Ratih berdiri di depan pintu dapur, tangan masih basah karena mencuci piring. Tatapannya tajam, menusuk ke arah Bagas yang duduk di kursi kayu kecil di ruang tengah. Suaminya itu sedang sibuk memahat kayu, tapi gerakannya kasar, seperti mencerminkan amarah yang dipendam. Asap rokok mengepul di udara, memenuhi ruangan kecil itu dengan aroma yang menyesakkan."Kita itu harus pakai jalan itu lagi, Tih!" Bagas berkata tanpa menatap Ratih, suaranya tegas tapi sedikit gemetar. Dia tahu kata-kata itu akan memicu ledakan emosi istrinya.Ratih tertegun sejenak, lalu berjalan mendekat dengan cepat. "Maksud, Mas, apa?!" tanyanya, suaranya meninggi, matanya penuh ketidakpercayaan."Aku mau melakukannya lagi," jawab Bagas sambil terus memahat, seolah-olah dia tidak mengatakan sesuatu yang besar.Ratih berdiri mematung di hadapannya, mencoba memahami apa yang baru saja didengarnya. "Melakukan apa, Mas? Jangan bilang... pesugihan itu!" suaranya serak, antara marah dan takut.Bagas berhenti memahat,
Terakhir Diperbarui : 2025-01-07 Baca selengkapnya