Home / Romansa / Godaan Hasrat Pria Misterius / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Godaan Hasrat Pria Misterius: Chapter 51 - Chapter 60

190 Chapters

Bab 51 – Like a Lion on a Rampage

Tubuh Dominic membeku. Sepasang iris mata cokelat gelapnya berkilat memancarkan kobaran api amarah. Aura kekejaman dan bengis Dominic terlihat menyeramkan. Gigi gerahamnya mengencang, menunjukan rahang yang mengetat. Kemarahan dan emosi menyelimuti pria itu seakan ingin meledakan seluruh isi ruangan. Napas Dominic sedikit memburu. Laporan Eldon layaknya membangkitkan singa yang tidur. “Jangan main-main dengan ucapanmu, Eldon,” desis Dominic tajam. Eldon menundukan kepala kala sudah melihat amarah di wajah Dominic. “Tuan, kita memiliki anak buah yang sangat kompeten dalam mengidentifikasi zat-zat yang terkandung dalam makanan dan minuman. Racun di makanan dan minuman sudah sering kita temui ketika musuh berusaha menjebak kita. Jujur, saya sendiri terkejut dengan laporan yang saya terima. Tapi kenyataannya memang seperti itu, Tuan. Cake yang dibuat Nona Camelia mengandung racun yang tidak berbau dan tidak berwarna. Racun itu tidak memiliki penawar. Orang yang sampai memakan racun itu,
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 52 – He’s a Cruel Man

Dominic menegak vodka di tangannya hingga tandas. Raut wajahnya menunjukan jelas kemarahan yang tak terkendali. Sejak tadi umpatan lolos di bibir Dominic. Pria itu mencengkram kuat gelasnya, nyaris menghancurkan. Sorot mata tajam, menusuk, layaknya singa yang baru saja menuntaskan emosinya. “Sialan!” Tangan Dominic mengepal begitu kuat, memukul keras meja. Dominic tak pernah menyangka kalau Camelia berani ingin membunuhnya. Gadis itu rupanya menuruti keinginan ayahnya yang ingin melenyapkannya. Mengingat itu semua membuat amarah dalam diri Dominic seakan semakin membakar dirinya. “Tuan.” Eldon mendekat pada Dominic yang tampak begitu kacau. Malam ini Dominic menghabiskan waktunya minum alkohol di ruang kerja pribadinya yang ada di klub malam milik pria itu. “Ada apa kau ke sini?” Dominic menatap dingin dan tajam Eldon yang ada di hadapannya. Eldon menundukan kepala. “Tuan, saya tahu Anda pasti marah pada Nona Camelia. Tapi menurut saya, Anda harus lebih bijak menyikapi ini semua.
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 53 – Dominic’s Threat

Dominic mengisap rokok dengan kuat, mengembuskan asap ke udara. Pria itu berdiri di balkon kamar dengan sorot tatapan tajam ke depan. Dua botol wine di depannya sudah habis ditegaknya. Raut wajahnya menunjukan emosi tapi bercampur dengan frustrasi. Sudah satu jam lamanya, Dominic mengunci Camelia di gudang, harusnya dia puas menghukum gadis itu. Akan tetapi, alih-alih puas malah Dominic terus terngiang-ngiang akan bayang-bayang Camelia. Terlebih terakhir kali Camelia merintih kesakitan dan memohon ampun padanya. “Shit!” Dominic memejamkan mata singkat. Yang membuat emosinya semakin menyulut adalah dirinya memikirkan Camelia. Ini pertama kalinya Dominic memikirkan orang yang telah mengkhianatinya. Sejak dulu, Dominic tak pernah mengenal kata ampun pada orang yang telah berani mengkhianatinya. Tapi sekarang semua berbeda. Dominic seakan berat atas hukuman yang telah dia berikan pada Camelia. Dominic menepis pikirannya. Berusaha tak memikirkan gadis itu lagi. Apa yang telah dirinya pu
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 54 – A Plan

