All Chapters of Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir: Chapter 81 - Chapter 90

148 Chapters

Bab 81. Bukan Main

Naura mencoba menenangkan dirinya, tetapi setiap kali mobil berbelok tajam atau melaju lebih cepat, rasa paniknya kembali memuncak. Kegelapan kain yang menutup matanya membuat semua terasa semakin mencekam. Ia hanya bisa mendengar suara deru mesin mobil dan tawa rendah salah satu pria di dalam mobil. “Kita dapat yang cantik malam ini,” suara itu terdengar di dekat telinganya. Naura menggigil. Ia mencoba bergerak, tetapi tangan dan kakinya terikat terlalu erat. Tubuhnya terasa lemas, seolah semua kekuatannya telah menguap bersama harapan untuk lolos. “Sudah, jangan terlalu banyak bicara. Kalau terlalu rusuh, bos nggak bakal senang,” sahut suara lain yang terdengar lebih tegas. Mereka menyebut ‘bos’. Naura semakin ketakutan. Siapa bos yang mereka maksud? ‘Apa yang akan mereka lakukan padaku?’ Tiba-tiba, mobil berhenti mendadak. Naura terdorong ke depan, meski sabuk pengaman mencegah tubuhnya jatuh sepenuhnya. “Sampai. Bawa dia keluar,” perintah suara itu lagi. Naura mendenga
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 82. Merasa Bersalah

“Pak Reval?” Naura berbisik, hampir tidak percaya. Reval melangkah masuk dengan tenang, mengenakan setelan jas yang masih rapi meski wajahnya tampak dingin dan serius. Ia berhenti di tengah ruangan, matanya menyapu semua orang di sana, sebelum akhirnya berhenti di wajah Naura. “Lepaskan dia,” suara Reval terdengar datar, tapi penuh otoritas. Lelaki berjas hitam itu tertawa kecil. “Dan siapa kamu sampai berani memberi perintah di sini?” Reval tidak menjawab. Sebaliknya, ia mengeluarkan ponsel dari saku, menekan beberapa tombol, lalu memperlihatkan layar ke lelaki itu. Wajah lelaki itu berubah drastis, dari penuh percaya diri menjadi pucat pasi. “Bagaimana … kamu bisa tahu tentang ini?” gumamnya dengan nada terkejut. “Aku punya cara,” jawab Reval sambil melipat tangan. “Sekarang, lepaskan dia, atau aku pastikan semua yang kamu sembunyikan akan berakhir di tangan yang salah.” Lelaki itu terdiam, terlihat sedang mempertimbangkan situasi. Setelah beberapa detik, ia akhirnya membe
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 83. Kembalilah

Selama perjalanan, tidak ada percakapan di antara mereka. Reval fokus pada jalan, sementara Naura sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia tidak bisa mengabaikan kebenaran dari kata-kata Reval, tetapi ia juga tidak bisa mengingkari perasaannya terhadap Dion. Meskipun Dion telah berbuat salah, Naura merasa bahwa ia memiliki tanggung jawab sebagai istri. ‘Bagaimana Pak Reval tahu tentang Mas Dion? Bukankah saat peristiwa di diskotek tadi, Pak Reval tidak ada di sana?’ tanya Naura di dalam hatinya. Suara mesin mobil yang melaju menjadi satu-satunya pengisi keheningan di antara mereka. Jalanan gelap dengan lampu kota yang berkedip-kedip terlihat di jendela. Naura melirik ke luar, mencoba mengenali arah yang mereka tuju, tetapi semakin lama, ia semakin bingung. “Pak Reval,” akhirnya ia memberanikan diri berbicara, “kita tidak menuju hotel, ya?” Reval tidak langsung menjawab. Ia menoleh sekilas ke arahnya, lalu kembali fokus pada kemudi. “Kita akan sampai sebentar lagi.” Jawaban itu memb
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 84. Belum Siap-siap?

