All Chapters of Suami Giveaway dari Kembaran Ku : Chapter 31 - Chapter 40

44 Chapters

Malam Puncak dan Sedikit Gangguan

Setelah sedikit panik dan mencoba mengeringkan gaun dengan bantuan Giselle dan Ririn, aku akhirnya memutuskan untuk tetap tampil meski gaunku belum sepenuhnya kering dan noda kemerahan akibat minuman yang tumpah semakin menyebar.“Nggak apa-apa, yang penting nyanyi dari hati. Penonton nggak akan peduli soal baju kalau penampilan kita bagus,” ucap Giselle dengan senyum menyemangati.“Nggak terlalu keliatan basah, kok. Aman udah!” imbuh Ririn.Aku mengangguk, mencoba meyakinkan diriku. Kevin sudah menunggu di belakang panggung dengan gitar di tangannya. Saat dia melihatku datang, dia sempat terdiam, menatap noda samar di gaunku. “Apa itu kena minuman soda?” tebak Kevin saat melihat warna merah yang hampir memudar di gaunku. “Heheh... iya Vin. Aku ceroboh tadi. Maaf ya!” ujarku merasa bersalah.Tanpa aku duga, Kevin pergi meninggalkanku. Saat ku pikir dia marah karena gaun itu telah ternoda, Kevin kembali dengan membawa sekaleng soda warna merah. Dia membukanya dan menyiramkan sedikit
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Kediaman Utama Bimantara

Pagi itu, aku bangun dengan tubuh yang masih letih karena acara puncak HUT semalam. Karena hari Minggu, aku ingin bermalas-malasan sedikit di tempat tidur. Namun ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku.“Keyra, kamu sudah bangun?” Suara Tante Sandra terdengar dari luar. Aku ingin sekali tak menjawab agar Tante Sandra mengira aku masih terlelap. Namun sadar bukan di rumah sendiri, aku buru-buru turun dan membuka pintu untuk Tante Sandra. “Udah kok, Ma!” jawabku ketika pintu sudah terbuka. “Bagus! Cepat mandi dan segera turun, ya!” kata Tante Sandra.Aku ingin bertanya namun Tante Sandra sudah berpindah ke kamar depan, kamar Abizar untuk membangunkan pemuda itu. Aku mengurungkan niatku, dan memilih untuk mandi saja.Selesai berganti baju, aku segera turun. Ternyata semua orang sudah menungguku. Tampilan mereka sangat rapi seolah ingin pergi keluar. ‘Apa kita akan sarapan di luar?’ batinku.Sekarang aku merasa salah kostum sendiri lantaran hanya menggunakan baju santai yang biasa k
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Penolakan Untuk Berbicara

Melihat seorang Nenek yang kesulitan, nuraniku bergerak ingin membantu. Akan tetapi, aku melupakan tempat ku berada saat ini di kediaman utama Bimantara. Aku buru-buru turun karena para tamu lain sudah berkumpul sambil melontarkan cibiran untukku.“Nenek, ini buahnya,” kataku sambil memberikan buah itu.Wanita tua itu tersenyum lembut. “Terima kasih, Nak. Tidak banyak yang berani melakukan hal seperti ini untukku.”Seorang tamu mencoba menegurku lagi, tetapi wanita itu mengangkat tangannya. “Cukup!”Semua orang langsung terdiam. Aku terpana karena tak menyangka hanya dengan satu kata dari Nenek bisa membuat semua tamu terdiam.“Pohon ini memang ditanam oleh suamiku, tapi untuk memberikan kebahagiaan, bukan untuk menjadi monumen yang hanya dilihat tanpa arti. Jika kalian merasa tindakan menantu saya ini tidak pantas, maka kalian harus mengingat lagi apa arti keluarga,” tegas Nenek.Aku menutup mulutku tak percaya. Baru kusadari bahwa wanita ini adalah Nyonya Utama Bimantara alias Nenek
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Singgungan Masalah Proposal Ayah

