Share

BAB 48 - Dendam (1)

last update Last Updated: 2025-01-13 16:40:31
Malam itu, Viera nyaris tidak bisa tidur. Pesan misterius itu terus menghantuinya. Setelah berjam-jam berguling di tempat tidur, dia akhirnya tertidur menjelang pagi, hanya untuk terbangun oleh dering alarm yang terasa terlalu cepat berbunyi.

"Viera, sarapan dulu!" suara Mama terdengar dari lantai bawah.

"Iya, Ma..." Viera menjawab dengan suara serak.

Di meja makan, Mama langsung menyadari ada yang tidak beres dengan putrinya. "Kamu sakit? Kok mukanya pucat?"

"Nggak, Ma. Cuma kurang tidur aja."

"Gara-gara kencan sama Ian sampe malem ya?" goda Mama.

"Ih, Mama..." Viera mengaduk-aduk bubur di mangkuknya tanpa selera. "Jam delapan juga udah pulang kok."

Tiba-tiba ponsel Viera bergetar lagi. Jantungnya berdegup kencang saat melihat nomor tidak dikenal yang sama.

"Udah siap buat kejutan hari ini?"

"Sayang? Kenapa?" Mama menatap putrinya yang mendadak pucat. "Ada apa?"

"Ng... nggak, Ma..." Viera berusaha tersenyum. "Aku berangkat ya."

Di sekolah, Viera langsung menghampiri Fanny dan Renna. "
R.D. Skypigeon

Halo, Pembaca kesayangan sebagai permintaan maaf karena kemarin tidak upload hari ini author upload 2 BAB ya selamat membaca thankyou

| 1
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 49 - Dendam (2)

    "Cindy?" Amanda terkejut melihat adiknya. "Ngapain kamu di sini?"Cindy berjalan mendekat dengan langkah pelan. Penampilannya sangat berbeda dari setahun yang lalu. Gadis yang dulunya selalu tampil modis itu kini terlihat lebih sederhana, dengan rambut dikuncir sederhana dan wajah tanpa riasan."Aku tau Kakak bakal ke sini," Cindy berkata pelan. "Aku... aku udah denger semuanya dari Reggina.""Reggina?" Amanda mengerutkan kening. "Dia cerita ke kamu?""Iya," Cindy mengangguk. "Dia dateng ke rumah kemarin. Cerita semuanya. Gimana Kakak manfaatin dia buat balas dendam ke Viera.""Aku lakuin ini buat kamu!" Amanda berseru. "Dia yang udah bikin kamu...""Nggak, Kak," Cindy memotong. "

    Last Updated : 2025-01-14
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 50 - Kesalahpahaman

    Viera yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara, "Guys, bisa diem nggak sih? Sebentar lagi Pak Ian masuk.""Eh, sori Ra," Renna nyengir. "Tapi serius nih, loe mau gak diajak nonton sama Felix?"Sebelum Felix sempat menyelesaikan kalimatnya, Ian masuk ke kelas dengan wajah yang dingin seperti biasa. Guru matematika yang terkenal killer itu berjalan dengan tegap menuju meja guru. Sepatu pantofelnya berketuk pelan di lantai keramik, menciptakan irama yang membuat jantung para siswa berdegup kencang."Selamat pagi," sapanya dengan nada datar yang khas, membuat seisi kelas langsung hening. Tatapannya menyapu seluruh ruangan, berhenti sejenak di barisan tempat Viera duduk."Pagi, Pak..." jawab murid-murid serempak, dengan nada yang lebih mirip bisikan.

    Last Updated : 2025-01-15
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 51 - Status

    "Emang harus gitu," Fanny menimpali dengan nada mengejek. "Kan murid kesayangan Pak Ian.""Apaan sih," Viera mendorong pelan bahu Fanny. "Gue cuma mau fokus belajar aja kok.""Jangan gitu dong Fan," Felix tersenyum. "Viera kan emang pinter dari dulu.""Eh bener juga," Renna tiba-tiba menjentikkan jari. "Nilai Matematika gue anjlok nih. Ajarin dong Ra.""Gue juga dong!" Fanny langsung menyahut. "Besok kan ada PR yang susah banget itu.""Sorry guys," Viera menggeleng pelan. "Gue beneran ada les besok.""Ya udah, kapan dong?" Renna merengek. "Minggu depan ada ulangan loh.""Hmm..." Viera pura-pura berpikir. "Lusa aja gimana? Sepulang seko

    Last Updated : 2025-01-16
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 52 - Penguntit

    Viera merebahkan diri di tempat tidurnya, masih memikirkan percakapan saat makan malam tadi. Ponselnya bergetar - panggilan dari Ian."Halo," Viera menjawab dengan suara pelan."Udah di kamar?" suara Ian terdengar lembut di seberang sana."Udah. Baru aja selesai makan malam.""Terus? Papa kamu bilang apa?"Viera menghela napas. "Papa ingetin soal status kita. Katanya aku nggak boleh terlalu deket sama cowok lain.""Gara-gara Felix ya?""Iya," Viera memainkan ujung selimutnya. "Papa tau aku dibonceng Felix tadi."Ada jeda sejenak sebelum Ian menjawab. "Aku juga salah sih. Harusnya tadi aku b

    Last Updated : 2025-01-17
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 53 - Diikuti?

