Share

bab 38 B

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 08:10:55

"Oh ya, kamu mau minum apa?!" tawar Susi, mengalihkan pembicaraan.

"Enggak usah deh. Ini kan ada air mineral," ujar Agung sambil menunjuk ke arah gelas air mineral yang ada di hadapan nya.

Susi mengangguk. "Ya sudah kalau kamu maunya air putih saja," ujar Susi akhirnya. Gadis itu menghela napas panjang. Hening menyelimuti ruang tamunya. Susi dan Agung sibuk dengan pikiran masing-masing. Mencoba memikirkan tema seru yang bisa dijadikan topik pembicaraan agar tidak terlalu canggung.

"Oh ya, Sus, sepertinya kamu kan orang berada. Almarhum papa kamu kan TNI, ibu kamu ASN guru, Om kamu pengusaha, lalu tante kamu juga kepala ruangan di rumah sakit tempat kita bekerja, kenapa kamu memilih untuk bekerja? Kan misalnya kamu meminta dibuat supermarket kecil dari patungan keluarga kamu, kan enak, Sus, masa depan cerah," tanya Agung berusaha mencairkan suasana canggung.

"Hm, yang kaya kan keluargaju, Gung, aku juga pingin lah sukses dari usaha ku sendiri. Lebih membanggakan jika sukses tanpa s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 39 A

    "Golongan darah saya juga AB! Ayo, Sus, kita ke PMI berdua. Semoga darah kita memenuhi syarat untuk didonorkan!" seru Agung pada Susi. Susi menatap ke arah Agung dengan penuh rasa terimakasih. "Wah, benarkah kamu mau menolong ku, Gung? Bukankah aku...?" Agung mengibaskan tangan nya di depan Susi. "Jangan mikir aneh - aneh, Sus! Aku menolong kamu bukan karena aku mencintaimu. Tapi karena rasa kemanusiaan dan tentu saja karena kita adalah tenaga medis. Sudahlah, Sus, jangan terlalu banyak berpikir ya?! Ayo kita berangkat ke PMI. Semoga darah kita memenuhi syarat untuk didonorkan," ajak Agung. Susi mengangguk. Dia lalu meminta surat pengantar untuk mengambil darah di PMI dari dokter jaga UGD, lalu bersama - sama dengan Agung menuju ke PMI. Susi menghela napas lega saat darahnya dan Agung memenuhi syarat untuk didonorkan pada mamanya. "Terimakasih, Gung, kamu sudah membantuku di saat aku benar - benar membutuhkan pertolongan," ujar Susi saat mereka sudah berada di dalam mobil denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 39 B

    Dokter itu menatap ke arah Susi dan Agung secara bergantian lalu tersenyum. "Alhamdulillah oprasi berlangsung lancar. Sekarang pasien akan dipindahkan ke ROI sementara sampai sadar lalu dipindah ke ruang perawatan," sahut dokter itu tenang. "Dok, apa mama saya mengalami luka dan cedera di bagian tubuh yang lain nya?!" tanya Susi. Dokter bedah tulang itu berpikir sejenak. "Pada kepala pasien mengalami cedera kepala ringan, jadi hanya terdapat oedema atau bengkak di kening yang akan hilang secara berangsur-angsur dan juga patah tulang paha terbuka yang sudah disambung dengan pen," jawab dokter itu. "Keadaan pasien stabil dan baik. Hanya perlu menunggu pasien untuk siuman," sambung dokter itu lagi membuat Susi bernapas lega. "Alhamdulillah! Terimakasih banyak, Dokter," ujar Susi dan Agung hampir bersamaan. Dokter itu mengangguk dan berlalu meninggalkan mereka. Susi menghela napas panjang. Dia merasa lega karena ibunya bisa diselamatkan. "Makasih, Gung, kamu sudahkah meno

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 40 A

    Teman - temannya mengedikkan bahu. "Ya sudah, aku tidak mau ikut campur kalau ada urusan dengan polisi walaupun itu memakai mobilku ya?! Dan suami kamu kan punya mobil, seharusnya kamu belajar mobil dengan suamimu, Tin. Jangan melibatkan kami dalam bahaya," ujar teman Agustina yang lain, membuat Agustina cemberut. "Astaga! Kalian kok gitu sih?! Kalian kan baru saja kubayarin makan? Kok nggak ada rasa terima kasihnya?" tanya Agustina manyun. Teman - temannya menghela napas panjang. Saling melirik satu sama lain. Sebenarnya mereka malas berteman dengan Agustina yang sok sekali setelah menjadi orang kaya baru, tapi Agustina sangat menempel pada mereka. Jadi sekalian saja mereka memanfaatkan hal itu. "Ya sudah, ini sudah malam, kami harus pulang. Lain kali kita jalan - jalan lagi. Semoga saja tidak ada polisi yang menemukan kita tadi," pamit teman - teman Agustina, dan Agustina hanya mengangguk saja tanpa menanggapi ucapan teman - temannya. 'Ck, apaan sih mereka, bikin malas saja. La

