All Chapters of Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir: Chapter 71 - Chapter 80

179 Chapters

Bab 71. Mual

Jantung Naura berdetak lebih cepat. Ia merasa Reval bisa membaca pikirannya. “Tidak ada hubungannya dengan itu,” elaknya. “Saya hanya ingin istirahat di kamar.” Reval tersenyum tipis, tetapi senyum itu terlihat seperti sindiran. “Baiklah, kalau itu alasanmu. Tapi kalau ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan, kamu tahu di mana mencariku.” Reval mengedipkan sebelah matanya seraya berbalik dan berjalan pergi. Naura menutup pintu dengan cepat, lalu bersandar pada dinding. Perasaan lega dan kesal bercampur menjadi satu di dalam dirinya. “Kenapa dia harus bersikap seperti itu?” gumamnya. Ia merasa Reval sengaja menggoda dan memancing emosinya, tetapi ia tidak tahu apa tujuan pria itu. Waktu berlalu, dan Naura mencoba mengalihkan pikirannya dengan mempelajari dokumen yang ia bawa. Tetapi setiap kali ia mencoba berkonsentrasi, pikirannya selalu kembali kepada Reval dan Callista. Ia merasa seperti terjebak dalam pusaran emosi yang tak berujung. Tiba-tiba, suara dering ponselnya m
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 72. Tolong jangan tinggalkan saya

Naura menghela napas panjang. Jalanan yang sempit dan bergelombang membuat tubuhnya mulai terasa pegal. Ia bergeser di kursinya, mencoba mencari posisi yang lebih nyaman. Namun, tak lama kemudian, mobil tiba-tiba mengeluarkan suara aneh, seperti sesuatu yang tergores di bawahnya. “Pak, suara apa itu?” Naura bertanya dengan nada cemas. Reval mengerutkan dahi, seolah mencoba mendengarkan lebih jelas. Ia perlahan memperlambat laju mobil. “Tunggu sebentar.” Mobil perlahan berhenti di pinggir jalan, di tengah area yang dikelilingi oleh hutan kecil. Tidak ada kendaraan lain yang lewat, hanya terdengar suara burung di kejauhan dan desiran angin yang membawa aroma daun basah. Reval melepas sabuk pengamannya, lalu keluar dari mobil, membuka kap mesin, dan memeriksa bagian dalamnya dengan cermat. Asap tipis keluar dari radiator, membuatnya menghela napas panjang. Sementara Naura tetap duduk di dalam, menunggu dengan gelisah. Setelah beberapa menit, Reval kembali masuk ke mobil dengan wa
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 73. Kamu Memang Aneh

Reval mendesah panjang, mengusap wajahnya yang tampak kelelahan. Ia berjalan kembali mendekati Naura, suaranya lebih lembut kali ini. “Naura, aku hanya mencari sinyal. Kalau kita tetap di mobil, siapa tahu bantuan datang lebih cepat.” “Tapi kalau sesuatu terjadi?” Naura menelan ludah, suaranya meredup. Ia memandang Reval dengan sorot mata yang penuh ketakutan, bahkan sedikit memohon. “Bagaimana kalau ada binatang buas? Atau ... hal lain?” Reval terdiam sejenak. Ia mengamati Naura yang berdiri di depannya, tubuhnya sedikit gemetar, namun matanya tetap mencoba memberanikan diri. Ada sesuatu di dalam dirinya yang bergetar, perasaan yang sulit ia jelaskan. Akhirnya, Reval mengulurkan tangan. “Baiklah, ikut aku. Tapi jangan jauh-jauh dariku,” kata Reval pelan, nadanya lebih hangat dari sebelumnya. Naura mengangguk cepat, meraih tangan Reval tanpa ragu. Sentuhan itu mengejutkan Reval, tetapi ia tidak menarik diri. Sebaliknya, ia menggenggam tangan Naura lebih erat, seolah memastikan
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 74. Bapak Bisa?

