Semua Bab NGAMAR ATAU BAYAR: Bab 71 - Bab 80

88 Bab

bab 40 A

Teman - temannya mengedikkan bahu. "Ya sudah, aku tidak mau ikut campur kalau ada urusan dengan polisi walaupun itu memakai mobilku ya?! Dan suami kamu kan punya mobil, seharusnya kamu belajar mobil dengan suamimu, Tin. Jangan melibatkan kami dalam bahaya," ujar teman Agustina yang lain, membuat Agustina cemberut. "Astaga! Kalian kok gitu sih?! Kalian kan baru saja kubayarin makan? Kok nggak ada rasa terima kasihnya?" tanya Agustina manyun. Teman - temannya menghela napas panjang. Saling melirik satu sama lain. Sebenarnya mereka malas berteman dengan Agustina yang sok sekali setelah menjadi orang kaya baru, tapi Agustina sangat menempel pada mereka. Jadi sekalian saja mereka memanfaatkan hal itu. "Ya sudah, ini sudah malam, kami harus pulang. Lain kali kita jalan - jalan lagi. Semoga saja tidak ada polisi yang menemukan kita tadi," pamit teman - teman Agustina, dan Agustina hanya mengangguk saja tanpa menanggapi ucapan teman - temannya. 'Ck, apaan sih mereka, bikin malas saja. La
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 40 B

"Jadi kamu harus tahu apa pekerjaan ku selama ini. Aku bukan lah pekerja kantoran seperti yang kubilang padamu sebelum aku mengelola tempat gym kamu, tapi aku adalah gigolo," ujar Dedi dengan menghela napas panjang. Sementara napas Agustina seakan berhenti di tenggorokan. Dia tidak menyangka jika pekerjaan suaminya adalah menjajakan tubuh. Sama seperti dirinya dulu. Agustina menutup mulutnya. Jujur saja dia cemburu pada suami nya walaupun dia juga pernah merasakan dijamah puluhan laki- laki. "Lalu siapa orang itu dan yang sebenarnya ingin kamu katakan?""Orang itu pengacara yang memalsukan tanda tangan dan memenangkan tempat gym kamu. Dan aku juga harus setia padanya. Dia yang memberikan uang banyak padaku, sampai aku bisa membeli rumah ini. Dia tidak mau aku menikah. Dan kita harus berpisah. Aku hanya diberi waktu tiga hari. Dia akan mengurus semuanya tentang perceraian kita. Kalau dalam tiga hari aku tidak pisah ranjang dengan kamu, aku harus mengembalikan uang yang pernah diberi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

bab 41 A

Setelah pintu ruang rawat inap mama Susi terbuka, tampaklah Ratna dan Randi berdiri di depan Susi yang tercengang melihat keduanya. "Kalian...?" desis Susi tidak percaya melihat Ratna dan Randi berdiri di hadapan nya. "Assalamu'alaikum, Sus, boleh kami masuk?" tanya Ratna ramah. Susi menatap ke arah Ratna dan Randi bergantian lalu membuka pintu lebih lebar. "Waalaikumsalam, iya boleh," ujar gadis itu lalu masuk ke dalam ruangan tempat sang mama dirawat. Ratna mendekat ke arah mama Susi yang sedang berbaring di atas ranjang lalu menyalaminya dan diikuti oleh Randi. "Selamat sore, Tante. Semoga lekas sehat ya, saya kakaknya Agung, temannya Susi," sapa Ratna memperkenalkan diri. Mama. Susi tersenyum kaku, dia merasa bingung harus bagaimana merespon Ratna. Karena mama Susi tahu jika Ratna adalah perempuan yang membuat anaknya menangis karena telah merebut lelaki yang dicintai anaknya sejak lama. Tapi di saat yang sama juga mama Susi merasa berterima kasih karena adik Ratnalah yang me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