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 40 B

    "Jadi kamu harus tahu apa pekerjaan ku selama ini. Aku bukan lah pekerja kantoran seperti yang kubilang padamu sebelum aku mengelola tempat gym kamu, tapi aku adalah gigolo," ujar Dedi dengan menghela napas panjang. Sementara napas Agustina seakan berhenti di tenggorokan. Dia tidak menyangka jika pekerjaan suaminya adalah menjajakan tubuh. Sama seperti dirinya dulu. Agustina menutup mulutnya. Jujur saja dia cemburu pada suami nya walaupun dia juga pernah merasakan dijamah puluhan laki- laki. "Lalu siapa orang itu dan yang sebenarnya ingin kamu katakan?""Orang itu pengacara yang memalsukan tanda tangan dan memenangkan tempat gym kamu. Dan aku juga harus setia padanya. Dia yang memberikan uang banyak padaku, sampai aku bisa membeli rumah ini. Dia tidak mau aku menikah. Dan kita harus berpisah. Aku hanya diberi waktu tiga hari. Dia akan mengurus semuanya tentang perceraian kita. Kalau dalam tiga hari aku tidak pisah ranjang dengan kamu, aku harus mengembalikan uang yang pernah diberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 41 A

    Setelah pintu ruang rawat inap mama Susi terbuka, tampaklah Ratna dan Randi berdiri di depan Susi yang tercengang melihat keduanya. "Kalian...?" desis Susi tidak percaya melihat Ratna dan Randi berdiri di hadapan nya. "Assalamu'alaikum, Sus, boleh kami masuk?" tanya Ratna ramah. Susi menatap ke arah Ratna dan Randi bergantian lalu membuka pintu lebih lebar. "Waalaikumsalam, iya boleh," ujar gadis itu lalu masuk ke dalam ruangan tempat sang mama dirawat. Ratna mendekat ke arah mama Susi yang sedang berbaring di atas ranjang lalu menyalaminya dan diikuti oleh Randi. "Selamat sore, Tante. Semoga lekas sehat ya, saya kakaknya Agung, temannya Susi," sapa Ratna memperkenalkan diri. Mama. Susi tersenyum kaku, dia merasa bingung harus bagaimana merespon Ratna. Karena mama Susi tahu jika Ratna adalah perempuan yang membuat anaknya menangis karena telah merebut lelaki yang dicintai anaknya sejak lama. Tapi di saat yang sama juga mama Susi merasa berterima kasih karena adik Ratnalah yang me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 41 B

    "Wah, sudah, sudah, Susi, jangan cubitin calon suami kamu seperti itu. Kasihan, dan kamu makan gih, dari tadi pagi kamu kan belum malan," ujar mama Susi membuat sang anak menghentikan serangan nya. Susi menoleh pada Ratna dan Randi. "Makasih Mbak, atas sate nya. Aku makan dulu ya," ujar Susi tersenyum.Ratna dan Randi pun serempak mengangguk bersamaan. "Makan saja, Sus. Enak banget itu. Sate dari calon kakak ipar kamu," seloroh Ratna sambil tersenyum hangat. ***"Kita pindah ke rumah ini, Mas?" tanya Agustina kecewa saat melihat rumah dengan dua kamar di hadapan nya. Dedi mengangguk lesu."Ya, hanya rumah ini yang bisa ku beli dengan kredit. Jadi rumah yang kemarin, aku oper kredit lalu uangnya untuk mengembalikan uang bonus pada sugar momyku. Sedangkan uang dasar pelayanan yang telah dibayarkan beliau selama ini tidak perlu dikembalikan," ujar Dedi. Agustina menghela napas panjang. "Lalu bagaimana cara kita memanas - manasi mantan istri kamu dan adik kandung kamu? Seperti nya k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 42 A

