Semua Bab NGAMAR ATAU BAYAR: Bab 61 - Bab 70

88 Bab

ngamar 35 A

Om Agus memberikan tempat gym itu sebagai hadiah pernikahan kami karena beliau merasa bersalah sudah tidak bertanggung jawab sejak Agustina lahir," ujar Dedi penuh dengan rasa percaya diri membuat Nita terkejut. "Apa? Mas Agus memberikan tempat gym nya padamu? Itu tidak mungkin!" ujar Nita tercengang.Dedi tersenyum penuh kemenangan. "Kenapa menurut tante tidak mungkin? Bukankah sah saja seorang ayah memberikan warisan pada anaknya, yah walaupun anak dari pernikahan siri sih, tapi Om Agus memberikannya sebagai bentuk hadiah dan hibah karena merasa bersalah telah menelantarkan Agustina selama ini," ujar Dedi penuh kemenangan. Nita masih terdiam, saat Ratna mendekatinya. "Bun, jangan dibahas sekarang. Kuburan Ayah belum kering," bisik Ratna mengingatkan. "Semua harus di bereskan hari ini atau maksimal besok. Bunda tidak mau orang yang tidak berhak menerima warisan ayah mengaku-ngaku dan membuat bukti palsu tentang warisan Ayah," ujar Nita. Dedi tertawa. "Hahaha! Rupanya Tante tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 35 B

Randi hanya mengangguk-manggut. "Ya sudah, kalau begitu aku bantu ya," ujar Randi lalu mulai memeriksa bahan makanan yang ada di kulkas LG side kafe mereka. "Apa yang kamu lakukan, Randi?" tanya Ratna yang terkejut saat melihat Randi yang juga ikut-ikutan jongkok di depan kulkas besar kafe mereka. "Aku ingin membantumu, biar kamu lebih cepat pulang. Sudah jam sepuluh malam dan kafenya juga sudah sepi sekali," kata Randi melihat Ratna. Ratna tersenyum. "Ini kan tanggung jawab aku sebagai kepala koki. Untuk memastikan semua bahan makanan dalam keadaan lengkap." "Makanya aku bantu juga, aku juga sebagai pengelola kafe kan juga ikut bertanggung jawab terhadap ketersediaan bahan makanan, bukan kamu saja," ucap Randi. "Ya sudah kalau kamu memang ingin membantuku." Ratna dan Randi dengan cekatan menghitung makanan mentah yang tersisa di kulkas dan bahan makanan yang besok akan diperlukan. "Hm, yak, akhirnya sudah selesai. Sekarang kita pulang yuk," ujar Ratna sambil menutup pintu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 36 A

Ratna dan Randi menoleh ke asal suara, dan mereka melihat Susi yang sedang membawa keranjang belanja menatap mereka berdua dengan mata berkaca - kaca. Ratna terkesiap saat melihat Susi dan ibunya yang berdiri di depannya. Ratna melepas pegangan tangannya dari tangan Randi dan mendekat kearah teman adiknya itu. "Baiklah, mumpung kamu di sini, meskipun kurasa ini adalah waktu yang tidak tepat, datanglah ke kafe gaul jam 9 pagi. Aku akan menjelaskan semuanya." Ratna menjeda kalimat nya sejenak lalu menoleh ke sekeliling nya. Suasana pasar cukup ramai di pagi ini. Dan tidak memungkinkan untuk membicarakan hal pribadi yang sensitif saat ini. "Apa lagi yang ingin mbak katakan? Semua sudah jelas. Mbak Ratna adalah pagar makan tanaman. Mbak Ratna berjanji bawa Mbak Ratna akan menjodohkan aku dengan Randi, tapi sekarang apa yang aku lihat? Mbak Ratna malah menjadikan Randi sebagai pacar sendiri. Mbak Ratna mengingkari janji dan berkhianat padaku!" seru Susi dengan marah. "Aku melakukan hal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 36 B

