Home / Romansa / Godaan Hasrat Pria Misterius / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Godaan Hasrat Pria Misterius: Chapter 71 - Chapter 80

190 Chapters

Bab 71 – Interrogation III 

“Alright, kalau begitu apa kau memiliki niat untuk menikahi Camelia?”Ruangan itu seketika menjadi hening dan membisu. Pertanyaan William sukses membuat Camelia terkejut. Gadis itu bahkan sampai melebarkan mata dan bibirnya kala William membahas tentang pernikahan. Sedangkan Dominic diam seribu bahasa. Raut wajah Dominic tenang dan terselimuti ketegasan serta rasa kesal di sana. “Menikah bukan soal yang mudah. Aku sudah berkali-kali mengatakan ini padamu. Aku tahu keputusan apa yang harus aku ambil.” Dominic membalas ucapan ayahnya. Nadanya menekankan, tegas, dan seakan meminta sang ayah untuk tak terus menerus membahas tentang pernikahan. Dominic memiliki alasan sendiri, kenapa masih belum mau menikah. “Menikah adalah hal yang mudah, jika kau memang ingin menikah. Kecuali kau tidak mau terikat pada hubungan.” William menatap dingin Dominic. Sorot matanya menuntut dan penuh peringatan. Ya, ayah dan anak itu kini saling melemparkan tatapan tajam. Aura wajah yang memiliki sifat domin
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 72 – Desire

“Dominic?” Camelia tersenyum melihat Dominic masuk ke dalam kamar. Tatapan gadis itu menghangat, menatap penuh kasih sayang. Camelia hendak mendekat, namun Dominic sudah lebih dulu mendekat padanya, dan memberikan pelukan pada gadis itu. Hening. Suasana kamar menjadi hening kala Dominic memeluk Camelia. Dua insan itu belum mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya pelukan yang menjadi simbol melepaskan hal-hal yang mengusik pikiran mereka berdua. Dominic menarik tangan Camelia, lalu pria itu segera duduk di ranjang seraya memangku tubuh Camelia. Pun tentu Camelia sama sekali tidak membantah. Camelia begitu patuh dikala Dominic memindahkan tubuhnya ke pangkuan pria itu. “Dominic, ayahmu sudah pulang?” tanya Camelia seraya membelai rahang Dominic. “Sudah.” Dominic mengecup bibir Camelia. “Maaf, tadi ayahku mengajukan pertanyaan konyol padamu.” Domonic melanjutkan ucapannya seraya membelai pipi Camelia. “Tidak apa-apa. Aku mengerti, Dominic. Sebagai seorang ayah, pasti ayahmu ingin kau m
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 73 – Desire II 

Aroma mushroom soup menyeruak ke indra penciuman, dan sukses membuat Camelia yang terlelap langsung terbangun. Mata Camelia mengerjap beberapa kali. Tepat ketika gadis itu sudah membuka mata—object yang pertama kali dia tangkap adalah Dominic duduk di hadapannya. Senyuman di wajah Camelia pun terlukis, menatap Dominic hangat. “Morning.” Dominic mengecup bibir Camelia. “Morning.” Camelia bangun sambil memegang selimut, menutupi dadanya. Tubuh gadis itu polos tanpa sehelai benang pun. Hanya selimut tebal yang menutupi tubuh indah Camelia. “Tadi pelayan mengantarkan mushroom soup.” Dominic mengarahkan sendok yang berisikan mushroom soup ke mulut Camelia. “Buka mulutmu.” Lalu, dengan patuh, Camelia membuka mulutnya, dan menerima suapan dari Dominic. “Maaf aku terlambat bangun,” ucap Camelia pelan kala menerima suapan dari Dominic. “Tidak usah minta maaf.” Dominic menyeka sudut bibir Camelia yang terkena mushroom soup. “Aku tahu kau pasti lelah.” Pipi Camelia merona malu. Ingatan Cam
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 74 – Uncle Duties

