. Suara sepatunya yang berketuk di lantai membuat beberapa siswa merasa was-was."Ingat, waktu tinggal 30 menit lagi," suara berat Pak Darto memecah keheningan.Viera tetap fokus pada pekerjaannya, tidak menyadari Pak Darto yang kini berhenti di samping mejanya. Guru senior itu mengerutkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

BAB 42 - Kekecewaan

Di dalam mobil, Viera memandang kosong ke luar jendela. Matanya masih terasa panas setelah dimarahi Pak Darto. Getaran ponsel di sakunya membuat ia tersentak - nama Ian muncul di layar."Halo," Viera menjawab dengan suara pelan."Aku dengar kamu mencontek saat try out Kimia," suara Ian terdengar dingin, lebih dingin dari biasanya."Ian, aku tidak—""Kenapa?" potong Ian. "Kenapa kau melakukan hal yang paling aku benci, Viera?""Aku tidak mencontek!" Viera berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar oleh Pak Mamad. "Aku yakin ini perbuatan Reggina. Dia—""Jangan menuduh orang lain, Viera," Ian mendengus. "Contekan itu ada di mejamu. Dan kamu tahu prosedurnya - sebelum
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

BAB 43 - Kebenaran (1)

Pagi itu, Viera dan Mamanya berjalan beriringan memasuki gedung sekolah. Langkah mereka mantap menuju ruang guru, meskipun jantung Viera berdegup kencang.Di sepanjang koridor, beberapa siswa berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya. Viera bisa mendengar samar-samar nama Reggina dan Ian disebut-sebut. Ia menundukkan kepala, mencoba mengabaikan tatapan menghakimi dari teman-temannya. Mama yang menyadari hal itu langsung menggenggam tangannya erat, memberinya kekuatan."Kamu tidak sendirian," bisik Mama sambil tersenyum meyakinkan.Viera membalas genggaman tangan Mamanya. Dalam hati, ia bersyukur memiliki ibu yang selalu mendukungnya. Bahkan di saat-saat terberatnya seperti ini."Selamat pagi, Bu," sapa Pak Darto begitu mereka memasuki ruangannya. "Silakan duduk."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

BAB 44 - Kebenaran (2)

"Dan kalau kita lihat rekaman hari berikutnya..." Mama meminta staf IT memindahkan ke rekaman hari selanjutnya. "Reggina memberikan amplop pada Pak Karyo."Wajah Pak Darto memucat. Tanpa diminta, ia segera menelepon Pak Karyo.Beberapa menit kemudian, Pak Karyo masuk ke ruangan dengan wajah tertunduk, kedua tangannya saling meremas dengan gugup. "Pak Karyo," Pak Darto memulai dengan suara tegas, "bisa jelaskan kenapa Reggina memberikan amplop kepada Bapak?"Pak Karyo terdiam sejenak, keringat mulai membasahi dahinya. "Sa-saya..." suaranya bergetar."Pak Karyo," Mama Viera berkata lembut, ada empati dalam suaranya, "tolong ceritakan yang sebenarnya. Ini menyangkut masa depan anak-anak."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

BAB 45 - Penjelasan

Setelah kepulangan Mama, Viera kembali ke kelasnya dengan perasaan lebih ringan. Renna dan Fanny yang sudah menunggunya langsung menghampiri. Dengan suara pelan, Viera menceritakan semua yang terjadi di ruang kepala sekolah, termasuk pengakuan Pak Karyo tentang keterlibatan Reggina."Tuh kan, gue bilang juga apa," Renna memeluk Viera erat. "Loe nggak mungkin ngelakuin hal kayak itu."Fanny ikut memeluk dari sisi lain. "Kita selalu percaya sama loe, Ra. Tapi ngomong-ngomong, Reggina nggak masuk hari ini.""Mungkin dia udah tau kalo bakal ketahuan," Felix tiba-tiba muncul dan bergabung dalam pembicaraan. "Aku juga nggak pernah percaya kalo kamu nyontek, Ra. Nggak masuk akal aja."Meski kebenaran sudah terungkap, Viera masih bisa mendengar bisik-bisik di sekitarnya. Beberap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

BAB 46 - Awal Baik

"Jadi..." Ian memecah keheningan setelah tawa mereka mereda. "Kamu masih marah sama aku?"Viera menghela napas panjang, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan setelah bangun tidur. "Menurut Tuan Ian bagaimana?""Aku tau aku salah," Ian bergeser sedikit lebih dekat. "Aku harusnya percaya sama kamu. Harusnya aku nggak langsung marah-marah waktu itu.""Kamu tau nggak sih rasanya dituduh nyontek?" Viera menatap Ian dengan mata berkaca-kaca. "Apalagi sama orang terdekat. Aku kira kamu yang paling tau aku kayak gimana."Ian mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Viera dengan lembut. "Iya, aku tau. Makanya aku minta maaf. Aku... aku cuma takut dengan masa depanmu.""Maksudnya?""
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

