Home / Romansa / Memar Termanis / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Memar Termanis: Chapter 11 - Chapter 20

63 Chapters

11. Tipe Idaman

📍Wang’s House - Ruangan Kerja Jexon -Di dalam ruangan kerja, Jexon menghentikan apa yang tengah dia lakukan. Saat itu, terlintas di dalam benaknya, ketika Elisabeth mengatakan kalau; Paula memiliki anak dari hasil hubungan gelap dengan Nicholas, papanya. “Anak?…” ucap Jexon mengetuk-ngetuk pen di atas meja kerja. “Kenapa gak ada berita tentang anaknya. Dimana dia menyembunyikan anak itu? atau… papa membantunya untuk menyembunyikan anak mereka? dan… mungkin aja, anak itu pun, tidak berada di negara ini?”Pertanyaan demi pertanyaan terucap dibibirnya.“Hhhh…” napas yang dia hela terasa begitu berat, saat dia mulai menyenderkan tubuhnya dikursi kerja berbahan kulit itu. Jexon kembali duduk tegak. Dia mengambil kertas yang ada dilaci terkunci di bawah meja kerja. Disitu, dia menatap profil milik Dk; Darex Kendrick. “Atau jangan-jangan, anak ini anak papa dan dia?” Jexon menebak hal itu. “Tapi… usianya sudah 9 Tahun. Kalau begitu, papa dan dia sudah bersama lebih dari 10 Tahun? ya
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

12. Dugaan Atas Perasaan

📍J&T Entertaiment Seminggu lebih setelah keluar dari rumah sakit, Paula menerima panggilan untuk datang ke kantor J&T Entertainment. Ini adalah pertemuan resmi pertamanya dengan Nicholas, presedir yang jarang terlihat kecuali dalam acara besar. Ada sedikit ketegangan yang tak bisa ia abaikan saat ia melangkah masuk ke dalam ruangan luas yang beraroma teh dan kayu cendana.-Ruangan Presedir-Paula duduk perlahan di kursi berlapis kulit di depan meja besar Nicholas. Sebuah cangkir teh hangat sudah disiapkan untuknya. Ia mengangkatnya sebentar, sekadar memanaskan tangannya, lalu meletakkannya kembali di atas meja tanpa menyentuh isinya.Nicholas, yang duduk tegap dengan postur penuh wibawa, memperhatikannya dengan saksama. Sorot matanya tajam, namun kali ini lebih tenang dari biasanya. “Kamu sudah baik-baik saja, Paula?”Paula menegakkan punggungnya, mencoba tersenyum meski terlihat sedikit canggung. “Saya baik-baik saja, Pak Presedir.”Nicholas menautkan kedua tangannya di atas meja.
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

13. Dugaan Tentang Perasaan - 02

📍Wang’s House-Ruang Makan-Nicholas memandangi meja makan dengan alis berkerut. Kursi di sebelah kiri di samping Jexon, tempat yang biasa diduduki Rach, kosong.“Di mana Rach?” tanyanya sambil menaruh garpu di piring, nada suaranya terdengar tajam.Elisabeth, yang duduk di seberangnya, melirik sekilas ke arah kursi itu sebelum menjawab. “Dia ada urusan dengan temannya, Irene.”“Urusan apa? Main-main?!” balas Nicholas, nadanya meninggi. Wajahnya mengeras, mencerminkan ketidaksenangan. “Sebentar lagi dia akan menikah. Dia tidak boleh bertingkah sesuka hati di luar.”Elisabeth mendesah pelan, meletakkan gelas di tangannya. “Pa… selama ini juga Rach tidak pernah bertingkah macam-macam,” ujarnya, berusaha meredakan kemarahan suaminya.Jexon, yang duduk di sisi kiri meja, hanya diam. Ia mengunyah makanannya perlahan, seolah tak ingin terlibat dalam percakapan itu.Nicholas melirik Jexon dari sudut matanya, menunggu reaksi. Namun, pria muda itu tetap tenang, fokus pada makan malamnya.“Jex
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