    "Penyebab kafe kita sepi karena ada banyak akun medsos yang menyebutkan kalau seorang indigo melihat adanya perewangan untuk pesugihan warung di kita," ujar salah satu karyawan Randi sambil menunjukkan ponsel nya. "Apa?!" tanya Randi tercengang. Randi memegang ponsel yang diulurkan oleh karyawan kafenya. Tampak foto kafenya yang sedang ramai pembeli dengan beberapa sosok bayangan pocong dalam bentuk asap tipis yang melayang - layang di atas mangkuk para pembelinya, seolah meludahi sajian yang mereka makan. "Gila! Ini fitnah! Siapa yang menyebarkan fitnah keji seperti ini?! Aku sungguh tidak terima!" seru Randi, dia membaca beberapa komen. Tampak akun itu adalah akun palsu yang sudah membagikan postingan yang juga palsu tentang kafenya. "Gila! Siapa ini yang pertama kali memberitakan tentang kafe ku seperti ini?!" gumam Randi. Dia lalu meraih ponselnya dan mencari sendiri tentang akun tersebut. Akun Facebook tersebut tampak baru. Randi lalu berpindah ke akun tiktok dengan nama akun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 42 B

    "Apapun akan kulakukan agar tempat mencari rejeki kita menghasilkan, Yang tentu saja dengan cara yang halal. Sekarang, kita cari panti asuhan yang amanah dan TPA yang rajin mengadakan lomba baca tulis Al - Qur'an yuk. Kita juga sosialisasikan hal ini pada para karyawan ya," ujar Randi. Ratna mengangguk lalu melepaskan pelukan nya. "Siap, Bos! Yuk, kita kumpulkan para karyawan sekarang. Sekaligus menanyakan apakah mereka mengetahui tentang panti asuhan atau TPA yang membutuhkan bantuan. Semangat untuk kita!" ujar Ratna penuh semangat. Dia yakin bisa menyelesaikan masalah yang terjadi di kafenya saat ini. ***Belasan anak panti asuhan mengantri dalam menerima nasi kotak yang telah dimasukkan ke dalam kantung plastik putih. Diatas kotak nasi tersebut juga ditambah kotak kue dan amplop yang berisi uang seratus ribu. Ratna menyalami anak - anak panti asuhan itu dan mendoakan banyak kebaikan bagi kafe dan para karyawan serta pemilik kafe. "Terimakasih, Kak, semoga rejeki kakak selalu b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 B

    "Boleh, aku akan memberikan infus padamu yang berisi seluruh rasa di hatiku, sehingga kamu tidak akan mengalami dehidrasi cinta dan kasih sayang seumur hidup dan kupastikan jika semua perasaan ku yang ku berikan padamu steril tanpa kuman pihak ketiga atau CLBK," ujar Susi, membuat semua teman - temannya melongo."Astaga, kalian berdua so sweet banget! Bagaimana para saksi? SAH?" tanya salah seorang teman Agung dan Susi. "Sah!""Sah!""Alhamdulillah!" Ruang perawat kelas satu pun sejenak riuh dengan gurauan tenakesnya. Susi dan Agung bertatapan, tanpa saling berbicara, mereka tahu bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Dedi pulang dari kantor polisi dengan wajah gusar. "Ck, nggak ada bukti dan aku diminta tenang dulu sampai ada bukti kuat baru bisa melapor ke polisi? Ck, apa - apaan ini? Bagaimana kalau aku keburu mati? Tampaknya suami tante itu berbahaya," gerutu Dedi. Dia lalu melajukan motor nya menuju ke arah hotel bintang tiga yang mempunyai satpam yang sedang berjaga

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 A

    Dedi terkejut dengan kata - kata penelepon nya. "Hutang mata dibalas mata, hutang istri dibalas istri. Sekarang selamat menikmati rasanya kehilangan istri," ujar laki - laki yang menelepon Dedi. Dedi terhenyak. 'Astaga! Jadi tante sudah meninggal bunuh diri karena terkena HIV? Dan lelaki yang mengaku suaminya tante sudah membunuh Agustina?' batin Dedi. 'Wah, jangan - jangan sebentar lagi, dia juga akan menuntut pertanggungjawaban ku! Padahal aku tidak tahu siapa yang menulari siapa.'"Heh, enak saja kamu menuduhku! Aku tidak kenal siapa kamu dan siapa istrimu! Jangan sembarangan memfitnah ya! Bisa jadi istri kamu ada main dengan orang lain, bukan dengan aku! Jangan asal tuduh!!" ujar Dedi memberanikan diri. Lelaki di seberangnya menggeram. "Jangan mengelak! Hari ini kamu dan istrimu harus mati, Dedi!" ujar suara seberang dengan nada marah. Tubuh Dedi gemetaran. Lelaki itu segera mengakhiri panggilan teleponnya. "Aku harus kabur kemana ini? Apa aku harus lapor polisi atas ancaman