bab 41 B

"Wah, sudah, sudah, Susi, jangan cubitin calon suami kamu seperti itu. Kasihan, dan kamu makan gih, dari tadi pagi kamu kan belum malan," ujar mama Susi membuat sang anak menghentikan serangan nya. Susi menoleh pada Ratna dan Randi. "Makasih Mbak, atas sate nya. Aku makan dulu ya," ujar Susi tersenyum.Ratna dan Randi pun serempak mengangguk bersamaan. "Makan saja, Sus. Enak banget itu. Sate dari calon kakak ipar kamu," seloroh Ratna sambil tersenyum hangat. ***"Kita pindah ke rumah ini, Mas?" tanya Agustina kecewa saat melihat rumah dengan dua kamar di hadapan nya. Dedi mengangguk lesu."Ya, hanya rumah ini yang bisa ku beli dengan kredit. Jadi rumah yang kemarin, aku oper kredit lalu uangnya untuk mengembalikan uang bonus pada sugar momyku. Sedangkan uang dasar pelayanan yang telah dibayarkan beliau selama ini tidak perlu dikembalikan," ujar Dedi. Agustina menghela napas panjang. "Lalu bagaimana cara kita memanas - manasi mantan istri kamu dan adik kandung kamu? Seperti nya k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

bab 42 A

"Penyebab kafe kita sepi karena ada banyak akun medsos yang menyebutkan kalau seorang indigo melihat adanya perewangan untuk pesugihan warung di kita," ujar salah satu karyawan Randi sambil menunjukkan ponsel nya. "Apa?!" tanya Randi tercengang. Randi memegang ponsel yang diulurkan oleh karyawan kafenya. Tampak foto kafenya yang sedang ramai pembeli dengan beberapa sosok bayangan pocong dalam bentuk asap tipis yang melayang - layang di atas mangkuk para pembelinya, seolah meludahi sajian yang mereka makan. "Gila! Ini fitnah! Siapa yang menyebarkan fitnah keji seperti ini?! Aku sungguh tidak terima!" seru Randi, dia membaca beberapa komen. Tampak akun itu adalah akun palsu yang sudah membagikan postingan yang juga palsu tentang kafenya. "Gila! Siapa ini yang pertama kali memberitakan tentang kafe ku seperti ini?!" gumam Randi. Dia lalu meraih ponselnya dan mencari sendiri tentang akun tersebut. Akun Facebook tersebut tampak baru. Randi lalu berpindah ke akun tiktok dengan nama akun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

bab 42 B

"Apapun akan kulakukan agar tempat mencari rejeki kita menghasilkan, Yang tentu saja dengan cara yang halal. Sekarang, kita cari panti asuhan yang amanah dan TPA yang rajin mengadakan lomba baca tulis Al - Qur'an yuk. Kita juga sosialisasikan hal ini pada para karyawan ya," ujar Randi. Ratna mengangguk lalu melepaskan pelukan nya. "Siap, Bos! Yuk, kita kumpulkan para karyawan sekarang. Sekaligus menanyakan apakah mereka mengetahui tentang panti asuhan atau TPA yang membutuhkan bantuan. Semangat untuk kita!" ujar Ratna penuh semangat. Dia yakin bisa menyelesaikan masalah yang terjadi di kafenya saat ini. ***Belasan anak panti asuhan mengantri dalam menerima nasi kotak yang telah dimasukkan ke dalam kantung plastik putih. Diatas kotak nasi tersebut juga ditambah kotak kue dan amplop yang berisi uang seratus ribu. Ratna menyalami anak - anak panti asuhan itu dan mendoakan banyak kebaikan bagi kafe dan para karyawan serta pemilik kafe. "Terimakasih, Kak, semoga rejeki kakak selalu b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

bab 43 A

"Masuk, Gung," ujar Susi saat melihat Agung yang datang membawa parcel buah kelengkeng. Mata Susi membulat. "Dari mana kamu tahu kalau aku menyukai kelengkeng?" tanya Susi sumringah. "Apa sih yang aku enggak tahu tentang kamu, Sus?" tanya Agung seraya duduk di kursi ruang tamu setelah dipersilahkan oleh Susi. Susi tertawa mendengar jawaban Agung. Gadis itu hampir saja menanggapi ucapan Agung, saat terdengar suara dari arah ruang makan. "Eh, Nak Agung sudah datang," ujar mama Susi. Setelah kontrol beberapa minggu dan melakukan fisioterapi, mama Susi bisa berjalan walaupun masih dengan bantuan kruk. "Selamat malam, Mama," sahut Agung sambil membantu mama Susi untuk duduk di hadapan nya, dia lalu menyalami calon mertua nya dengan takzim. "Selamat malam, wah, repot - repot saja kamu membawakan buah ke sini, Nak Ganteng," ujar mama Susi tersenyum. Agung tampak sumringah. "Tidak repot, Ma. Saya malah senang bisa membawakan atau berbuat sesuatu yang disukai oleh Susi maupun mama," uja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