Naura tercekat. Kata-kata Reval seperti menyulut bara di dadanya. Ia ingin membela diri, ingin menjelaskan bahwa semalam adalah situasi yang berbeda. Namun, lidahnya kelu. Seolah tidak ada pembenaran yang cukup kuat untuk menghapus penilaian Reval. Keheningan menggantung di antara mereka berdua. Dion, yang baru saja selesai berbicara dengan perawat, berjalan mendekat. Ia menatap Reval dengan ekspresi yang sulit ditebak sebelum beralih ke Naura. “Aku sudah selesai di sini. Aku pulang dulu.” “Mas, kita pulang bersama,” pinta Naura pelan, berharap Dion tidak meninggalkannya begitu saja. Dion menggeleng dan mengangkat tangannya, menghentikan ucapan Naura. “Nggak usah, Naura. Aku sudah pesan mobil sendiri. Kamu pulang aja dengan mereka.” Tanpa menunggu jawaban, Dion berjalan keluar dari pintu rumah sakit, meninggalkan Naura yang masih terpaku di tempatnya. Reval hanya berdiri diam, menyaksikan semuanya dengan wajah tanpa ekspresi, meski ada sesuatu yang samar di matanya. Ketidakp
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 85. Penuh Gairah

Naura pun segera menjelaskan kepada Ervan jika dirinya tidak bisa meninggalkan pekerjaan ini begitu saja. Ia menjelaskan keinginannya untuk tetap tinggal meskipun waktunya mungkin lebih lama dari yang direncanakan. Naura tidak mungkin meninggalkan Reval yang masih membutuhkan bantuan. “Saya tahu proyek ini penting, dan saya merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Saya tidak akan pulang sekarang,” kata Naura dengan nada tegas. “Pak Reval juga masih membutuhkan dukungan untuk menyelesaikan semua ini.” Ervan memperhatikan Naura dengan tatapan penuh hormat. “Tapi, Bu Naura, apakah Anda yakin? Ini bukan keputusan yang mudah.” “Saya yakin,” jawab Naura mantap. “Beri tahu saya apa yang bisa saya bantu untuk mempercepat pekerjaan ini.” Setelah selesai berbicara dengan Ervan, Naura merasa lega. Namun, pikirannya terus melayang ke arah Reval. Lelaki itu sepertinya sengaja menjaga jarak darinya. Ada sesuatu yang mengganjal di hati Naura, dan ia tidak bisa membiarkannya begitu sa
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 86. Memabukkan

Bibir Reval melumat bibir Naura, tak memberi ruang untuk menolak. Lidahnya bermain dengan lidah Naura, saling berbenturan, meliuk, dan menggoda dengan intensitas yang membakar. Naura merasa tubuhnya lemas, jantungnya berdetak begitu kencang hingga rasanya ingin meledak. Ada kekuatan yang begitu mendominasi dalam ciuman ini, seperti ada kekuasaan yang tak bisa ia hindari. Naura tak tahu apakah itu ciuman yang dipaksakan ataukah ia juga tak mampu menahan tarikannya. Apa pun itu, bibir Reval seakan melebihi batas kendali dirinya, dan Naura pun terperangkap di dalamnya. Tanpa sadar Naura memejamkan kedua matanya. Ia membalas pergerakan Reval. Wanita itu mengalungkan kedua tangannya pada leher Reval. Keduanya pun saling mencumbu. Naura tidak bisa berhenti. Kali ini ia tidak mampu menahan dorongan yang mengalir begitu kuat dalam dirinya. Bibir mereka bertemu lebih dalam, lebih mendalam dari sebelumnya, seperti ada sesuatu yang memaksa mereka untuk terus terhubung. Tanga
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 87. Meluap

Udara di ruangan itu terasa semakin panas, meskipun di luar hujan semakin deras. Reval tetap melanjutkan dengan ritme yang lembut namun penuh intensitas, seperti menyalakan api kecil yang perlahan tumbuh menjadi kobaran yang sulit dipadamkan. Naura merasa dirinya seolah kehilangan gravitasi, melayang di antara kenyataan dan dunia yang mereka ciptakan bersama. Desahannya semakin terdengar lirih, seakan menjadi alunan melodi yang menambah kedalaman dari momen tersebut. Tangan Naura terangkat, jari-jarinya perlahan menyentuh rambut Reval. Awalnya ragu, namun semakin lama gerakannya menjadi lebih mantap, jemarinya tenggelam dalam helai-helai rambut pria itu. Ia meremasnya perlahan, seolah ingin memastikan bahwa semua yang sedang terjadi bukan sekadar ilusi. Ada sesuatu dalam sentuhan itu. Bukan hanya sekadar gerakan spontan, tetapi sebuah luapan perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Tangan Naura seakan menjadi medium bagi hatinya, menyampaikan emosi yang selama i
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 88. Kembali Menjerit