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 B

    Agung terdiam sejenak. "Kok sepi, Mama mana?" tanya Agung. "Mama tidur. Tadi seharian mama mengajakku nonton telenovela marathon kesukaan nya saat masih muda dulu dari Hp. Setelah itu mama ketiduran, padahal masih belum tamat filmnya," sahut Susi. "Apa perlu kubangunkan?" sambung Susi lagi. Agung buru- buru menggeleng. "Jangan! Kasihan mama kamu! Biar mama kamu tidur saja," sahut Agung cepat. Susi manggut- manggut. "Oke, tunggu di sini. Aku tadi bikin martabak manis tevlon. Semoga bisa dimakan," ujar Susi sambil berlalu meninggalkan ruang tamu, dan tak lama kemudian kembali dengan membawa sepiring martabak manis yang beraroma wangi. Susi meletakkan martabak manis itu di hadapan Agung. "Hm, kayaknya enak nih!" celetuk Agung tersenyum. "Enak! Ayo kita coba sama-sama! Kamu jangan ragu dengan masakan aku ya!" ujar Susi. Agung tertawa. "Asalkan tidak beracun dan tidak mentah saja, aku bisa nelen makanan, Yang," ujar Agung seraya mencomot martabak di hadapan nya. "Hm, enak kok, S

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 A

    "Alhamdulillah, lancar ya acara lamaran mbak Ratna," ujar Agung sambil mengambil makanan di meja prasmanan. Di sebelah Agung, Ratna mengambil es buah dan tersenyum. "Iya, alhamdulillah, Gung. Semoga kamu cepet nyusul ya?!" sahut Ratna. Agung tersenyum dan mengangguk. "Aamiin, Mbak, makasih doanya. Semoga mbak Ratna juga dilancarkan sampai pernikahan," ujar Agung yang langsung diamini oleh Ratna. Ratna celingukan ke sekeliling taman tengah rumahnya. "Lho, Susi tidak kamu ajak kesini?" tanya Ratna."Hm, sudah. Tapi dia nggak bisa. Dia bilang mau nganter mamanya kontrol saja," sahut Agung, lalu menuju tempat duduk yang telah disediakan oleh pihak EO yang disewa oleh keluarga nya. Ratna mengerut kan kening nya. "Kok kamu biarkan Susi mengantarkan ibunya kontrol sendiri ke rumah sakit sih? Kenapa kamu nggak mengantarkan Susi dan ibunya, Gung?" tanya Ratna. "Kata Susi, ada saudara nya yang akan mengantarkan mereka kontrol. Jadi aku tidak diperlukan dulu," ujar Agung tertawa. "Hahaha,

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 B

    "Kita akan melihat hal itu nanti, Bu. Jadi bapak dan ibu harus saya ke kantor polisi dulu untuk dimintai keterangan," ujar polisi itu tegas. Agustina melirik ke arah Dedi yang juga terlihat gamang. "Pak, saya tidak mungkin membunuh ibu saya sendiri, meskipun ibu saya selingkuh dengan suami saya. Saya hanya mengusir nya keluar dari rumah karena saya sangat sakit hati," ujar Agustina mencari aman dengan mengatakan permasalahan nya. Dedi mendelik mendengar ucapan Agustina. Sementara itu polisi semakin antusias melihat ke arah Agustina dan Dedi secara bergantian. "Kalau begitu kalian berdua segera ikut kami untuk penyelidikan lebih lanjut! Silakan ikut kami ke kantor polisi!" ujar polisi itu tegas. ***Agustina yang sudah selesai diinterogasi di kantor polisi, memutuskan untuk pulang ke rumahnya dulu. "Ck, sialan! Ini semua gara- gara mas Dedi! Mending aku jadi janda lagi aja deh. Aku nggak peduli dengan balas dendam mas Dedi pada Ratna, aku nggak mau lagi pura - pura kaya dan bahag