Reval tersenyum, tatapannya melembut saat ia melihat Naura yang masih gemetar, tetapi berusaha tegar. Ia menghela napas panjang, menepuk pundak Naura sekali lagi, kali ini dengan gerakan yang lebih menenangkan. “Aku bercanda Naura,” kata Reval, suaranya lebih pelan. “Tapi serius, kamu nggak perlu takut lagi. Aku di sini.” Naura menatap Reval. Matanya masih sedikit berkaca-kaca. Hatinya mulai tenang, meskipun ketakutan tadi masih meninggalkan sisa di dadanya. Namun, ada sesuatu dalam nada bicara Reval. Rasa perlindungan yang tak biasa, yang membuatnya merasa lebih aman. “Kenapa kamu nekat banget ikut aku tadi?” tanya Reval, mengangkat alisnya. “Padahal jelas-jelas kamu takut setengah mati.” Naura mendesah, mencoba mengalihkan pandangan. “Saya nggak mau sendirian di mobil. Suasana gelap, dan …” Ia ragu sejenak sebelum melanjutkan, “saya juga nggak mau Bapak kenapa-napa.” Reval terdiam. Jawaban itu membuatnya sedikit terkejut, meskipun ia tidak menunjukkannya. “Kamu khawatir sama
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 75. Panik

Reval tersenyum tipis meskipun rasa sakit masih terasa. “Dulu, waktu aku remaja, aku sering menjelajah hutan. Salah satu pelajaran berharga yang aku dapat adalah bagaimana mengatasi kaki terkilir.” Naura memiringkan kepalanya, jelas penasaran. “Menjelajah hutan? Serius, Pak?” Reval mengangguk, pandangannya berubah sedikit jauh, seperti mengingat masa lalunya. “Iya, aku dulu sering ikut eksplorasi bersama teman-teman. Ada satu kejadian yang sampai sekarang nggak pernah aku lupa.” Ia mulai memijat pergelangan kakinya dengan gerakan hati-hati, sambil melanjutkan ceritanya. “Waktu itu, aku dan beberapa teman masuk ke dalam hutan besar di dekat desa kakekku. Kami terlalu asyik menjelajah sampai akhirnya tersesat. Malam mulai turun, dan kami mulai panik.” Naura mendekat sedikit, tertarik dengan ceritanya. “Terus, apa yang terjadi?” Reval tersenyum samar, matanya sedikit berkaca-kaca mengenang. “Aku terpeleset di tebing kecil dan pergelangan kakiku terkilir. Teman-temanku juga ketakutan
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 76. Nyeri

Cahaya matahari pagi mulai merembes melalui celah-celah dinding gubuk kecil itu. Naura perlahan membuka matanya, merasa ada sesuatu yang hangat dan nyaman di bawah kepalanya. Seketika wajahnya memerah ketika menyadari bahwa ia telah tidur di pangkuan Reval. Jemari lelaki itu masih bertengger lembut di rambutnya, seolah melindungi dari dinginnya malam sebelumnya. Ia melirik wajah Reval yang masih terpejam, napasnya teratur. Wajahnya yang biasanya dingin tampak lebih tenang dalam tidur. Naura mencoba bangkit perlahan agar tidak membangunkannya, tetapi gerakannya terhenti oleh suara keras dari luar. Brak! Pintu gubuk terbuka lebar, disertai suara langkah-langkah tergesa. “Pak Reval, Ibu Naura!” panggil seseorang dengan suara penuh kecemasan. Naura terlonjak, buru-buru menegakkan tubuhnya. Ia salah tingkah saat mendapati pandangan Reval yang baru terbangun, masih sedikit mengantuk, tetapi dengan cepat menyadari situasi. “Ervan!” seru Naura, suaranya bergetar. Lelaki tersebut ber
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 77. Masuk ke dalam

Naura tertegun, matanya membulat tak percaya. Jemarinya menggenggam ponsel gemetar. Ia menatap kosong ke arah lantai, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba melonjak. “Mas Dion,” ia berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil, meski ada getaran yang tak bisa disembunyikan, “Pak Reval sedang sakit Mas, mana mungkin aku menanyakan soal uang itu? Kenapa Mas Dion tidak menanyakan keadaanku?” Hening sesaat di ujung sana, sebelum Dion menjawab, “Aku tanya begitu karena ini penting, Naura. Kalau aku nggak butuh, aku nggak akan repot-repot nanya. Kamu bisa kan coba cari cara?” Naura terdiam, rahangnya mengeras. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan amarah yang mulai naik. Tanpa menjawab, ia menekan tombol merah dan memutus panggilan itu. Telepon berakhir, meninggalkan keheningan yang menggantung. Naura menatap layar ponselnya, hatinya terasa kosong. Tiba-tiba Reval muncul di belakang Naura. Meski ia tidak mendengar isi percakapan, ekspresi Naura sudah cukup membuatnya be
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 78. Salah Paham

