Share

bab 36 B

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 08:06:40

"Untuk melihat surga bagi calon anak-anak kita kelak," ujar Randi sambil tertawa.

Ratna tertawa seraya mendaratkan cubitan di pundak Randi.

"Ah kamu ini bisa aja," kata Ratna. Randi pun tersenyum melihat Ratna tersipu malu.

"Oh ya mbak, aku ingin sekali ulang tahun ku kali ini, aku mendapatkan kado dari mu," ujar Randi penuh harap.

"Kamu minta kado apa, Rand? Kalau aku mampu, pasti akan ku penuhi," kata Ratna.

"Aku mau kado ulang tahunku itu tangan kamu, Mbak", sahut Randi. Ratna melongo.

"Tanganku? Buat apa tanganmu?" tanya Ratna bingung. "Ya biar cintaku tidak bertepuk sebelah tangan," ujar Randi lagi sambil tertawa.

Ratna tertawa mendengarkan ucapan Randi. "Kamu sudah mendapatkan cintaku, Ran. Tinggal mengesahkan saja. Semoga aku segera sembuh dari traumaku dan kita bisa bahagia bersama," ujar Ratna.

"Aamiin," sahut Randi. "Oh ya Mbak, aku punya beberapa voucher dari teman-teman aku yang buka salon barangkali kamu minat. Bisalah ambil libur sama aku. Kita facial bareng. Walaup
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 37 A

    Agung yang panik, segera menghentikan mobil di pinggir jembatan dan menghambur ke arah Susi. "Apa yang kamu lakukan?! Turun, Sus!" seru Agung dengan panik. Susi yang melihat kedatangan Agung, tidak mengindahkan nya. Dia justru membungkuk dan mengulurkan tangannya ke bawah jembatan, seolah - olah hendak melompat turun dari besi pembatas jembatan. "Astaghfirullah, Sus! Turun! Masih ada aku!" seru Agung memeluk tubuh Susi dari belakang. Susi mendelik ke arah Agung. Beberapa orang yang melewati jembatan, mulai berhenti dan memperhatikan mereka. Bahkan ada yang merekam peristiwa itu ke ponsel mereka. "Kamu apa- apaan sih, Gung?! Kamu bisa bikin aku malu lho! Jangan peluk- peluk aku! Kita diliatin orang banyak tuh!" seru Susi sambil menatap orang di sekeliling nya. Agung mengacuhkan seruan Susi dan tetap memeluk tubuh gadis itu. "Enggak. Aku nggak akan melepaskan kamu sampai kamu turun dari sini! Jangan bunuh diri, Sus! Kalau kamu b u n uh d i ri, aku bagaimana!?" tanya Agung bersikera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 37 B

    "Hm, susah, Gung. Aku telanjur berharap mbak Ratna membantu hubungan ku dengan Randi," ujar Susi lirih. Suasana hening sejenak. Kedua nya penuh dengan pikiran masing-masing. "Gung, tadi kamu bilang di jembatan masih ada aku kan? Maksudnya apa?!" tanya Susi. Agung melirik gadis itu. Nyaris tiga tahun bekerja dalam satu instansi tidak juga membuat Agung berani menyatakan cintanya. Agung takut ditolak, dan mengakibatkan hubungan nya dengan Susi semakin merenggang. Tapi Agung merasa tidak akan bisa menyatakan cintanya jika bukan hari ini. "Aku.. mencintai kamu sejak kita bertemu pertama kali di rumah sakit," ujar Agung menjeda kalimat nya. Susi mendelik. "Hah? Kok aku nggak tahu?" tanya gadis itu. Agung hanya nyengir. "Yah, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku diam saja dan nggak memberikan tanda apa pun tentang perasaanku. Lagipula, aku tahu kalau kamu mencintai Randi dan di hatimu hanya ada Randi. Iya kan?!" tanya Agung. Susi menghela napas panjang. "Hhh, jangan cerita soal Randi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 38 A