Malam semakin larut, membawa keheningan yang menenangkan di kamar Reval. Lampu di sisi tempat tidur redup, hanya menyisakan temaram yang cukup untuk menerangi bayangan wajah mereka. Naura terbaring dengan kepala bersandar di dada Reval, mendengarkan detak jantungnya yang perlahan kembali normal. Suara napas mereka berpadu. Reval merengkuh tubuh Naura lebih erat, seolah tidak ingin kehilangan kehangatan yang ia rasakan. Tangannya dengan lembut membelai rambut Naura, membuat perempuan itu merasa terlindungi. Tidak ada kata-kata yang diucapkan, tetapi kebisuan itu berbicara lebih dari yang mampu mereka ungkapkan dengan suara. Naura mengalihkan pandangannya ke jendela, melihat bulan yang menggantung rendah di langit malam. Hatinya dipenuhi berbagai perasaan yang sulit dijelaskan. “Kamu nyaman?” suara Reval tiba-tiba memecah keheningan. Naura mengangguk, meski ia tahu lelaki itu tidak dapat melihatnya dengan jelas. “Saya ... saya baik-baik saja,” jawabnya pelan, suaranya terden
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 89. Di Balik Sweater

Pintu kamar mandi terbuka perlahan, uap hangat keluar menyertai suara langkah kaki yang lembut. Tubuh Naura bersandar lemah pada dada Reval yang kokoh. Ia digendong dengan lengan kuat lelaki itu, seperti seseorang yang tidak akan pernah dibiarkan jatuh. Napas Naura terasa teratur, meski pipinya masih merah. Entah karena panas uap atau perasaan canggung yang belum juga surut sejak insiden di kamar mandi tadi. “Turunkan saya Pak Reval,” gumam Naura dengan suara pelan, tetapi Reval seolah tidak mendengar. Ia tetap melangkah menuju ranjang tanpa ragu. Reval hanya melirik sekilas ke arah wajahnya, ekspresinya tenang, sulit ditebak. “Tenang saja,” kata Reval singkat, nadanya datar seperti biasa. Namun, ada sesuatu dengan cara ia menatap yang membuat Naura justru memilih diam dan membiarkan lelaki itu melakukan apa yang ia mau. Ia merebahkan tubuh Naura di atas ranjang, gerakannya penuh kehati-hatian. Tangan Naura tanpa sadar mencengkeram selimut, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 90. Pelajaran Berharga

Naura tersentak mundur, tangannya secara refleks memeluk tubuhnya. Wajahnya memerah seketika, panas yang memancar dari pipinya membuatnya ingin segera lari dari ruangan itu. “Pak Reval!” Ia berseru dengan suara pelan, hampir seperti protes, meski tidak tahu bagaimana caranya membalas ucapan lelaki itu tanpa mempermalukan dirinya sendiri. Reval hanya menyeringai tipis, seolah puas dengan reaksi yang ditimbulkan. “Aku hanya memberi tahu. Bukan berarti aku keberatan dengan apa yang kamu kenakan sekarang. Kalau saja kita tidak ada kepentingan. Aku akan mengurungmu seharian di sini tanpa berganti pakaian,” tambah Reval, nada suaranya tetap santai. Ia menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu, mengamati Naura dengan pandangan yang sulit ditebak. Naura merasakan degup jantungnya semakin tidak karuan. Ia mencoba menenangkan diri, tetapi rasa malu dan salah tingkah justru membuat gerakannya semakin kikuk. Ia berjalan cepat ke arah tempat tidur untuk mengambil jaket yang sebelumnya dilemparka
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status