Hari-hari Camelia diwarnai dengan begitu indah, layaknya seorang gadis yang telah menemukan belahan jiwanya. Camelia tak pernah merasakan kebahagiaan seperti sekarang ini. Rasa hampa dan kosong dalam diri Camelia telah terisi. Seperti kertas putih polos yang telah dilukiskan gambar yang indah. Jatuh cinta pada pria yang menyanderanya adalah hal yang tak pernah Camelia bayangkan. Dulu, Camelia selalu ketakutan setiap kali berada di sisi Dominic, tapi sekarang semua berbeda. Rasa takut dalam diri Camelia berubah, menjadi rasa nyaman, tenang, damai, dan penuh cinta. Bahkan, sekarang Camelia tak pernah bisa jauh dari Dominic. Hati Camelia telah terjebak dan terperangkap oleh penjara yang Dominic ciptakan. Penjara yang awalnya Camelia pikir akan penuh dengan penderitaan, tapi ternyata penjara itu penuh akan warna kebahagiaan. Andai saja, Dominic tidak ada di hidup Camelia, maka Camelia tak pernah tahu seperti apa hidupnya berakhir. “Camelia, kenapa kau senyum-senyum sendiri?” Hedy melan
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 75 – New Problems

“Camelia? Kau kenapa sendirian? Di mana Tuan Dominic?” Hedy yang baru saja selesai membersihkan ruang tengah, sedikit terkejut melihat Camelia sendirian. Padahal tadi Hedy melihat Camelia sedang bersama dengan Dominic. Camelia menatap Hedy yang ada di hadapannya. “Dominic sedang menyusul Shawn dan Oliver. Tadi Eldon datang, melaporkan pada Dominic kalau Shawn dan Oliver berkelahi.” “Tuan Muda Shawn dan Tuan Muda Oliver berkelahi?” Kening Hedy mengerut dalam, menatap bingung Camelia. “Memangnya Tuan Muda Shawn dan Tuan Muda Oliver belum kembali ke negara mereka?” tanyanya yang kian tak mengerti. “Hm, apa Shawn dan Oliver tinggal di negara yang terpisah?” Camelia balik bertanya. “Dulu, bukankah aku pernah menceritakan padamu kalau ketiga kakak Tuan Dominic, dan orang tua Dominic tiggal di negara yang terpisah?” ujar Hedy berusaha mengingatkan. Camelia terdiam sebentar kala mendengar ucapan Hedy. Camelia berusaha menggali ingatannya. Lalu, tak selang lama, gadis itu mengingat obrola
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 76 – Toughest Enemy

Sudah dua puluh menit lamanya, Shawn dan Oliver berdiri akibat hukuman dari Dominic. Dua bocah laki-laki itu nampak tak bergeming sama sekali dari tempat mereka. Seharusnya, Shawn sudah tak lagi menjalani hukuman, karena Dominic menghukum Shawn hanya berdiri selama dua puluh menit saja. Akan tetapi, nampaknya Shawn masih tak mau duduk. Mungkin Shawn menemani Oliver yang dihukum selama tiga puluh menit berdiri. Kini Shawn tidak lagi menyalahkan Oliver. Pasalnya, Oliver sudah mendapatkan hukuman dari Dominic. Itu yang membuat Shawn tak mau lagi mengungkit-ungkit kejadian tadi.“Shawn … Oliver …” Camelia melangkah menghampiri Shawn dan Oliver, sambil membawakan dua piring yang berisikan pasta carbonara dan juga salmon panggang. Tadi dikala Shawn dan Oliver tengah menjalani hukuman, Camelia membuatkan makanan untuk Shawn dan Oliver. Camelia yakin pasti Shawn dan Oliver lapar. “Ya, Bibi?” Shawn dan Oliver menjawab sapaan Camelia. Camelia tersenyum. “Ayo duduk. Aku membuatkan makanan unt
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 77 – Telling the Truth

“William, apa yang kau pikirkan?” Marsha melangkah menghampiri sang suami yang berdiri di balkon kamar. Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu, memberikan cangkir yang berisikan teh pada sang suami. Sebelum masuk ke dalam kamar, Marsha sengaja membuatkan secangkir teh hangat untuk suami tercinta. “Terima kasih.” William menerima cangkir yang berisikan teh hangat itu, dan meminumnya perlahan. “Aku memikirkan tentang putramu yang selalu membuat masalah.” William melanjutkan ucapannya. Nada bicara pria paruh baya itu dingin dan tersirat menahan kesal. “Putraku?” Kening Marsha mengerut dalam. Detik itu juga otak Marsha langsung bekerja. “Maksudmu Dominic?” tanyanya yang memiliki dugaan kuat, yang di maksud oleh William adalah Dominic. “Siapa lagi yang sering membuat masalah?” William membalikan ucapan Marsha. “Ck! Jadi sekarang kau mengakui kalau Dominic hanya anakku? Bukan lagi anakmu?” Marsha mendelik tajam, menatap kesal William. Jika biasanya, William marah kalau dirinya h
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 78 – Marsha’s Punishment

