Pagi itu, Viera berdiri di depan cermin, memutar-mutar dua cincin di jarinya. Yang satu adalah cincin pertunangan dari Ian - berkilau dengan berlian yang elegan. Yang lainnya adalah cincin biasa yang ia beli kemarin, sengaja dipilih untuk mengecoh teman-temannya."Sempurna," gumamnya, memastikan kedua cincin itu tampak natural di jarinya.Di sekolah, suasana masih sama seperti biasa. Ian tetap menjadi guru matematika yang ditakuti, dengan tatapan dingin dan sikap tegas yang membuat siswa-siswa bergidik. Tidak ada yang berubah, seolah malam pertunangan itu hanya mimpi belaka."Eh, Ra," Fanny menyenggol bahunya saat mereka duduk di kantin. "Tumben loe pakai cincin? Dua lagi."Viera mengangkat tangannya dengan santai, berusaha menjaga detak jantungnya tetap normal. "Oh, ini
Last Updated : 2024-12-30 Read more