Camelia meringkuk lemah di dalam pelukan Dominic. Baru saja gadis itu mendapatkan suntikan Vit C dari dokter, guna meningkatkan daya tahan tubuh. Selang infus sudah sejak tadi tak lagi terpasang. Hanya saja, Camelia masih merasa sedikit perih akibat suntikan. Memang Camelia sangat takut pada suntikan. Dan hanya pelukan Dominic yang bisa membuat Camelia tenang. Seperti saat ini. “Mulai sekarang, kau harus makan lebih banyak. Tubuhmu terlalu kurus. Kau seperti orang yang tidak diberikan makan saja,” ucap Dominic dingin, dan penuh ketegasan. Camelia mengangguk dari dalam pelukan Dominic. Tangan lentik dan halus Camelia, melingkar di pinggang Dominic erat. “Iya, aku akan makan banyak,” jawabnya patuh. Dominic menarik dagu Camelia, menatap dalam manik mata abu-abu Camelia. “Jangan ulangi kesalahanmu. Aku tidak akan pernah memaafkanmu, jika sampai kau berani mengulanginya.” Nada bicara Dominic rendah, dan penuh ancaman.Camelia menggigit bibir bawahnya. Tatapan Camelia, menatap Dominic
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 55 – A Plan II 

Kondisi kesehatan Camelia berangsur-angsur membaik. Dokter masih kerap datang memeriksa keadaan Camelia. Tak hanya itu saja, tapi dokter juga mengatur makanan apa saja yang baik dikonsumsi oleh Camelia. Sedangkan Camelia, tentu tidak bisa melakukan apa pun selain patuh. Meski kondisi kesehatan Camelia sudah membaik, tetap saja ada yang membuat mengganjal hati Camelia, yaitu larangan berbicara dengan ayahnya. Hingga detik ini, Camelia tetap merasakan keresahan yang selalu dia tutupi. Tak menampik, Camelia tak bisa putus hubungan dengan ayahnya. Bagaimanapun, Camelia menyayangi ayahnya yang selalu menjaganya sejak kecil. Akan tetapi, semua rumit karena Dominic membenci ayahnya. Camelia bagaikan berada di dua pilihan jalan. Jalan yang sama-sama menampilkan kegelapan, dan tak bisa diprediksi apa isi dari jalanan tersebut. Itu yang sekarang Camelia rasakan. Dilema telah melingkupinya. Yang Camelia tahu, dirinya sangat mencintai Dominic, tapi juga menghargai ayahnya. “Camelia.” Dominic
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 56 – Dominic’s Suspicion

Dominic mengetuk meja kerjanya menggunakan telunjuk kiri. Tangan kanan pria itu menyesap vodka, dan menatap lurus ke depan. Aura wajah dingin Dominic terlukis. Sorot mata tajam pria itu menyimbolkan kekejaman. Di hadapan Dominic ada Eldon—asistennya. Baru saja Eldon mengabarkan padanya, bahwa ada mata-mata yang hendak menyusup dikala Dominic dan Camelia berada di hutan. Hanya saja penyusup itu tak bisa masuk ke dalam hutan, karena akses di hutan banyak ranjau dan juga banyak pengawal. “Apa di CCTV area hutan, tertangkap wajah penyusup itu?” tanya Dominic dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. “Tidak, Tuan. Dia memakai topeng, tapi saya yakin kalau pasti itu adalah anak buah Burke Moore. Karena tak banyak orang tahu tentang hutan yang Anda dan Nona Camelia,” ujar Eldon memberitahu. Dominic meletakan gelas yang berisikan vodka ke meja. “Berikan aku rekaman CCTV itu. Aku ingin melihatnya langsung.” Eldon menurut. Dia segera mengambil ponselnya dari balik jasnya, memutar rekaman CCT
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 57 – Executing the Plan

“Dominic, kenapa kau ingin kita makan malam di kamar? Kenapa tidak di ruang makan saja?”Camelia bertanya seraya menikmati makan malam, bersama dengan Dominic. Mereka tengah makan malam di kamar. Ini yang membuat Camelia bingung. Sangat jarang, Dominic mengajaknya makan di kamar. Apalagi tadi pun, Dominic tidak terlalu pulang terlambat. “Aku sedang ingin makan di kamar,” jawab Dominic dingin dan datar. Nampak jelas ada hal yang Dominic tutupi, tapi Camelia sama sekali tak curiga. Camelia menganggukan kepalanya. “Oh, ya, Dominic. Tadi kau menggunakan bahasa apa?” tanyanya ingin tahu, sekaligus penasaran.“Russia,” jawab Dominic lagi singkat. “Menggunakan bahasa Russia? Kau bisa bahasa Russia? Hebat sekali!” Mata Camelia melebar memuji Dominic. Camelia tak mengira kalau Dominic mampu menguasai bahasa Russia. Dominic hanya diam dan tetap memasang wajah dingin dan datar, kala Camelia memujinya. Sejak dulu, Dominic tak pernah haus akan pujian. Jika ada orang yang memujinya, maka Domini
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 58 – Executing the Plan II