bab 43 B

"Alhamdulillah memang, Yang. Apalagi setelah kita memberlakukan Jumat berkah melalui media sosial. Banyak yang mau ikutan sedekah berkah tampak lelah, sehingga mereka memesan ke kafe kita dan hanya meminta dokumentasi saja sebagai bukti pada para donatur," sahut Ratna. Randi tersenyum bahagia. "Alhamdulillah ya, akhirnya ada jalan keluar pada setiap masalah kita," ujar Randi. Ratna mengangguk. "Iya, alhamdulillah sekali, Yang.""Hanya satu hal yang belum ada jalan keluar nya nih, Yang," bisik Randi pada Ratna saat kotak nasi yang dibagikannya sudah habis. Ratna mengerutkan kening nya. "Hah, apaan memang nya, Yang?! Setahuku kafe kita sudah tidak mempunyai masalah lagi," sahut Ratna heran. "Hm, bukan masalah kafe sih. Masalah perasaan ku padamu. Aku ingin segera melamar kamu nih. Jadi kapan aku boleh melamar kamu secara resmi pada bunda nih?" tanya Randi seraya tersenyum. Ratna tersipu. "Seminggu lagi ya. Malam minggu jam 7 malam," ujar Ratna lirih. Tapi cukup terdengar oleh Rand
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

bab 44 A

[Yang, sedang apa nih hujan - hujan begini?] Ratna yang sedang menikmati waktu liburnya dari kafe gaul, menatap ponselnya dan membaca pesan WA dari Randi dengan tersenyum. Lalu mengetik balasan dengan cepat. [Sedang melihat hujan, Yang. Kamu sendiri sedang apa?]Tidak ada balasan dari Randi. Tapi lelaki itu langsung menelepon Ratna. "Halo, assalamu'alaikum," sapa Ratna sambil duduk di dekat jendela, memperhatikan hujan yang menderas. "Waalaikumsalam, aku sedang kangen kamu, Yang. Pengen banget segera menikah dengan kamu," bisik Randi syahdu. Ratna tertawa. "Kan setelah ini kita lamaran. Kurang sedikit lagi, lusa kan?""Iya, kamu benar. Dan kuharap keluarga kamu setuju jika jarak menikah dengan lamaran sebulan saja," sahut Randi. "Insyallah setuju kok, Yang. Kamu sudah makan belum nih?!" tanya Ratna. "Aku nggak laper. Aku selalu merasa kalau melihat wajah kamu, aku bisa kenyang, Yang," sahut Randi. "Hm, enak dong kalau nanti aku menikah dengan kamu. Aku bisa hemat beras dan lau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

bab 44 B

"Hm, sepertinya buah saja. Buah dalam bentuk parcel yang mewah dan cantik."Paman Dedi menghela napas dan menjeda kalimat nya sejenak. "Oh ya, apa kamu tidak merasakan cemburu dan marah saat adik kamu akan menikah dengan mantan istri kamu? Om sendiri juga tidak menyangka bahwa Randi memilih mantan istri kamu sebagai istri nya. Padahal gadis dan lajang banyak," ujar paman Dedi. Dedi tertawa. "Enggak. Biarlah saja, Paman. Lagi pula saya sudah menikah dengan istri saya yang sekarang," ujar Dedi dengan mata menerawang. Sebenarnya perasaan nya campur aduk.'Seandainya saja aku tidak selingkuh, seandainya saja aku setia dan tidak bekerja sebagai debt collector, mungkin aku masih mempunyai keluarga, bahkan aku masih mempunyai anak. Dan... aku tidak perlu mengidap penyakit sialan ini!' batin Dedi menyesal. Dedi berjalan memasuki rumahnya dengan gontai. Di dalam pikiran nya masih tersisa berjuta tanda tanya, siapa yang menulari nya. Dedi masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status