Home / Horor / Pesugihan Genderuwo / Kabanata 221 - Kabanata 230

Lahat ng Kabanata ng Pesugihan Genderuwo: Kabanata 221 - Kabanata 230

256 Kabanata

221. Jagat dan Kala

"Ngapain kamu ke sini, Mas?"Langkah Bagas terhenti ketika Ratih melihatnya berada di rumah kontrakannya. Tanpa berkata apa pun, Bagas hanya menatap dua anak kembarnya."Apa kamu sudah menemukan nama untuk anak kembar kita?" tanya Bagas.Ratih mengerutkan dahi. "Anak kita? Jelas-jelas mereka bukan seperti manusia, Mas!""Ratih, sudahlah, cukup! Mau ini anakku atau bukan, aku tetap akan menganggap mereka anakku! Karena aku tahu ini adalah kesalahanku!" jawab Bagas dengan tegas.Ratih terdiam. Hatinya belum bisa menerima keberadaan anak kembar mereka, terlebih lagi anak laki-laki itu."Terserah. Mau kasih nama apa, aku nggak peduli!" sahut Ratih sambil mengalihkan pandangannya.Bagas hanya bisa diam. Dia tahu benar perasaan istrinya yang masih belum bisa menerima anak-anak mereka."Jagat Mayar, untuk anak laki-laki. Sedangkan anak perempuan, aku beri nama Kala Sundari," ucap Bagas sambil tersenyum memandang kedua anaknya.Ratih masih memalingkan wajahnya. Namun, dalam hatinya perlahan m
last updateHuling Na-update : 2025-02-22
Magbasa pa

222. Anak Kembar masih terlihat Aneh

"Kamu itu bukan anakku!" Suara Ratih melengking, dipenuhi amarah dan ketakutan. Napasnya memburu saat menatap kedua anaknya yang berdiri di samping ranjang dengan tatapan kosong. Tubuh mereka kecil, tetapi ada sesuatu yang mengerikan di mata mereka—sesuatu yang membuat Ratih semakin muak. Siapa yang ingin memiliki anak dengan wujud seperti setan? Anak-anak yang selama ini menghantui hidupnya? "Kalian lihat apa?! Jangan harap aku akan menyusui kalian lagi!" Ratih meluapkan kekesalannya, suaranya bergetar di antara kemarahan dan kepanikan. Namun, kemarahan itu tak berhenti hanya dengan kata-kata. Ratih mulai kehilangan kendali. Dalam kepanikan yang membutakannya, tangannya terangkat—dan tanpa ragu, dia mencengkram Jagat dan Kala dengan kasar. PLAK! Tangan Ratih menampar tubuh kecil mereka. Jagat dan Kala menangis keras, suara mereka melengking memenuhi kamar. Bagas yang tengah berbaring di ruang tamu sontak terbangun. Jantungnya berdebar ketika mendengar suara tangisan anak-anakn
last updateHuling Na-update : 2025-02-23
Magbasa pa

223. Terhipnotis

"Dia bukan anakku!" Suara Ratih menggema di dalam rumah kontrakan yang pengap. Matanya penuh ketakutan dan kebencian, menatap kedua bayi yang meringkuk di sudut ruangan. Sementara itu, Bagas tak lagi memedulikan amarah istrinya. Pandangannya kini tertuju pada anak-anak mereka—Jagat dan Kala. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Bagas memperhatikan ekspresi mereka dengan saksama. Sorot mata yang terlalu tajam untuk bayi yang baru lahir, gerakan mereka yang terasa bukan seperti bayi biasa. "Bagaimana bisa bayi yang baru lahir terlihat begitu… menyeramkan?" batinnya gemetar. Bagas mengingat kembali bercak merah kebiruan di tubuh Ratih setelah menyusui mereka. Bukan sekadar tanda hisapan biasa—melainkan luka. Luka yang terlihat seperti bekas gigitan atau hisapan yang terlalu kuat. Ia menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya. Namun, matanya tiba-tiba menangkap sesuatu di lengan mungil Jagat. Sejumput rambut panjang—rambut Ratih—tergenggam erat di tangannya yang kecil.
last updateHuling Na-update : 2025-02-24
Magbasa pa