Beberapa jam kemudian, dokter menyatakan bahwa Reval sudah cukup stabil untuk meninggalkan rumah sakit. Dengan bantuan Ervan, Reval dibantu berpindah ke kursi roda. Naura berdiri di sisi Reval, menunggu dengan sabar. “Terima kasih atas bantuannya, Dokter,” ucap Reval sambil menyalami dokter dengan tangan yang masih sedikit lemas. Naura memperhatikan setiap gerakan Reval, memastikan ia baik-baik saja. Namun, sesaat sebelum mereka keluar dari ruang perawatan, Callista muncul dengan tergesa-gesa. “Reval sayang, kamu sudah boleh pulang?” tanyanya, wajahnya terlihat lega. Reval mengangguk singkat. “Dokter bilang aku sudah bisa istirahat di luar rumah sakit.” Callista langsung menyambar pegangan kursi roda Reval, seolah memastikan bahwa dirinya yang akan mengurus lelaki itu. “Ayo, aku antar kamu kembali ke hotel. Naura, kamu pasti juga butuh istirahat.” Naura menatap Callista sejenak, tetapi tidak berkata apa-apa. Langkahnya melambat, membiarkan Callista mendorong kursi roda R
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 79. Sekarang Kamu Mengerti?

Reval mengangkat alis, jelas memahami arah pikiran Naura. “Kamu benar-benar memikirkan hal seperti itu?” tanya Reval dengan nada tidak percaya, tetapi ada jejak kesenangan di baliknya. “Saya tidak berpikir apa-apa,” jawab Naura cepat, tetapi matanya tetap menghindari tatapan Reval. Reval mendesah, kemudian menatap Naura lebih dalam. “Naura, aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu, tapi aku tidak melakukan apa pun dengan Callista. Kalau aku mau, aku sudah melakukannya dari dulu. Tapi aku tidak pernah mau.” Naura mendongak, sedikit terpukul dengan kata-kata itu. “Lalu kenapa membiarkan dia di sini?” “Karena dia tidak mau pergi,” jawab Reval jujur. “Tapi aku sudah menyuruhnya untuk tidak datang lagi. Itu cukup, kan?” Naura tidak menjawab. Ada rasa lega di dadanya, tapi juga perasaan aneh yang tidak bisa ia jelaskan. Reval, yang tampaknya bisa membaca sedikit perasaan itu, mendekat lagi, kali ini dengan senyum kecil di wajahnya. “Kamu terlihat lucu saat cemburu, Naura,” ujar Rev
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 80. Sendirian

Naura tidak menjawab. Sejujurnya, kata-kata Reval membuat dadanya bergetar hebat, tetapi ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya. Dalam diam, ia hanya bisa menunduk, berharap waktu bisa bergerak lebih cepat dan situasi ini segera berlalu. Namun, Reval tidak membutuhkan jawaban. Dengan gerakan lembut, ia mengangkat tangannya, menyibakkan anak rambut yang menutupi wajah Naura. Sentuhan itu membuat Naura memejamkan mata, mencoba mengendalikan jantungnya yang berdegup kencang. Jemari Reval mendarat di pipinya, hangat dan menenangkan, tetapi sekaligus membingungkan. “Kamu tidak perlu merasa terganggu dengan Callista,” ujar Reval, suaranya lebih pelan namun penuh ketegasan. “Dia tidak berarti apa-apa bagiku. Yang perlu kamu tahu—” Ucapan Reval terpotong oleh dering ponsel yang mendadak memecah suasana. Naura terkejut, buru-buru mengambil ponselnya dari saku. Nama Dion tertera di layar, membuat wajah Naura berubah tegang. “Saya harus pergi,” pamit Naura tergesa-gesa, mencoba melepas
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more
PREV
1
...
678910
...
18
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status