Acara di kediaman utama Bimantara telah selesai 2 jam yang lalu. Namun aku dan anggota Bimantara lainnya masih menetap di sana. Bahkan Ayah dan Keyla juga belum pergi. Mereka masih berkumpul sambil berbincang-bincang di meja bundar besar.Hanya Nenek dan Kak Rangga yang tidak ada, entah mereka pergi kemana. Aku yang juga belum bisa pulang mengikuti Tante Sandra yang duduk di dekat Keyla.“Bagaimana dengan proyek kita, Wira?” tanya Om Rudi.“Sudah mulai berjalan, Rud. Tetapi aku masih berat dalam biaya karena banyak bahan-bahan baru yang ditambahkan,” balas Ayah sembari melirik sinis ke arahku.Tubuhku langsung meremang saat teringat proposal bisnis dari Ayah yang sudah ku perbaiki bersama Abizar. Sepertinya Ayah masih tidak senang dengan perjanjian yang disetujui Kak Rangga. “Bukankah kamu sudah priksa bersama Rangga? Mengapa kamu sampai sekarang masih keberatan dengan persetujuan finalnya?” tanya Om Rudi yang bingung dengan keluhan Ayah.Tubuhku semakin tegang mendengar percakapan i
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Sepertinya Bukan Aku

_"Tadi aku mendengar sedikit percakapan di meja makan. Tentang proyek keluargamu dan revisi proposal itu,” ujar Nenek.Tubuhku menegang. Pikiranku mulai bergerak liar memikirkan jawaban untuk pertanyaan Nenek nanti._Aku menggigit bibir bawahku karena masih was-was menunggu Nenek melanjutkan ucapannya. Raut wajah Nenek melunak saat menatapku. Dia menangkup pipiku dan mengusapnya perlahan."Menurutku, kau sudah melakukan yang terbaik. Dan keputusan Rangga sudah final. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku," katanya sambil melirik sekilas ke arah Kak Rangga. "Kenapa aku merasa proyek ini membawa lebih banyak ketegangan daripada manfaat?" lanjut Nenek.Aku bingung dengan arah pembicaraan ini, tetapi Kak Rangga akhirnya angkat bicara. "Proyek ini, Nek, memang besar. Tapi masalahnya bukan pada proposal atau kesepakatannya. Masalahnya adalah ego yang terlalu besar dari beberapa pihak yang terlibat,” kata Kak Rangga.Aku menunduk sedikit, merasa tidak nyaman. Kak Rangga yang di se
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Ada Penyusup!

Ada suara pecahan dari lantai dua yang membuat kami bergegas untuk memeriksa ke sana. Kami mengikuti Kak Rangga dan pelayan menuju ruang penyimpanan, yang terletak di beberapa ruangan di lantai dua. Aku tidak tahu apa gunanya ruang penyimpanan sebanyak itu. Apa mereka tidak pusing saat ingin mencari sesuatu.“Ruangan ini yang terkunci, Tuan! Tadi saya sementara membereskan pajangan koleksi Nyonya Besar di ruang sebelah. Tetapi saya mendengar suara dari dalam ruangan ini, saat saya ingin memeriksa, ternyata pintunya terkunci dari dalam,” ujar pelayan itu.Wajah Kak Rangga mengeras. Dia langsung menggedor pintu itu tanpa perasaan."Apa ada orang di dalam?" tanya Kak Rangga, suaranya dingin dan tajam. Tidak ada jawaban.Kami juga tidak mendengar suara apa pun dari dalam sana. Apa mungkin kami hanya salah mengira saja?“Za, ruang itu tempat apa?” tanyaku penasaran."Ini tempat penyimpanan dokumen berharga keluarga," bisik Abizar di telingaku. "Tidak sembarang orang bisa masuk ke sini. Pin
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Perjalanan Pulang

Aku merasa seluruh tubuhku begitu lelah. Seharian berada di pesta Nenek Bimantara sungguh menguras energi. Apalagi ada kejadian menegangkan saat penyusup membobol ruang penyimpanan. Aku hanya berharap Keluarga Suamiku tidak lagi membahas kejadian malam ini. Dengan langkah letih aku memasuki mobil. Ternyata Kak Rangga ikut bergabung di mobil kami. Dia duduk di sebelah Abizar, sehingga posisi kami menjadi Abizar-Kak Rangga-Aku. Kami masih harus menunggu Om Rudi dan Tante Sanda yang masih sedikit berbincang dengan Ayah.Aku menahan agar tak menguap lebar saat kantuk mulai menyerang. Kakak Adik di sebelahku juga hanya saling diam, membuat suasana semakin membosankan. Lantaran tidak ingin tenggelam dalam kebosanan, aku mulai bersuara.“Kak Rangga nggak bawa mobil?” tanyaku penasaran, karena Kak Rangga datang ke pesta ini setelah pulang dari kota lain. Mana mungkin tidak bawa mobil sendiri, pikirku.“Ada!” balas Kak Rangga sesuai dengan tebakanku. “Tapi Kakak malas bawa mobil sendiri. Ma
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Jarak Yang Kian Melebar