"Untuk melihat surga bagi calon anak-anak kita kelak," ujar Randi sambil tertawa. Ratna tertawa seraya mendaratkan cubitan di pundak Randi."Ah kamu ini bisa aja," kata Ratna. Randi pun tersenyum melihat Ratna tersipu malu."Oh ya mbak, aku ingin sekali ulang tahun ku kali ini, aku mendapatkan kado dari mu," ujar Randi penuh harap. "Kamu minta kado apa, Rand? Kalau aku mampu, pasti akan ku penuhi," kata Ratna."Aku mau kado ulang tahunku itu tangan kamu, Mbak", sahut Randi. Ratna melongo. "Tanganku? Buat apa tanganmu?" tanya Ratna bingung. "Ya biar cintaku tidak bertepuk sebelah tangan," ujar Randi lagi sambil tertawa. Ratna tertawa mendengarkan ucapan Randi. "Kamu sudah mendapatkan cintaku, Ran. Tinggal mengesahkan saja. Semoga aku segera sembuh dari traumaku dan kita bisa bahagia bersama," ujar Ratna. "Aamiin," sahut Randi. "Oh ya Mbak, aku punya beberapa voucher dari teman-teman aku yang buka salon barangkali kamu minat. Bisalah ambil libur sama aku. Kita facial bareng. Walaup
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 37 A

Agung yang panik, segera menghentikan mobil di pinggir jembatan dan menghambur ke arah Susi. "Apa yang kamu lakukan?! Turun, Sus!" seru Agung dengan panik. Susi yang melihat kedatangan Agung, tidak mengindahkan nya. Dia justru membungkuk dan mengulurkan tangannya ke bawah jembatan, seolah - olah hendak melompat turun dari besi pembatas jembatan. "Astaghfirullah, Sus! Turun! Masih ada aku!" seru Agung memeluk tubuh Susi dari belakang. Susi mendelik ke arah Agung. Beberapa orang yang melewati jembatan, mulai berhenti dan memperhatikan mereka. Bahkan ada yang merekam peristiwa itu ke ponsel mereka. "Kamu apa- apaan sih, Gung?! Kamu bisa bikin aku malu lho! Jangan peluk- peluk aku! Kita diliatin orang banyak tuh!" seru Susi sambil menatap orang di sekeliling nya. Agung mengacuhkan seruan Susi dan tetap memeluk tubuh gadis itu. "Enggak. Aku nggak akan melepaskan kamu sampai kamu turun dari sini! Jangan bunuh diri, Sus! Kalau kamu b u n uh d i ri, aku bagaimana!?" tanya Agung bersikera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 37 B

"Hm, susah, Gung. Aku telanjur berharap mbak Ratna membantu hubungan ku dengan Randi," ujar Susi lirih. Suasana hening sejenak. Kedua nya penuh dengan pikiran masing-masing. "Gung, tadi kamu bilang di jembatan masih ada aku kan? Maksudnya apa?!" tanya Susi. Agung melirik gadis itu. Nyaris tiga tahun bekerja dalam satu instansi tidak juga membuat Agung berani menyatakan cintanya. Agung takut ditolak, dan mengakibatkan hubungan nya dengan Susi semakin merenggang. Tapi Agung merasa tidak akan bisa menyatakan cintanya jika bukan hari ini. "Aku.. mencintai kamu sejak kita bertemu pertama kali di rumah sakit," ujar Agung menjeda kalimat nya. Susi mendelik. "Hah? Kok aku nggak tahu?" tanya gadis itu. Agung hanya nyengir. "Yah, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku diam saja dan nggak memberikan tanda apa pun tentang perasaanku. Lagipula, aku tahu kalau kamu mencintai Randi dan di hatimu hanya ada Randi. Iya kan?!" tanya Agung. Susi menghela napas panjang. "Hhh, jangan cerita soal Randi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 38 A

"Wah, Ibu keren sekali! Sip! Luar biasa! Ibu ini sudah cantik, lincah lagi!" ujar Dedi sambil tersenyum dan merapikan bajunya. Tina tersipu malu. Jauh di dalam hatinya tersimpan rasa bersalah karena telah melakukan hal itu dengan sang menantu. 'Duh, sudah terlanjur basah. Ya sudah mandi sekalian deh. Lagi pula Dedi juga bisa - bisanya tahu jika aku beberapa kali melihat film dewasa,' batin Tina. Dedi meraih dompetnya dan mengambil lima lembar uang seratus ribuan. "Ini untuk jajan ibu. Kalau kurang, bilang saja. Atau ibu mau kuantar periksa ke dokter?!" tawar Dedi dengan senyum terkembang. Tina menggeleng. "Mungkin ibu hanya meriang, merindukan kasih sayang. Tapi setelah kamu datang, ibu sudah merasa enakan," sahut Tina malu- malu. Dedi tertawa. "Ya sudah, kalau begitu saya berangkat ke tempat gym dulu, Bu. Kalau butuh apa - apa, telepon saja. Pergi dulu, Bu," pamit Dedi sambil berlalu.Lelaki itu tersenyum puas sambil melajukan mobilnya menuju ke tempat gym. "Ah, mujur sekali
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 38 B