    "Wah, Ibu keren sekali! Sip! Luar biasa! Ibu ini sudah cantik, lincah lagi!" ujar Dedi sambil tersenyum dan merapikan bajunya. Tina tersipu malu. Jauh di dalam hatinya tersimpan rasa bersalah karena telah melakukan hal itu dengan sang menantu. 'Duh, sudah terlanjur basah. Ya sudah mandi sekalian deh. Lagi pula Dedi juga bisa - bisanya tahu jika aku beberapa kali melihat film dewasa,' batin Tina. Dedi meraih dompetnya dan mengambil lima lembar uang seratus ribuan. "Ini untuk jajan ibu. Kalau kurang, bilang saja. Atau ibu mau kuantar periksa ke dokter?!" tawar Dedi dengan senyum terkembang. Tina menggeleng. "Mungkin ibu hanya meriang, merindukan kasih sayang. Tapi setelah kamu datang, ibu sudah merasa enakan," sahut Tina malu- malu. Dedi tertawa. "Ya sudah, kalau begitu saya berangkat ke tempat gym dulu, Bu. Kalau butuh apa - apa, telepon saja. Pergi dulu, Bu," pamit Dedi sambil berlalu.Lelaki itu tersenyum puas sambil melajukan mobilnya menuju ke tempat gym. "Ah, mujur sekali

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 38 B

    "Oh ya, kamu mau minum apa?!" tawar Susi, mengalihkan pembicaraan. "Enggak usah deh. Ini kan ada air mineral," ujar Agung sambil menunjuk ke arah gelas air mineral yang ada di hadapan nya. Susi mengangguk. "Ya sudah kalau kamu maunya air putih saja," ujar Susi akhirnya. Gadis itu menghela napas panjang. Hening menyelimuti ruang tamunya. Susi dan Agung sibuk dengan pikiran masing-masing. Mencoba memikirkan tema seru yang bisa dijadikan topik pembicaraan agar tidak terlalu canggung. "Oh ya, Sus, sepertinya kamu kan orang berada. Almarhum papa kamu kan TNI, ibu kamu ASN guru, Om kamu pengusaha, lalu tante kamu juga kepala ruangan di rumah sakit tempat kita bekerja, kenapa kamu memilih untuk bekerja? Kan misalnya kamu meminta dibuat supermarket kecil dari patungan keluarga kamu, kan enak, Sus, masa depan cerah," tanya Agung berusaha mencairkan suasana canggung. "Hm, yang kaya kan keluargaju, Gung, aku juga pingin lah sukses dari usaha ku sendiri. Lebih membanggakan jika sukses tanpa s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 39 A

    "Golongan darah saya juga AB! Ayo, Sus, kita ke PMI berdua. Semoga darah kita memenuhi syarat untuk didonorkan!" seru Agung pada Susi. Susi menatap ke arah Agung dengan penuh rasa terimakasih. "Wah, benarkah kamu mau menolong ku, Gung? Bukankah aku...?" Agung mengibaskan tangan nya di depan Susi. "Jangan mikir aneh - aneh, Sus! Aku menolong kamu bukan karena aku mencintaimu. Tapi karena rasa kemanusiaan dan tentu saja karena kita adalah tenaga medis. Sudahlah, Sus, jangan terlalu banyak berpikir ya?! Ayo kita berangkat ke PMI. Semoga darah kita memenuhi syarat untuk didonorkan," ajak Agung. Susi mengangguk. Dia lalu meminta surat pengantar untuk mengambil darah di PMI dari dokter jaga UGD, lalu bersama - sama dengan Agung menuju ke PMI. Susi menghela napas lega saat darahnya dan Agung memenuhi syarat untuk didonorkan pada mamanya. "Terimakasih, Gung, kamu sudah membantuku di saat aku benar - benar membutuhkan pertolongan," ujar Susi saat mereka sudah berada di dalam mobil denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 39 B

    Dokter itu menatap ke arah Susi dan Agung secara bergantian lalu tersenyum. "Alhamdulillah oprasi berlangsung lancar. Sekarang pasien akan dipindahkan ke ROI sementara sampai sadar lalu dipindah ke ruang perawatan," sahut dokter itu tenang. "Dok, apa mama saya mengalami luka dan cedera di bagian tubuh yang lain nya?!" tanya Susi. Dokter bedah tulang itu berpikir sejenak. "Pada kepala pasien mengalami cedera kepala ringan, jadi hanya terdapat oedema atau bengkak di kening yang akan hilang secara berangsur-angsur dan juga patah tulang paha terbuka yang sudah disambung dengan pen," jawab dokter itu. "Keadaan pasien stabil dan baik. Hanya perlu menunggu pasien untuk siuman," sambung dokter itu lagi membuat Susi bernapas lega. "Alhamdulillah! Terimakasih banyak, Dokter," ujar Susi dan Agung hampir bersamaan. Dokter itu mengangguk dan berlalu meninggalkan mereka. Susi menghela napas panjang. Dia merasa lega karena ibunya bisa diselamatkan. "Makasih, Gung, kamu sudahkah meno