Pagi itu, aku terbangun lebih awal dari biasanya. Matahari bahkan belum sepenuhnya muncul di ufuk timur, tapi aku sudah siap dengan seragam sekolahku. Aku melirik jam dinding dan menghela napas lega. Ada cukup waktu untuk pergi sebelum sarapan dimulai.Aku menarik laci meja belajarku. Ada sebuah benda yang harus ku bawa ke sekolah. Hari ini, aku akan menyelesaikan masalah yang membuatku terjebak dalam situasi tidak jelas ini.Tas ranselku sudah kugantungkan di bahu saat aku melangkah keluar kamar dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara. Namun, baru saja aku sampai di ruang tengah, suara Tante Sandra menghentikanku.“Keyra, kenapa sudah mau berangkat sepagi ini? Sarapan dulu, Nak,” katanya dengan senyum hangat.Aku berbalik dengan senyum kaku, berusaha terlihat tenang. “Maaf, Ma. Kelasku hari ini bertugas untuk Upacara. Sedangkan, beberapa hari minggu kemarin kami sibuk dengan kegiatan. Makanya kami harus latihan pagi ini. Maaf ya, Ma. Aku nggak bisa ikut sarapan,” jelasku a
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Mencari Pekerjaan Paruh waktu

Sepulang sekolah, aku berencana tidak langsung pulang ke rumah. Aku mengabari Tante Sandra bahwa kau harus kerja kelompok di rumah teman.Itu alasan yang ku susun agar aku punya waktu untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Aku butuh langkah nyata untuk melepaskan diriku dari semua keterikatan di kediaman Bimantara.Aku sudah cerita ke teman-temanku bahwa akan mencari pekerjaan paruh waktu untuk mengisi hari usai pulang sekolah. Mereka nampak terkejut dan mulai melayangkan berbagai pertanyaan.“Kamu mau nyari kerja apa, Ra? Emang kamu kekurangan apa ya, Ra? Apa Bokapmu kurang uang?” tanya Giselle penasaran.“Enggak gitu. Aku cuma mau nyari uang sendiri, Kan, enak gitu, kalo kita punya simpenan sendiri,” jelasku agar tak dipandang aneh oleh mereka.“Loh, katanya kamu nggak serumah sama Keyla. Apa mungkin kamu beneran lagi butuh uang, Ra. Please bilang sama kita, biar kita bisa bantu,” kata Ririn.Aku tersenyum mendengar mereka khawatir. Setidaknya mereka menjadi alasanku bersyukur bisa di
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Mulai Bekerja

Hari pertama aku bekerja di kafe ternyata lebih lancar dari yang ku bayangkan. Awalnya, aku sempat gugup saat menerima pesanan pertama, takut melakukan kesalahan, tetapi para pelanggan cukup ramah, dan teman-teman kerjaku juga membantu. Aku mulai terbiasa mencatat pesanan, mengantar makanan, dan memastikan meja tetap bersih. Rasa gugupku juga sedikit berkurang karena Kevin menemani sejak kami pulang sekolah. Kevin duduk di ruang Karyawan, sesekali keluar untuk menanyakan keadaanku.“Aman, Ra?” tanya Kevin saat keluar dari ruang Karyawan, kalo tidak salah yang keempat kali dia bertanya hal yang sama.“Aman, Vin!” balasku dengan mancungkan jempol padanya.“Atau kamu makan dulu, Ra. Isi tenaga gitu, mumpung agak senggang,” ujar Kevin.Aku menarik napas perlahan. Lalu menatap Kevin dengan tersenyum. “Vin, aku baru 15 menit yang lalu menghabiskan roti yang kamu kasih. Jadi, aku masih kenyang sekarang. Terima kasih, ya!” ujarku menahan agar tak berkata kasar pada anak pemilik Cafe itu.“O-
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status