Juned menelan ludah. “Wah, terima kasih, Mbak. Tapi saya kayaknya harus balik, takut ada yang nyariin.”Rizka tampak sedikit kecewa, meski hanya sesaat. “Oh, ya sudah, Mas. Kalau butuh sesuatu, bilang aja, ya?”Juned mengangguk. “Pasti, Mbak. Terima kasih buat traktirannya tadi.”Rizka tersenyum. “Sama-sama, Mas Juned. Hati-hati di jalan, ya.”Juned melangkah pergi dengan perasaan campur aduk. Ada perasaan lega karena berhasil menahan diri, tapi juga ada rasa penasaran yang masih mengganjal di hatinya.Sesampainya di rumah, Juned meletakkan bungkus makanan di meja sebelum duduk di sofa. Namun pikirannya masih terpaku pada Rizka—senyum manisnya, sorot matanya yang ramah, serta caranya berbicara yang lembut.Ia mengusap wajahnya, mencoba mengalihkan pikiran, tetapi bayangan Rizka terus muncul di kepalanya. “Gila, kenapa aku jadi kepikiran dia begini?” gumamnya pelan.Tubuhnya terasa panas, hasratnya mulai naik, efek jamur ajaib itu masih berpengaruh padanya. Ia menggigit bibirnya s
Terakhir Diperbarui : 2025-03-24 Baca selengkapnya