Mata Camelia mengerjap beberapa kali, kala gadis itu terbangun di tengah malam. Camelia menyeka matanya pelan menggunakan punggung tangannya, object pertama yang Camelia lihat saat dirinya membuka mata adalah Dominic—tengah berkutat pada ponsel di tangan pria itu. Tampak, kening Camelia mengerut, padahal Camelia pikir Dominic sudah tertidur pulas. “Dominic, kenapa kau belum tidur?” tanya Camelia pelan, dengan suara khas seperti baru bangun tidur. Mendengar suara Camelia, membuat Dominic mengalihkan pandangannya, menatap Camelia. Dominic meletakan ponselnya, ke atas nakas. Lalu pria itu membelai lembut pipi Camelia. “Aku belum mengantuk. Kenapa kau malah bangun? Ini masih malam.” Camelia membenamkan wajahnya di dada Dominic. “Aku tidak tahu kenapa bangun di tengah malam. Sepertinya, aku diminta untuk menemanimu.” Dominic tersenyum samar. Dominic, membawa tangannya mengusap punggung tangan Camelia. “Ada sesuatu hal yang ingin aku katakan padamu.” “Ada apa?” Camelia mendongakan kep
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 59 – Executing the Plan III

Dominic menyesap wine di tangannya. Tatapannya menatap dingin dan tajam sekumpulan penyusup di hadapannya. Dominic masih bergeming di tempatnya. Belum lagi berkata apa pun. Dominic nampak sangat santai. Seolah pria tak berada di dalam bahaya. Dominic memang tak akan pernah mudah terpancing emosi, jika dirinya tengah dalam keadaan segenting apa pun. Dominic cukup hebat dalam pengendalian emosi. Menghadapi sekumpulan orang menyerangnya, tidak akan pernah membuat dirinya takut sedikit pun. Bagi Dominic, dia tak akan mudah terkalahkan. “Lebih baik kau menyerah, Tuan Geovan. Sebagian anak buahmu sudah kami lumpuhkan. Dan sisanya pasti mereka akan kalah.” Salah satu pria yang merupakan pemimpin kelompok, menatap Dominic tajam. Berkata merendahkan Dominic. Seakan Dominic tak bisa berkutik lagi. “Well, kau yakin semua anak buahku sudah berhasil kalian lumpuhkan?” Dominic menggerakan gelasnya santai. Lalu melanjutkan dengan senyuman sinis di wajahnya. “Aku rasa kalian salah. Sekalipun, anak
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 60 – Executing the Plan IV

Brakkk Tubuh Eldon terpental dan membentur dinding. Darah di bibir dan hidung Eldon keluar kala dirinya tengah melawan Burke. Eldon menekan dadanya, menahan rasa sakit. Wajah Eldon sudah penuh babak belur akibat perkelahiannya dengan Burke. Di hadapan Eldon ada sisa para pengawal yang berhasil lolos dari jebakan. Hanya saja, para pengawal tak bisa membantu Eldon karena mereka melawan anak buah Burke yang jumlahnya cukup banyak. Eldon menyeka darah yang keluar dari bibir dan hidungnya. Perlahan, Eldon bangkit berdiri, melayangkan tatapan dingin dan tajam pada Burke. Tak hanya Eldon saja yang sudah babak belur, tapi Burke juga sudah babak belur. Hanya saja, luka di wajah Burke tak separah luka di wajah Eldon. Untuk gerakan perkelahian memang Burke sangat cepat. Dan Eldon mengakui akan hal itu. “Masih ingin melawanku, Eldon? Aku yakin bossmu pasti sudah mati. Aku sudah mengirim anak buah terbaikku,” ucap Burke dengan senyuman sinis di wajahnya. “Kau memang tidak tahu diri, Burke! Ka
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more
PREV
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status