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 A

    "Selamat malam, kami dari kepolisian, ibu anda tertabrak mobil dan meninggal seketika di jalan pahlawan. Dimohon anda segera kemari," sahut polisi itu membuat Agustina gemetaran seketika. "Hah, apa? Tidak mungkin, Pak!" desis Agustina tidak percaya. 'Jangan - jangan ibuk bun*h diri. Atau ibu sudah ada firasat kematian, jadi ibu menelepon ku dari tadi pagi untuk berpamitan,' batin Agustina dengan perasaan menyesal. "Kami dari kepolisian satlantas telah mengevakuasi korban dengan membawa korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat. Kami juga melakukan olah tkp dan penyelidikan terhadap identitas korban. Hasilnya, kami menemukan KTP dan ponsel korban. Kontak paling atas di panggilan keluar yang dihubungi oleh korban, adalah nomor ibu. Jadi bisa kah ibu datang ke rumah sakit Sumber Sehat sekarang untuk memastikan tentang identitas korban kecelakaan?" tanya Polisi itu lagi. "Baiklah saya akan datang di Rumah Sakit Sumber Sehat. Bagaimana dengan orang yang menabrak ibu saya? Apakah orang

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 B

    Suasana hening sejenak. Tina menunduk dan berjongkok membereskan cangkir yang dilemparkan sang anak. "Pergi dari sini, Bu!" usir Agustina dengan suara dingin. Dedi dan Tina menatap ke arah Agustina dengan terkejut. "Nak, tapi...""Pergi dari sini atau kuadukan pada warga bahwa kalian telah melakukan hal yang paling memalukan!" seru Agustina lagi. Dia menatap ke arah ibunya dengan mata berkaca. Tina menoleh ke arah Dedi. Berharap sang menantu membelanya. Namun sayang sekali, bukannya membela Tina, Dedi justru menatap ke arah pintu ruang tamunya, seolah mengisyaratkan dan menyetujui sang mertua untuk pergi dari rumah itu. Tina berdiri perlahan dan meletakan pecahan kaca di meja tamu, lalu menatap ke arah sang anak. "Baiklah, ibu akan pergi dari sini agar kamu memaafkan ibu, meskipun ibu tidak tahu akan pergi kemana," ujar Tina dengan nada putus asa sambil masuk ke dalam kamarnya dan membereskan semua pakaiannya kedalam tas nya. Dedi mendekati Agustina dan berusaha merayunya, tapi

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 A

    "Astaga! Apa- apaan ini, Mas Dedi?! Ibuk!? Jadi begini kelakuan kalian saat aku tidak ada di rumah? B@jing*n kalian!" seru Agustina sambil menutup mata anaknya yang berdiri kebingungan di samping ibunya yang tengah mengumpat. Dedi segera menurunkan Tina dan melangkah mendekat sang istri. "Yang, aku bisa jelasin. Kamu bawa masuk dulu anak kamu ke kamar, dan aku akan menjelaskan nya," ujar Dedi meremas pelan bahu sang istri. Agustina mencebik. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semua sudah jelas. Kamu menjijikkan, Mas. Masa mertua sendiri pun diembat!" omel Agustina. Dia lalu menoleh pada ibunya. "Ibu juga malu - maluin! Bisa - bisanya tertarik dengan mantu sendiri. Ck, kayak enggak ada orang lain saja!" seru Agustina. "Agustina, maafkan ibu. Ibu khilaf, Nak!" ujar Tina sambil mendekat ke arah sang anak. Perempuan itu merentang kan tangannya dan bermaksud memeluk Agustina, tapi anaknya lebih dulu menepis tangan ibunya. "Aku nggak bakal maafin ibu! Ibu sudah mengkhianati dan m

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 44 B

    "Hm, sepertinya buah saja. Buah dalam bentuk parcel yang mewah dan cantik."Paman Dedi menghela napas dan menjeda kalimat nya sejenak. "Oh ya, apa kamu tidak merasakan cemburu dan marah saat adik kamu akan menikah dengan mantan istri kamu? Om sendiri juga tidak menyangka bahwa Randi memilih mantan istri kamu sebagai istri nya. Padahal gadis dan lajang banyak," ujar paman Dedi. Dedi tertawa. "Enggak. Biarlah saja, Paman. Lagi pula saya sudah menikah dengan istri saya yang sekarang," ujar Dedi dengan mata menerawang. Sebenarnya perasaan nya campur aduk.'Seandainya saja aku tidak selingkuh, seandainya saja aku setia dan tidak bekerja sebagai debt collector, mungkin aku masih mempunyai keluarga, bahkan aku masih mempunyai anak. Dan... aku tidak perlu mengidap penyakit sialan ini!' batin Dedi menyesal. Dedi berjalan memasuki rumahnya dengan gontai. Di dalam pikiran nya masih tersisa berjuta tanda tanya, siapa yang menulari nya. Dedi masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu dengan

DMCA.com Protection Status