14. Bunga Tulip Merah Muda

📍Hotel -Dalam Kamar-Akhir pekan tiba. Paula duduk di depan meja rias di kamar hotel yang mewah namun sederhana. Cermin besar di depannya memantulkan bayangan wajahnya yang tengah dirias oleh seorang make-up artist. Hari ini, ia akan menghadiri undangan spesial dari brand ternama Y*l di kota itu.Seseorang mengetuk pintu kamar pelan.“Paula, ini makan siang kamu,” ujar Javeline sambil melangkah masuk dengan sebuah box lunch di tangannya. Ia meletakkannya di meja kecil di dekat Paula.Paula melirik sekilas melalui pantulan cermin. “Thanks, Ce,” jawabnya singkat dengan senyum tipis, lalu kembali fokus pada proses riasannya.Javeline melipat tangannya di depan dada, memandang Paula dengan perhatian. “Kamu yakin cukup makan ini aja?” tanyanya dengan nada khawatir, menatap box lunch yang berisi potongan sayuran segar dengan saus mayones di atasnya.Paula menghela napas ringan, menoleh sedikit. “Udah cukup, Ce. Aku lagi jaga berat badan,” balas Paula sambil menyesuaikan posisi duduknya,
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

15. Rencana Jahat Jexon

📍Hotel-Ballroom Runway-Penampilannya terlihat sangat elegan dan berkelas. Ia mengenakan busana serba hitam dengan desain modis, dihiasi bulu-bulu pada bagian lengan dan roknya, menciptakan kesan glamor. Kaki yang dihiasi dengan stoking hitam tipis dan sepatu hak tinggi mengilap menambah kesan feminin dan stylish. Rambutnya ditata bergelombang, memberi sentuhan klasik, sementara riasan wajahnya terlihat bold dan menonjolkan fitur wajah.****Paula melangkah dengan anggun, gaun hitamnya yang elegan di bawah cahaya lampu kristal yang menghiasi ballroom. Sepatu hak tinggi yang ia kenakan berbunyi halus saat menyentuh lantai marmer, menambah keanggunannya.Paula berhenti di depan tangga spiral besar, memandang sekilas ke bawah. Ballroom itu dipenuhi para selebritis, model, idol, dan tamu eksklusif lainnya. Dia menarik napas dalam, lalu mulai menuruni tangga dengan langkah percaya diri.“Malam ini harus sempurna. Semua mata tertuju pada fashion show ini. Jangan lupa senyum, Paula.” Ucap
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

16. Apa Kabar

Pertunjukan fashion show sedang berlangsung megah, lampu-lampu sorot menerangi panggung dan para model yang berjalan anggun. Namun, di tengah kemegahan itu, salah satu staf tiba-tiba menyadari sesuatu yang tidak beres. Kabel listrik di dekat kursi penonton di depan terlihat mengeluarkan percikan kecil. Dengan sigap, dia segera mematikan aliran listrik sebelum insiden yang lebih buruk terjadi.Staf tersebut berpandangan dengan Paula, salah satu model dari agensi terkenal, yang meskipun tampak tenang, jelas memperlihatkan wajah panik. Dia terkunci dengan tubuh yang tegang dan kaku. Setelah acara selesai, beberapa anggota tim, termasuk sang desainer, segera menghampiri Paula.“Nona Paula, Anda baik-baik saja?” tanya sang desainer dengan nada penuh kekhawatiran.Paula menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. “Saya baik-baik saja, Madam,” jawabnya dengan suara tenang, meskipun wajahnya masih terlihat pucat.Namun, suasana di kursi penonton berubah menjadi tegang. Kepala staf p
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

17. Takut Kehilangan

📍J&T Entertainment - Lobby Perusahaan -Setelah selesai makan siang bersama suaminya, Nicholas, Elisabeth menuruni tangga menuju lobby. Langkahnya terhenti seketika saat matanya menangkap sosok Paula yang baru saja memasuki pintu utama. Paula tampak anggun seperti biasa, namun Elisabeth bisa melihat ketegangan di wajah wanita itu. Tas jinjing yang dipegangnya terlihat lebih erat dari biasanya. Elisabeth berdiri di tempatnya, mencoba menenangkan emosi yang mendadak menyeruak. Ia menahan diri untuk tidak mendekati Paula.Sebelum Elisabeth bisa mengambil keputusan untuk bergerak, suara ceria menyapanya dari arah belakang.Valentine tersenyum sambil melambaikan tangan. “Tante Elisabeth! Apa kabar? Sudah selesai makan siang?”Elisabeth berbalik, memaksakan senyum kecil. “Oh, hai, Valentine. Ya, tante baru saja selesai. Kamu sendiri?”“Baru aja balik. Tante, mau ngopi di kafe? Saya punya waktu sebentar sebelum meeting.”Elisabeth menatap Paula sekali lagi yang kini tengah berbincang de
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