    Sore itu sekolah sudah tampak sepi. Viera masih sibuk mengerjakan beberapa soal yang belum selesai di kelasnya. Renna dan Fanny sudah pulang duluan, menyisakan hanya beberapa siswa yang masih bertahan di sekolah.Akhirnya selesai juga, Viera menghela napas lega sambil membereskan buku-bukunya. Pikirannya masih dipenuhi foto-foto yang dia temukan pagi tadi.Dia berjalan ke ruang loker. Koridor yang biasanya ramai kini terasa mencekam dalam kesunyian. Langkah kakinya bergema pelan di lantai keramik.Kenapa sepi banget? Harusnya tadi aku pulang bareng Renna sama Fanny aja...Saat membuka loker, Viera merasakan sensasi aneh - seperti ada yang mengawasinya. Dia menoleh ke kanan-kir

    Last Updated : 2025-01-18
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 54 - Siapakah?

    Viera menutup pintu kamarnya dan langsung menjatuhkan diri di kasur. Tangannya masih menggenggam foto-foto yang dia temukan pagi tadi. Matanya menelusuri setiap detail, mencoba mencari petunjuk tentang siapa yang mengambilnya. Beberapa foto tampak diambil dari sudut yang tersembunyi - dari balik pohon, dari dalam mobil, bahkan dari jendela kelas sebelah."Felix... apa mungkin dia pelakunya?" Viera masih tidak percaya jika mungkin saja Felix pelakunya. Hatinya menolak untuk menerima kemungkinan itu.Ingatan tentang kebaikan Felix selama ini bermunculan di benaknya. Bagaimana Felix selalu membantunya mengerjakan PR matematika dengan sabar, membelikannya makanan dan minuman saat dia sakit tanpa diminta, bahkan rela meluangkan waktunya berjam-jam untuk mengajari matematika sebelum ujian."Nggak mungkin..." Viera menggel

    Last Updated : 2025-01-19
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 55 - Bayangan Hitam

    Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Viera masih terjaga, duduk memeluk lutut di sudut kasurnya. Setiap suara - sekecil apapun - membuatnya terlonjak. Daun yang bergesekan di luar, kendaraan yang lewat, bahkan suara AC yang mendengung terasa mencurigakan.Ponselnya dia letakkan terbalik di meja. Dia tidak sanggup melihat notifikasi email yang mungkin masuk lagi. Tapi setiap beberapa menit, tangannya gatal ingin mengecek - memastikan apakah si penguntit mengirim pesan baru."Tenang, Viera..." dia berbisik pada diri sendiri. "Kamu aman di sini. Pintunya udah dikunci. Jendelanya juga. Pintu gerbang pasti juga udah ditutup sama Pak Abdul dan Pak Mamad."Tiba-tiba terdengar suara berderit dari arah jendela. Viera menahan napas. Matanya menatap horor ke arah tirai yang bergoyang pelan.

    Last Updated : 2025-01-20
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 56 - Obsesi

    "Sekolah udah Papa hubungin," Papa mematikan teleponnya sambil menghela napas berat. Wajahnya menunjukkan campuran antara kemarahan dan kekhawatiran. "Kepala sekolah minta kita dateng sekarang buat bahas ini."Viera hanya bisa mengangguk lemah dalam pelukan Mama. Tubuhnya masih gemetar membayangkan kejadian semalam - bayangan di jendela, email-email mengerikan itu. Sepanjang perjalanan ke sekolah, dia terus menempel pada Mama di kursi belakang, mencari rasa aman yang sudah terenggut darinya.Papa mengemudi dalam diam, tapi dari cara dia mencengkeram setir dan sesekali melirik ke kaca spion, jelas terlihat kecemasannya. Setiap kali ada motor atau mobil yang terlalu lama mengikuti mereka, Papa akan mengambil jalan memutar atau mempercepat laju mobilnya.Setibanya di sekolah, mereka langsung diantar security ke ruang k

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 81 - Kasih Sayang Sahabat (1)