Dominic dan Camelia melangkah masuk ke dalam ruangan di mana William dan Marsha berada. Terlihat tatapan William dan Marsha menatap Dominic dan Camelia begitu lekat. Tatapan yang tersirat jelas bahwa mereka sedang mengintrogasi. Jika biasanya Marsha langsung mencium dan memeluk Dominic, setiap kali melihat Dominic, kali ini Marsha menunjukan sikap yang berbeda. Marsha hanya menatap dingin putranya itu. Bagaimana pun, Marsha kecewa karena putranya telah berbohong. “Paman … Bibi …” Camelia menyapa penuh sopan pada William dan Marsha. “Kau masih memanggilku dan suamiku dengan sebutan itu? Bukankah aku sudah memintamu untuk memanggilku dan suamiku dengan sebutan Mommy dan Daddy?” Marsha membalikan sapaan Camelia, dengan perkataan yang tegas. Camelia menggigit bibir bawahnya pelan. “M-maafkan aku, Bi … maksudku, Mommy.” Buru-buru, Camelia meralat panggilannya. Memang, Camelia ingat perkataan Marsha tempo hari yang meminta dirinya memanggil Marsha dan William dengan sebutan Mommy dan
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 79 – Between Stupid and Innocent

Marsha membawa Camelia ke kamar tamu di mansion Dominic. Tampak jelas raut wajah wanita paruh baya itu memendung rasa kesal mendalam. Marsha tak menyangka putra bungsunya benar-benar mengambil kesempatan akan sifat polos Camelia. Sungguh, mengingat itu semua membuat Marsha semakin emosi dan kesal pada putra bungsunya itu. “Mom, kenapa Mommy membawaku ke sini?” tanya Camelia polos dan penuh sopan, kala dirinya dan Marsha sudah duduk di ranjang. Marsha menghela napas dalam. “Ada hal yang harus Mommy bicarakan padamu, Camelia.” “Apa itu, Mom?” Manik mata abu-abu Camelia, menatap hangat Marsha. “Camelia, sudah berapa kali kau memiliki kekasih?” tanya Marsha ingin tahu kehidupan pribadi Camelia. “Hanya Dominic saja, Mom. Aku tidak pernah dekat dengan pria mana pun. Sejak dulu aku homeschooling. Aku juga tidak memiliki banyak teman,” jawab Camelia pelan. Marsha terdiam sebentar mendengar jawaban Camelia. Sekarang Marsha paham kenapa Camelia benar-benar polos. Ternyata memang ruang lin
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 80 – Love You Unconditionally

“Akh—” Camelia meringis kala Dominic memberikan tanda merah di dadanya. Pria itu mengisap puncak dada Camelia, layaknya bayi yang kelaparan. Pun tanda merah yang diberikan Dominic tak hanya satu, melainkan sangat banyak. Dada Camelia sudah penuh akibat kissmark yang Dominic ciptakan. Rasa perih, geli, nikmat semua melebur menjadi satu. “Dominic, pelan. Sakit—” Camelia meremas pelan rambut Dominic. Kepala pria itu tengah berada di dadanya. Beberapa kali Camelia merintih kesakitan, tapi tetap Dominic tak mau melepaskan. Bahkan ujung puncak dada Camelia sampai digigiti oleh Dominic. “Akh, Dominic—” Dada Camelia membusung. Matanya terpejam, menahan rasa perih. Lalu, perlahan, kuluman yang Dominic ciptakan mulai melembut. Ringisan perih itu tergantikan dengan desahan nikmat. Dominic melepaskan kuluman itu. Lantas, mensejajarkan wajahnya di wajah Camelia. “Masih ingin memberitahu orang lain tentang aku yang tak ingin memakai pengaman, hm?” bisiknya di depan bibir Camelia. Camelia mengge
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more
PREV
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status