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 40 A

    Teman - temannya mengedikkan bahu. "Ya sudah, aku tidak mau ikut campur kalau ada urusan dengan polisi walaupun itu memakai mobilku ya?! Dan suami kamu kan punya mobil, seharusnya kamu belajar mobil dengan suamimu, Tin. Jangan melibatkan kami dalam bahaya," ujar teman Agustina yang lain, membuat Agustina cemberut. "Astaga! Kalian kok gitu sih?! Kalian kan baru saja kubayarin makan? Kok nggak ada rasa terima kasihnya?" tanya Agustina manyun. Teman - temannya menghela napas panjang. Saling melirik satu sama lain. Sebenarnya mereka malas berteman dengan Agustina yang sok sekali setelah menjadi orang kaya baru, tapi Agustina sangat menempel pada mereka. Jadi sekalian saja mereka memanfaatkan hal itu. "Ya sudah, ini sudah malam, kami harus pulang. Lain kali kita jalan - jalan lagi. Semoga saja tidak ada polisi yang menemukan kita tadi," pamit teman - teman Agustina, dan Agustina hanya mengangguk saja tanpa menanggapi ucapan teman - temannya. 'Ck, apaan sih mereka, bikin malas saja. La

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 40 B

    "Jadi kamu harus tahu apa pekerjaan ku selama ini. Aku bukan lah pekerja kantoran seperti yang kubilang padamu sebelum aku mengelola tempat gym kamu, tapi aku adalah gigolo," ujar Dedi dengan menghela napas panjang. Sementara napas Agustina seakan berhenti di tenggorokan. Dia tidak menyangka jika pekerjaan suaminya adalah menjajakan tubuh. Sama seperti dirinya dulu. Agustina menutup mulutnya. Jujur saja dia cemburu pada suami nya walaupun dia juga pernah merasakan dijamah puluhan laki- laki. "Lalu siapa orang itu dan yang sebenarnya ingin kamu katakan?""Orang itu pengacara yang memalsukan tanda tangan dan memenangkan tempat gym kamu. Dan aku juga harus setia padanya. Dia yang memberikan uang banyak padaku, sampai aku bisa membeli rumah ini. Dia tidak mau aku menikah. Dan kita harus berpisah. Aku hanya diberi waktu tiga hari. Dia akan mengurus semuanya tentang perceraian kita. Kalau dalam tiga hari aku tidak pisah ranjang dengan kamu, aku harus mengembalikan uang yang pernah diberi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 B

    "Boleh, aku akan memberikan infus padamu yang berisi seluruh rasa di hatiku, sehingga kamu tidak akan mengalami dehidrasi cinta dan kasih sayang seumur hidup dan kupastikan jika semua perasaan ku yang ku berikan padamu steril tanpa kuman pihak ketiga atau CLBK," ujar Susi, membuat semua teman - temannya melongo."Astaga, kalian berdua so sweet banget! Bagaimana para saksi? SAH?" tanya salah seorang teman Agung dan Susi. "Sah!""Sah!""Alhamdulillah!" Ruang perawat kelas satu pun sejenak riuh dengan gurauan tenakesnya. Susi dan Agung bertatapan, tanpa saling berbicara, mereka tahu bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Dedi pulang dari kantor polisi dengan wajah gusar. "Ck, nggak ada bukti dan aku diminta tenang dulu sampai ada bukti kuat baru bisa melapor ke polisi? Ck, apa - apaan ini? Bagaimana kalau aku keburu mati? Tampaknya suami tante itu berbahaya," gerutu Dedi. Dia lalu melajukan motor nya menuju ke arah hotel bintang tiga yang mempunyai satpam yang sedang berjaga

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 A

    Dedi terkejut dengan kata - kata penelepon nya. "Hutang mata dibalas mata, hutang istri dibalas istri. Sekarang selamat menikmati rasanya kehilangan istri," ujar laki - laki yang menelepon Dedi. Dedi terhenyak. 'Astaga! Jadi tante sudah meninggal bunuh diri karena terkena HIV? Dan lelaki yang mengaku suaminya tante sudah membunuh Agustina?' batin Dedi. 'Wah, jangan - jangan sebentar lagi, dia juga akan menuntut pertanggungjawaban ku! Padahal aku tidak tahu siapa yang menulari siapa.'"Heh, enak saja kamu menuduhku! Aku tidak kenal siapa kamu dan siapa istrimu! Jangan sembarangan memfitnah ya! Bisa jadi istri kamu ada main dengan orang lain, bukan dengan aku! Jangan asal tuduh!!" ujar Dedi memberanikan diri. Lelaki di seberangnya menggeram. "Jangan mengelak! Hari ini kamu dan istrimu harus mati, Dedi!" ujar suara seberang dengan nada marah. Tubuh Dedi gemetaran. Lelaki itu segera mengakhiri panggilan teleponnya. "Aku harus kabur kemana ini? Apa aku harus lapor polisi atas ancaman