    Fanny menatap Viera lama, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja dia terima. Dia bisa melihat ketulusan di mata sahabatnya, tapi logikanya masih memberontak."Kalo gitu... sikap aneh loe belakangan ini..." Fanny menggantung kalimatnya."Iya," Viera mengangguk pelan. "Gue... gue berusaha bersikap normal di sekolah. Tapi kadang susah, Fan. Apalagi waktu di kelas...""Dan pembatas buku yang loe simpen itu?" Fanny teringat sesuatu yang sempat dia perhatikan. "Yang selalu loe pegang-pegang..."Viera mengeluarkan pembatas buku dari tasnya dengan tangan gemetar. "Ini... hadiah pertama dari Ian setelah kami tunangan."Fanny mengambil pembatas buku itu, mengamati bunga yang diawetkan di dalamnya dengan teliti. Ada tanggal yan

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 80 - Penjelasan

    Di kedai es krim, Viera menyendok es krim vanilanya perlahan, sesekali mencuri pandang ke arah Ian yang duduk di hadapannya."Ada yang mengganggumu?" tanya Ian, menangkap kegelisahan di mata Viera."Tadi..." Viera meletakkan sendoknya, "saat di kantin, Fanny sepertinya sudah mulai curiga. Dia... dia selalu bisa membaca situasi dengan baik."Ian mengangguk pelan. "Dia memang sangat perhatian padamu.""Aku merasa bersalah," Viera berbisik, matanya mulai berkaca-kaca. "Mereka selalu ada untukku. Bahkan saat aku kehilangan ingatan, mereka yang menceritakan ulang setiap detail hidupku. Tapi sekarang... aku malah menyembunyikan sesuatu sebesar ini dari mereka.""Hey," Ian mengulurkan tangannya, nyaris menyentuh tangan Viera sebelum teringat mereka masih di tempat umum. "Kamu tidak perlu merasa bersalah. Ini... ini bukan sesuatu yang mudah untuk dibagi.""Tapi sampai kapan?" Viera menatap es krimnya yang mulai mencair. "Sampai kapan kita harus bersembunyi seperti ini?"Ian terdiam sejenak, m

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 79 - Ketahuan

    Langit sudah mulai memerah saat Viera mengendap-endap ke parkiran belakang sekolah. Koridor-koridor sudah sepi, hanya tersisa beberapa siswa yang masih mengikuti kegiatan klub. Ian sudah menunggu di mobilnya, seperti yang mereka sepakati sebelumnya. "Maaf lama," Viera berbisik saat masuk ke mobil. "Tadi harus mastiin dulu Renna udah pulang." Ian tersenyum, menyalakan mesin mobil. "Tidak apa-apa. Kamu yakin tidak ada yang lihat?" Viera mengangguk, meski ada keraguan samar yang menggelayut di dadanya. Dia tidak menyadari sosok Fanny yang berdiri di balik pilar, mengamati dengan mata melebar saat mobil Ian mulai bergerak meninggalkan area parkir. Sementara itu di dalam mobil Fanny. "Pak Man, Bisa ikuti mobil itu? Yang Innovasi Hitam itu." Sopir paruh baya itu mengernyit heran. "Nona Fanny yakin? Bukannya itu mobil guru matematika..." "Please," Fanny memotong dengan nada mendesak. "Ini penting." Di mobil Ian, Viera mulai merasa rileks. Dia menyandarkan kepalanya ke jok, merasakan ke

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 78 - Peka

    Bel istirahat berbunyi seperti penyelamat bagi Viera. Dia menghembuskan napas yang tanpa sadar ditahannya selama dua jam pelajaran matematika itu. "Oke, sampai di sini dulu," Ian mengumumkan, membereskan bukunya. "Jangan lupa kerjakan latihan halaman 45." Saat Ian melangkah keluar kelas, Viera bisa merasakan tatapannya yang sekilas tertuju padanya. Tatapan yang membuat jantungnya melompat, meski hanya sepersekian detik. "Ra," Fanny mendadak sudah berdiri di samping mejanya, "ke kantin, yuk?" Ada sesuatu dalam nada suara Fanny yang membuat Viera gelisah. "Ah... gue..." dia melirik tasnya, mencari-cari alasan. "Ayolah!" Renna menarik tangannya dengan antusias. "Gue laper banget nih setelah dipaksa mikir limit tadi." Viera tidak punya pilihan selain mengikuti kedua sahabatnya. Mereka berjalan menyusuri koridor yang ramai, dengan Renna yang terus mengoceh tentang betapa sulitnya pelajaran hari ini. "Tapi aneh ya," Renna tiba-tiba menoleh pada Viera, "tumben banget loeu nggak