"Oh ya, kamu mau minum apa?!" tawar Susi, mengalihkan pembicaraan. "Enggak usah deh. Ini kan ada air mineral," ujar Agung sambil menunjuk ke arah gelas air mineral yang ada di hadapan nya. Susi mengangguk. "Ya sudah kalau kamu maunya air putih saja," ujar Susi akhirnya. Gadis itu menghela napas panjang. Hening menyelimuti ruang tamunya. Susi dan Agung sibuk dengan pikiran masing-masing. Mencoba memikirkan tema seru yang bisa dijadikan topik pembicaraan agar tidak terlalu canggung. "Oh ya, Sus, sepertinya kamu kan orang berada. Almarhum papa kamu kan TNI, ibu kamu ASN guru, Om kamu pengusaha, lalu tante kamu juga kepala ruangan di rumah sakit tempat kita bekerja, kenapa kamu memilih untuk bekerja? Kan misalnya kamu meminta dibuat supermarket kecil dari patungan keluarga kamu, kan enak, Sus, masa depan cerah," tanya Agung berusaha mencairkan suasana canggung. "Hm, yang kaya kan keluargaju, Gung, aku juga pingin lah sukses dari usaha ku sendiri. Lebih membanggakan jika sukses tanpa s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 39 A

"Golongan darah saya juga AB! Ayo, Sus, kita ke PMI berdua. Semoga darah kita memenuhi syarat untuk didonorkan!" seru Agung pada Susi. Susi menatap ke arah Agung dengan penuh rasa terimakasih. "Wah, benarkah kamu mau menolong ku, Gung? Bukankah aku...?" Agung mengibaskan tangan nya di depan Susi. "Jangan mikir aneh - aneh, Sus! Aku menolong kamu bukan karena aku mencintaimu. Tapi karena rasa kemanusiaan dan tentu saja karena kita adalah tenaga medis. Sudahlah, Sus, jangan terlalu banyak berpikir ya?! Ayo kita berangkat ke PMI. Semoga darah kita memenuhi syarat untuk didonorkan," ajak Agung. Susi mengangguk. Dia lalu meminta surat pengantar untuk mengambil darah di PMI dari dokter jaga UGD, lalu bersama - sama dengan Agung menuju ke PMI. Susi menghela napas lega saat darahnya dan Agung memenuhi syarat untuk didonorkan pada mamanya. "Terimakasih, Gung, kamu sudah membantuku di saat aku benar - benar membutuhkan pertolongan," ujar Susi saat mereka sudah berada di dalam mobil denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 39 B

Dokter itu menatap ke arah Susi dan Agung secara bergantian lalu tersenyum. "Alhamdulillah oprasi berlangsung lancar. Sekarang pasien akan dipindahkan ke ROI sementara sampai sadar lalu dipindah ke ruang perawatan," sahut dokter itu tenang. "Dok, apa mama saya mengalami luka dan cedera di bagian tubuh yang lain nya?!" tanya Susi. Dokter bedah tulang itu berpikir sejenak. "Pada kepala pasien mengalami cedera kepala ringan, jadi hanya terdapat oedema atau bengkak di kening yang akan hilang secara berangsur-angsur dan juga patah tulang paha terbuka yang sudah disambung dengan pen," jawab dokter itu. "Keadaan pasien stabil dan baik. Hanya perlu menunggu pasien untuk siuman," sambung dokter itu lagi membuat Susi bernapas lega. "Alhamdulillah! Terimakasih banyak, Dokter," ujar Susi dan Agung hampir bersamaan. Dokter itu mengangguk dan berlalu meninggalkan mereka. Susi menghela napas panjang. Dia merasa lega karena ibunya bisa diselamatkan. "Makasih, Gung, kamu sudahkah meno
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status