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 B

    Agung terdiam sejenak. "Kok sepi, Mama mana?" tanya Agung. "Mama tidur. Tadi seharian mama mengajakku nonton telenovela marathon kesukaan nya saat masih muda dulu dari Hp. Setelah itu mama ketiduran, padahal masih belum tamat filmnya," sahut Susi. "Apa perlu kubangunkan?" sambung Susi lagi. Agung buru- buru menggeleng. "Jangan! Kasihan mama kamu! Biar mama kamu tidur saja," sahut Agung cepat. Susi manggut- manggut. "Oke, tunggu di sini. Aku tadi bikin martabak manis tevlon. Semoga bisa dimakan," ujar Susi sambil berlalu meninggalkan ruang tamu, dan tak lama kemudian kembali dengan membawa sepiring martabak manis yang beraroma wangi. Susi meletakkan martabak manis itu di hadapan Agung. "Hm, kayaknya enak nih!" celetuk Agung tersenyum. "Enak! Ayo kita coba sama-sama! Kamu jangan ragu dengan masakan aku ya!" ujar Susi. Agung tertawa. "Asalkan tidak beracun dan tidak mentah saja, aku bisa nelen makanan, Yang," ujar Agung seraya mencomot martabak di hadapan nya. "Hm, enak kok, S

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 A

    "Alhamdulillah, lancar ya acara lamaran mbak Ratna," ujar Agung sambil mengambil makanan di meja prasmanan. Di sebelah Agung, Ratna mengambil es buah dan tersenyum. "Iya, alhamdulillah, Gung. Semoga kamu cepet nyusul ya?!" sahut Ratna. Agung tersenyum dan mengangguk. "Aamiin, Mbak, makasih doanya. Semoga mbak Ratna juga dilancarkan sampai pernikahan," ujar Agung yang langsung diamini oleh Ratna. Ratna celingukan ke sekeliling taman tengah rumahnya. "Lho, Susi tidak kamu ajak kesini?" tanya Ratna."Hm, sudah. Tapi dia nggak bisa. Dia bilang mau nganter mamanya kontrol saja," sahut Agung, lalu menuju tempat duduk yang telah disediakan oleh pihak EO yang disewa oleh keluarga nya. Ratna mengerut kan kening nya. "Kok kamu biarkan Susi mengantarkan ibunya kontrol sendiri ke rumah sakit sih? Kenapa kamu nggak mengantarkan Susi dan ibunya, Gung?" tanya Ratna. "Kata Susi, ada saudara nya yang akan mengantarkan mereka kontrol. Jadi aku tidak diperlukan dulu," ujar Agung tertawa. "Hahaha,

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 B

    "Kita akan melihat hal itu nanti, Bu. Jadi bapak dan ibu harus saya ke kantor polisi dulu untuk dimintai keterangan," ujar polisi itu tegas. Agustina melirik ke arah Dedi yang juga terlihat gamang. "Pak, saya tidak mungkin membunuh ibu saya sendiri, meskipun ibu saya selingkuh dengan suami saya. Saya hanya mengusir nya keluar dari rumah karena saya sangat sakit hati," ujar Agustina mencari aman dengan mengatakan permasalahan nya. Dedi mendelik mendengar ucapan Agustina. Sementara itu polisi semakin antusias melihat ke arah Agustina dan Dedi secara bergantian. "Kalau begitu kalian berdua segera ikut kami untuk penyelidikan lebih lanjut! Silakan ikut kami ke kantor polisi!" ujar polisi itu tegas. ***Agustina yang sudah selesai diinterogasi di kantor polisi, memutuskan untuk pulang ke rumahnya dulu. "Ck, sialan! Ini semua gara- gara mas Dedi! Mending aku jadi janda lagi aja deh. Aku nggak peduli dengan balas dendam mas Dedi pada Ratna, aku nggak mau lagi pura - pura kaya dan bahag