224. Merangkak

"Bu Ajeng, sadarlah!" Bagas berusaha membangunkan Bu Ajeng dari kondisi tidak sadarnya. Setelah memastikan Bu Ajeng dalam posisi aman, dia segera melepaskan ikatan pada Ratih."Tih, tolong jaga Bu Ajeng. Aku harus segera ke Desa Karangjati untuk memanggil Kyai Ahmad!" ujar Bagas dengan nada panik."Baik, Mas!" Ratih mengangguk, meskipun wajahnya masih diliputi kecemasan.Sebelum melangkah keluar, Bagas menoleh kembali. "Tih, apa pun yang terjadi, jangan melihat mata anak-anak kita. Paham?""I—iya, Mas!" Ratih menjawab dengan suara bergetar.Setelah Bagas pergi, Ratih mencoba menyadarkan Bu Ajeng dengan memanggil namanya berulang kali. Namun, Bu Ajeng tetap diam, tatapannya kosong. Ratih merasa panik; Bu Ajeng adalah tetangga yang baik hati, seorang janda tanpa anak yang tinggal sendirian."Bu Ajeng, sadarlah!" Ratih mengguncang pelan bahu Bu Ajeng, berharap ada respons.Di tengah kepanikannya, Ratih mendengar suara aneh—seperti ketukan pelan di dinding, yang kemudian berubah menjadi s
last updateHuling Na-update : 2025-02-25
Magbasa pa

225. Korban Pertama Jagat

Duk! Duk!"Ratih, bukalah pintunya!"Teriakan Bagas terus menggema, memburu ketakutan yang menyelimuti hatinya. Dia kembali menggedor pintu dengan lebih keras, tetapi tetap tidak ada jawaban.Dengan napas terengah, Bagas mengintip melalui celah jendela yang bolong."Astaga, Kyai!"Pandangannya langsung tertuju pada sesuatu yang membuat darahnya berdesir. Ratih terduduk di lantai dengan wajah pucat dan mata kosong. Jagat, bayi mereka terbaring di pangkuannya, tetapi ada sesuatu yang terasa… salah."Ada apa, Nak Bagas?" tanya Kyai Ahmad, suaranya penuh kewaspadaan.Tanpa menjawab, Bagas langsung mendorong pintu hingga terbuka dengan kasar. Seketika, hawa dingin menyelimuti tubuhnya. Rumah itu terasa jauh lebih gelap dari biasanya, seperti ada bayangan pekat yang merayap di setiap sudutnya.Di dalam, Ratih masih diam terpaku. Tubuhnya gemetar, bibirnya membiru."Ratih, kamu kenapa?" Bagas buru-buru menghampirinya, mengguncang bahunya dengan lembut.Ratih masih tidak merespons. Matanya be
last updateHuling Na-update : 2025-02-26
Magbasa pa

226. Perubahan baru dalam mimpi

"Meninggal dalam keadaan yang mengerikan … Kasihan Bu Ajeng!" Para warga merasa berduka atas meninggalnya Bu Ajeng. Namun, mereka belum mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi. Ratih berjongkok sambil menaburkan bunga di atas makam. Air matanya deras mengalir, jatuh membasahi pipinya. Dia tak menyangka bahwa anaknya bisa membuat seseorang melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. "Ratih, ayo pulang!" Bagas mengangkat tubuh Ratih dan perlahan membimbingnya pergi. Ketika mereka sampai di depan rumah, Ratih tiba-tiba menoleh ke arah Bagas. "Mas, sebaiknya kamu tidak tinggal di rumah ini!" ujar Ratih tegas. Bagas mengerutkan dahi. "Ada apa? Kenapa?" tanyanya heran. "Bukankah kita sudah berpisah? Sebaiknya kita tidak tinggal serumah!" jawab Ratih tanpa ragu. Bagas mendengus kesal. "Aku tidak pernah mengatakan bahwa kita berpisah, Tih! Aku di sini mau membantu kamu menjaga anak-anak ini! Apa itu salah?" suaranya meninggi. Ratih langsung berjalan cepat masuk ke dalam rumah
last updateHuling Na-update : 2025-02-27
Magbasa pa

227. Bagas berbulu

"Ini sangat aneh, Mas! Semua ini terlalu aneh!"Badan Ratih menggigil. Mimpi buruk yang baru saja dialaminya seolah membawanya kembali ke ketakutan lamanya—ke teror Genderuwo yang dulu pernah menghantuinya.Bagas menghela napas panjang. "Lalu harus bagaimana, Tih? Kita cuma bisa merawat bayi kita, kan?" ucapnya, mencoba menenangkan. Namun, nada suaranya terdengar pasrah, seolah menerima keadaan tanpa ingin melawan.Ratih menatapnya tajam. Emosinya meledak. "Yang benar saja, Mas! Kamu terlalu santai menghadapi ini! Sama seperti dulu! Kamu juga santai membunuh orang-orang yang tidak bersalah!"Bagas tiba-tiba berdiri. Tatapan matanya berubah gelap, penuh kemarahan. Dia menunjuk wajah Ratih dan berkata, "Apa sih maumu sekarang, Tih? Coba lihat ... lihat badanku!"Dengan gerakan cepat, Bagas membuka bajunya. Seketika, Ratih membelalak. Tubuh lelaki itu kini penuh bulu hitam lebat, merayap dari dadanya hingga ke perut dan tangannya."Coba kamu lihat baik-baik! Apa menurutmu aku bersenang-s
last updateHuling Na-update : 2025-02-28
Magbasa pa