BAB 47 - Permintaan Maaf

Sepulang sekolah, seperti biasa, Viera menghadiri les berenang. Saat istirahat, ponselnya bergetar pelan. Sebuah pesan dari Ian:"Jangan lupa ya nanti. Aku udah booking tempat di restoran pasta yang baru buka itu."Viera tersenyum kecil membaca pesan itu, tapi memutuskan untuk tidak membalasnya dulu. Dia ingin fokus dengan berenangnya.Tepat pukul lima sore, les berenang selesai. Viera segera mandi dan ganti baju dengan cepat, bersiap untuk bertemu Ian. Namun, saat keluar dari gedung tempat les, langkahnya terhenti. Di depan gerbang, dia melihat sosok yang tidak asing – Reggina.Reggina tampak berbeda dari biasanya. Tidak ada lagi tampang angkuh yang selama ini selalu ditunjukkannya. Gadis itu mengenakan hoodie abu-abu yang menutupi sebagian wajahnya, dan matanya tampak sembab seperti habis menangis."Ra..." Reggina memanggil pelan saat Viera hendak berjalan melewatinya.Viera menghentikan langkahnya, tapi tidak berbalik. "Ada apa?""Gue... gue mau minta maaf," suara Reggina bergetar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

BAB 48 - Dendam (1)

Malam itu, Viera nyaris tidak bisa tidur. Pesan misterius itu terus menghantuinya. Setelah berjam-jam berguling di tempat tidur, dia akhirnya tertidur menjelang pagi, hanya untuk terbangun oleh dering alarm yang terasa terlalu cepat berbunyi."Viera, sarapan dulu!" suara Mama terdengar dari lantai bawah."Iya, Ma..." Viera menjawab dengan suara serak.Di meja makan, Mama langsung menyadari ada yang tidak beres dengan putrinya. "Kamu sakit? Kok mukanya pucat?""Nggak, Ma. Cuma kurang tidur aja.""Gara-gara kencan sama Ian sampe malem ya?" goda Mama."Ih, Mama..." Viera mengaduk-aduk bubur di mangkuknya tanpa selera. "Jam delapan juga udah pulang kok."Tiba-tiba ponsel Viera bergetar lagi. Jantungnya berdegup kencang saat melihat nomor tidak dikenal yang sama."Udah siap buat kejutan hari ini?""Sayang? Kenapa?" Mama menatap putrinya yang mendadak pucat. "Ada apa?""Ng... nggak, Ma..." Viera berusaha tersenyum. "Aku berangkat ya."Di sekolah, Viera langsung menghampiri Fanny dan Renna. "
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

BAB 49 - Dendam (2)

"Cindy?" Amanda terkejut melihat adiknya. "Ngapain kamu di sini?"Cindy berjalan mendekat dengan langkah pelan. Penampilannya sangat berbeda dari setahun yang lalu. Gadis yang dulunya selalu tampil modis itu kini terlihat lebih sederhana, dengan rambut dikuncir sederhana dan wajah tanpa riasan."Aku tau Kakak bakal ke sini," Cindy berkata pelan. "Aku... aku udah denger semuanya dari Reggina.""Reggina?" Amanda mengerutkan kening. "Dia cerita ke kamu?""Iya," Cindy mengangguk. "Dia dateng ke rumah kemarin. Cerita semuanya. Gimana Kakak manfaatin dia buat balas dendam ke Viera.""Aku lakuin ini buat kamu!" Amanda berseru. "Dia yang udah bikin kamu...""Nggak, Kak," Cindy memotong. "
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

BAB 50 - Kesalahpahaman

Viera yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara, "Guys, bisa diem nggak sih? Sebentar lagi Pak Ian masuk.""Eh, sori Ra," Renna nyengir. "Tapi serius nih, loe mau gak diajak nonton sama Felix?"Sebelum Felix sempat menyelesaikan kalimatnya, Ian masuk ke kelas dengan wajah yang dingin seperti biasa. Guru matematika yang terkenal killer itu berjalan dengan tegap menuju meja guru. Sepatu pantofelnya berketuk pelan di lantai keramik, menciptakan irama yang membuat jantung para siswa berdegup kencang."Selamat pagi," sapanya dengan nada datar yang khas, membuat seisi kelas langsung hening. Tatapannya menyapu seluruh ruangan, berhenti sejenak di barisan tempat Viera duduk."Pagi, Pak..." jawab murid-murid serempak, dengan nada yang lebih mirip bisikan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status