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 77 - Tatapan

    "Viera!" Suara familiar Renna membuatnya tersentak dari lamunannya. Sahabatnya itu berlari kecil menghampirinya, dengan Fanny yang mengikuti dengan langkah lebih tenang di belakang. "Tumben agak siang?" Renna mengaitkan lengannya dengan lengan Viera, gestur yang sudah menjadi kebiasaan mereka. "Biasanya loe sudah nunggu di depan gerbang." Viera merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. Memori tentang sore kemarin masih begitu segar di benaknya. "Ah... iya, tadi bangun agak telat." Fanny, dengan kepekaannya yang biasa, menatap Viera dengan seksama. "Loe... kelihatan berbeda hari ini." "Berbeda?" Viera mencoba tertawa, meski suaranya terdengar sedikit bergetar. "Berbeda gimana?" "Entahlah," Fanny mengangkat bahu, tapi matanya masih menatap penuh selidik. "Kayak... ada sesuatu yang berbeda." Renna mengangguk antusias. "Iya! Gue juga ngerasa gitu. Loe... kayak lagi happy banget?" Viera menggigit bibirnya, merasakan rona hangat mulai merambat di pipinya. Tepat saat itu, sosok Ian

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 76 - Rahasia Kecil

    Viera mengeratkan genggamannya pada pembatas buku di tangannya, mendadak teringat pada dua sosok yang selama ini selalu ada di sampingnya. Renna dan Fanny - sahabatnya sejak SMA yang selalu mendukungnya tanpa syarat, bahkan saat dia kehilangan ingatannya."Ian..." Viera mendongak, menatap pria yang kini menjadi guru matematikanya itu. "Bagaimana dengan Renna dan Fanny?"Ada jeda sejenak sebelum Ian menjawab, seolah dia juga baru tersadar akan kompleksitas situasi mereka. Memang, hubungan guru dan murid ini bukanlah sesuatu yang sederhana untuk dijelaskan, bahkan pada sahabat terdekat sekalipun."Mereka... pasti akan mengerti," Ian akhirnya berkata, meski ada keraguan tipis dalam suaranya. "Mereka sahabatmu yang paling dekat, kan?"Viera menggigit bibirnya, mengingat baga

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 75 - Bunga

    Viera menatap pembatas buku di tangannya, jemarinya menelusuri permukaan bunga yang telah diawetkan itu dengan hati-hati. Ada sesuatu yang menggelitik dalam dadanya - perasaan hangat yang familiar sekaligus asing, seperti menemukan potongan puzzle yang telah lama hilang."Masih ingat waktu kita pertama kali menemukan bunga-bunga ini?" tanya Ian, suaranya lembut seperti angin sore yang membelai dedaunan di atas mereka.Viera mengangguk pelan, matanya masih terpaku pada pembatas buku itu. Memori-memori yang sempat terkubur perlahan mengapung ke permukaan - musim panas yang panjang, tawa yang riang, dan janji-janji kecil yang terucap di bawah pohon mangga ini."Waktu itu kamu bilang bunganya seperti bintang yang jatuh ke bumi," Viera tersenyum kecil, mengingat kata-kata polos mereka di masa kecil. "Dan aku percaya begi

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 74 - Menyatakan

    Viera terdiam, matanya berkaca-kaca menatap tulisan di halaman terakhir buku itu. Tangannya sedikit bergetar saat menyentuh kertas yang menguning, merasakan tekstur dari janji masa kecil mereka."Kamu..." suara Viera tercekat, "kamu benar-benar menyebalkan, Ian."Ian mengerjap bingung, "Eh?""Menciumku di bawah meja guru, membuatku cemburu pada adikmu sendiri, dan sekarang..." Viera mengangkat wajahnya, ada air mata yang mulai jatuh di pipinya, "sekarang kamu mengungkapkan perasaanmu dengan cara yang begitu... begitu sempurna."Ian tersenyum lembut, tangannya bergerak mengusap air mata di pipi Viera. "Maaf membuatmu menunggu lama.""Bodoh," Viera memukul dada Ian pelan. "Kamu yang menunggu lebih lama. Bahkan saat aku lupa, ka

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 73 - Payah

    "IAAANN!" Viera berteriak tertahan, tapi yang tersisa hanya gema langkah kaki Ian yang semakin menjauh dan aroma mint samar yang masih tertinggal di udara. Dia menyentuh bibirnya lagi, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi."Dasar menyebalkan," gumamnya, tapi ada senyum kecil yang tak bisa dia tahan. Dia bersandar pada meja guru, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih tidak beraturan.Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang terjatuh dari buku Ian - selembar kertas yang terlipat rapi. Tangannya bergerak mengambil kertas itu. Seharusnya dia tidak membukanya, tapi ada sesuatu yang mendorongnya untuk melakukan hal itu.Di dalamnya, ada tulisan tangan yang rapi: "Untuk adikku tersayang, Terima kasih sudah membantu kakak selama ini. Kamu benar - aku harus lebih berani mengungkapkan perasaanku pad

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status