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 A

    "Selamat malam, kami dari kepolisian, ibu anda tertabrak mobil dan meninggal seketika di jalan pahlawan. Dimohon anda segera kemari," sahut polisi itu membuat Agustina gemetaran seketika. "Hah, apa? Tidak mungkin, Pak!" desis Agustina tidak percaya. 'Jangan - jangan ibuk bun*h diri. Atau ibu sudah ada firasat kematian, jadi ibu menelepon ku dari tadi pagi untuk berpamitan,' batin Agustina dengan perasaan menyesal. "Kami dari kepolisian satlantas telah mengevakuasi korban dengan membawa korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat. Kami juga melakukan olah tkp dan penyelidikan terhadap identitas korban. Hasilnya, kami menemukan KTP dan ponsel korban. Kontak paling atas di panggilan keluar yang dihubungi oleh korban, adalah nomor ibu. Jadi bisa kah ibu datang ke rumah sakit Sumber Sehat sekarang untuk memastikan tentang identitas korban kecelakaan?" tanya Polisi itu lagi. "Baiklah saya akan datang di Rumah Sakit Sumber Sehat. Bagaimana dengan orang yang menabrak ibu saya? Apakah orang

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 B

    Suasana hening sejenak. Tina menunduk dan berjongkok membereskan cangkir yang dilemparkan sang anak. "Pergi dari sini, Bu!" usir Agustina dengan suara dingin. Dedi dan Tina menatap ke arah Agustina dengan terkejut. "Nak, tapi...""Pergi dari sini atau kuadukan pada warga bahwa kalian telah melakukan hal yang paling memalukan!" seru Agustina lagi. Dia menatap ke arah ibunya dengan mata berkaca. Tina menoleh ke arah Dedi. Berharap sang menantu membelanya. Namun sayang sekali, bukannya membela Tina, Dedi justru menatap ke arah pintu ruang tamunya, seolah mengisyaratkan dan menyetujui sang mertua untuk pergi dari rumah itu. Tina berdiri perlahan dan meletakan pecahan kaca di meja tamu, lalu menatap ke arah sang anak. "Baiklah, ibu akan pergi dari sini agar kamu memaafkan ibu, meskipun ibu tidak tahu akan pergi kemana," ujar Tina dengan nada putus asa sambil masuk ke dalam kamarnya dan membereskan semua pakaiannya kedalam tas nya. Dedi mendekati Agustina dan berusaha merayunya, tapi

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 A

    "Astaga! Apa- apaan ini, Mas Dedi?! Ibuk!? Jadi begini kelakuan kalian saat aku tidak ada di rumah? B@jing*n kalian!" seru Agustina sambil menutup mata anaknya yang berdiri kebingungan di samping ibunya yang tengah mengumpat. Dedi segera menurunkan Tina dan melangkah mendekat sang istri. "Yang, aku bisa jelasin. Kamu bawa masuk dulu anak kamu ke kamar, dan aku akan menjelaskan nya," ujar Dedi meremas pelan bahu sang istri. Agustina mencebik. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semua sudah jelas. Kamu menjijikkan, Mas. Masa mertua sendiri pun diembat!" omel Agustina. Dia lalu menoleh pada ibunya. "Ibu juga malu - maluin! Bisa - bisanya tertarik dengan mantu sendiri. Ck, kayak enggak ada orang lain saja!" seru Agustina. "Agustina, maafkan ibu. Ibu khilaf, Nak!" ujar Tina sambil mendekat ke arah sang anak. Perempuan itu merentang kan tangannya dan bermaksud memeluk Agustina, tapi anaknya lebih dulu menepis tangan ibunya. "Aku nggak bakal maafin ibu! Ibu sudah mengkhianati dan m

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 44 B

    "Hm, sepertinya buah saja. Buah dalam bentuk parcel yang mewah dan cantik."Paman Dedi menghela napas dan menjeda kalimat nya sejenak. "Oh ya, apa kamu tidak merasakan cemburu dan marah saat adik kamu akan menikah dengan mantan istri kamu? Om sendiri juga tidak menyangka bahwa Randi memilih mantan istri kamu sebagai istri nya. Padahal gadis dan lajang banyak," ujar paman Dedi. Dedi tertawa. "Enggak. Biarlah saja, Paman. Lagi pula saya sudah menikah dengan istri saya yang sekarang," ujar Dedi dengan mata menerawang. Sebenarnya perasaan nya campur aduk.'Seandainya saja aku tidak selingkuh, seandainya saja aku setia dan tidak bekerja sebagai debt collector, mungkin aku masih mempunyai keluarga, bahkan aku masih mempunyai anak. Dan... aku tidak perlu mengidap penyakit sialan ini!' batin Dedi menyesal. Dedi berjalan memasuki rumahnya dengan gontai. Di dalam pikiran nya masih tersisa berjuta tanda tanya, siapa yang menulari nya. Dedi masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu dengan

DMCA.com Protection Status