228. Nyanyian Malam

"Sampai kapan aku bisa bertahan sebagai manusia?"Lirih kepasrahan Bagas bercampur dengan derasnya hujan yang menghujam tanah. Tubuhnya menggigil, bukan hanya karena udara dingin yang menusuk, tetapi juga karena rasa sesal yang tak termaafkan.Dia tahu perbuatannya telah membawa kutukan. Bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk Ratih dan anak-anak mereka. Bahkan, warga desa pun sudah mencurigainya, beberapa bahkan berniat membakar rumahnya."Hah ... terlalu banyak memikirkan dunia," keluhnya pada diri sendiri.Bagas menghela napas panjang. Semua ini akibat keserakahannya. Dulu, dia hanya ingin hidup lebih baik, ingin mengangkat derajat keluarganya. Tapi, kini dia sadar, yang dia lakukan hanyalah melempar mereka ke dalam jurang penderitaan."Aku nggak akan biarkan anak-anakku merasakan apa yang aku alami!" gumamnya, suaranya penuh tekad.Hujan semakin deras. Bagas yang tidur di luar rumah merasa hawa dingin menusuk hingga ke tulang. Tiba-tiba, pintu rumah terbuka sedikit. Ratih mun
last updateHuling Na-update : 2025-03-01
Magbasa pa

229. Anak-anak Setan

"Ratih, sadarlah!"Bagas dengan sigap menarik Jagat dari pelukan Ratih dan segera meletakkannya kembali ke tempat tidur. Namun, begitu bayi itu lepas dari dekapannya, Ratih tiba-tiba berhenti bersenandung. Matanya yang tadinya kosong perlahan-lahan menatap Bagas.Bagas merasakan hawa dingin menyelimutinya. Ratih bukan sekadar menatap, tapi menelanjangi jiwanya dengan sorot matanya yang kelam."Astaga, Ratih!" teriak Bagas ketika melihat sesuatu merembes keluar dari sudut bibir istrinya.Cairan hitam pekat, kental seperti darah yang membusuk, menetes dari mulut Ratih, jatuh ke lantai dengan suara mencurigakan. Lalu, seakan seluruh isi perutnya mendidih, Ratih muntah dengan deras. Cairan hitam mengalir membanjiri lantai, menyebarkan bau busuk yang menusuk hidung Bagas.Bruk!Tubuh Ratih ambruk ke lantai, tak sadarkan diri."Ratih … cepatlah bangun!" Bagas mengguncang bahunya, berusaha menyadarkannya.Tak lama kemudian, Ratih membuka matanya perlahan. Dia tampak kebingungan, tangannya te
last updateHuling Na-update : 2025-03-02
Magbasa pa

230. Sulit untuk dipercaya

"Tih, aku akan pergi sebentar! Aku harus menyelesaikan rumah kecil yang akan berguna nantinya!" Bagas bergegas pergi, meninggalkan beberapa ubi dan singkong untuk Ratih makan. "Hati-hati!" kata Ratih, sambil melambaikan tangan. Kini, Ratih hanya bersama anak kembar yang aneh. Kala, yang terlihat sedang menunggu, melirik pergerakan Ratih. Seperti biasa, Ratih merasa cemas. Kala bukan bayi biasa. "Ada apa dengan lirikan ini?" gumamnya pelan. Dalam sekejap mata, anak yang baru saja lahir itu mampu menunjukkan sesuatu yang sulit diterima akal sehat. Rasanya tak mungkin ada bayi yang mampu melakukan hal-hal seperti yang ditunjukkan oleh Kala. "Astaga apa itu? Kenapa banyak yang tergeletak dengan bersimbah darah?" Ratih mencoba untuk tidak memikirkan hal-hal aneh yang sering terjadi. Dia tahu, seperti yang sudah sering diceritakan oleh Bagas, bahwa kedua anak kembar mereka, memiliki kemampuan luar biasa. Namun, setiap kali dia menyaksikan hal-hal yang terjadi, hatinya selalu berdeb
last updateHuling Na-update : 2025-03-03
Magbasa pa
PREV
1
...
212223242526
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status