18. Sebagai Tawanan

📍RestaurantMalam ini, Paula akhirnya duduk berdua bersama Dante untuk makan malam. Restoran itu dipenuhi suasana hangat dan tenang, dengan alunan musik lembut yang menyatu sempurna dengan atmosfer elegan. Dante terlihat puas ketika Paula tidak menolak ajakannya kali ini.“Bagaimana pekerjaanmu, Paula?” tanya Dante sambil menyesap segelas anggur, matanya memperhatikan Paula dengan penuh perhatian.Paula tersenyum tipis dan meletakkan sendoknya. “Sejauh ini baik dan lancar, gege.”Dante mengangguk kecil. “Syukurlah kalau begitu,” katanya dengan nada hangat. “Kalau gege sendiri, bagaimana? Paula bertanya balik. Dante pun mengangguk pelan, menatao Paula. “Semuanya juga berjalan lancar.”Perlahan, suasana itu sedikit hening. Tapi kemudian, Dante membuka pembahasan baru. “Bagaimana dengan Dk? Apakah ada masalah di sekolahnya?” tanya Dante dengan nada penasaran dan hati-hati.Paula menyandarkan tubuhnya ke kursi, wajahnya terlihat tenang. “Wali kelasnya atau guru belum ada yang menghubu
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

19. Le Crazy Horse

📍Le Crazy Horse-Ruangan Ganti: Paula-Sore itu, Paula sedang bersiap-siap untuk pertunjukannya malam ini. Busananya yang memikat hanya menutupi bagian-bagian sensitif tubuhnya, dan makeup bold-nya menyempurnakan penampilan menawannya. Di depan cermin rias, ia dengan teliti memasang anting di telinga kanannya.Tiba-tiba, pintu ruang ganti terbuka, dan Javeline melangkah masuk tergesa-gesa. Napasnya tersengal, tapi wajahnya dipenuhi semangat.“Paula! Tebak aku bawa berita apa?” serunya, matanya berbinar saat menatap Paula dari balik cermin.Paula berhenti sejenak dan mengerutkan kening. Suaranya tetap tenang. “Berita apa?”“Ayo, tebak dulu!” Javeline tersenyum lebar, seolah ingin memperpanjang rasa penasaran.“Oh, come on! Jangan main tebak-tebakan deh,” Paula mendesah, meletakkan anting terakhirnya dengan kesal kecil. Tapi sebelum sempat ia melanjutkan keluhannya, pintu kembali terbuka. Kali ini, seorang pria masuk tanpa aba-aba.Paula terdiam. Matanya membulat. Seluruh tubuhnya sep
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

20. Sedikit Terusik

📍Wang’s House-Ruang Kerja Jexon-Ruangan kerja itu sunyi, hanya diterangi lampu temaram yang memancarkan cahaya keemasan. Di balik meja kerjanya, Jexon duduk terpaku. Jemarinya mengetuk pelan permukaan meja, sementara pikirannya terus berputar. Baru saja ia pulang dari menonton pertunjukan Paula di Le Crazy Horse, tetapi pikirannya masih tersangkut di sana—pada sosok Paula.Ada sesuatu yang berbeda kali ini. Pertunjukan itu, caranya bergerak, caranya memikat semua mata di ruangan, seolah menghipnotis Jexon. Ia merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya: sebuah rasa nyaman yang aneh, tetapi tak sepenuhnya menyenangkan.Jexon menghela napas panjang, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi. “Pikiran macam apa ini?” gumamnya lirih, nyaris tidak terdengar. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menyingkirkan bayangan Paula dari pikirannya.Namun, semakin ia mencoba, semakin kuat bayangan itu menghantuinya. Akhirnya, dengan gerakan cepat, ia meraih ponselnya di atas
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status