Dia berbalik, meninggalkan Bagas yang terpaku di tempatnya, terguncang oleh kenyataan yang dia tahu benar namun enggan dia terima. Bagas mencoba mendekati Ratih, tapi perempuan itu mundur. Air mata menggenang di matanya, bukan karena takut, melainkan karena amarah yang sudah tak bisa dia bendung lagi. Bagas menatap Ratih dengan lembut, meski matanya menyiratkan penyesalan. "Aku nggak mau melihatmu hidup seperti ini, Ratih. Kamu berhak mendapatkan lebih," katanya dengan suara pelan, hampir berbisik. Ratih langsung menyela, suaranya meninggi penuh emosi. "Yang aku inginkan hanya hidup tenang, Mas! Bukan rumah besar, bukan emas di mana-mana!" Dia menarik napas panjang, matanya berkaca-kaca. "Aku cuma mau kita hidup tanpa bayang-bayang kutukan!" Bagas mengalihkan pandangannya, berusaha menghindari tatapan tajam istrinya. "Aku melakukannya demi kita—" gumamnya hampir tidak terdengar. Ratih tertawa kecil, namun terdengar sinis. "Demi kita?" tanyanya dengan nada getir. "Nggak, Mas. Kamu
Last Updated : 2025-01-01 Read more