Semua Bab Tukang Pijat Super: Bab 261 - Bab 270

318 Bab

Bab 261

Dinda berusaha bersikap biasa saja, tapi jelas ada rona merah di pipinya. “Dasar narsis!” Ia memutar bola matanya, lalu berjalan menuju pintu. “Aku mau makan, kalau perutku lapar aku gak mau mikir begituan.”Juned hanya tertawa melihat Dinda yang berusaha menghindar. “Santai aja, Din. Lain kali kalau mau coba, silahkan.”Dinda melirik sekilas sebelum akhirnya benar-benar pergi. Juned tersenyum tipis, merasa puas bisa membuat Dinda salah tingkah.Setelah Dinda pergi, Juned duduk di tepi kasur sambil menghela napas. Dia melirik ke sekeliling kamar barunya yang masih terasa asing.“Bosan juga kalau Cuma di kamar terus,” gumamnya sambil merenggangkan tubuh.Dia lalu membuka tasnya, mencari sesuatu yang bisa menghibur, tapi hanya menemukan beberapa lembar kertas iklan pijatnya yang belum sempat ia sebarkan.“Apa keluar aja sekalian cari pelanggan?” pikirnya sejenak. Namun, mengingat tadi pagi sudah mendapat cukup uang dari Bu Ratna, dia memutuskan untuk tidak buru-buru bekerja lagi.June
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 262

Juned diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. “Saat ini aku akan berhati-hati agar tak seperti dulu. Aku juga tahu memang pelanggan wanitaku lebih banyak, dan mereka lebih sering bayar mahal.”Tania mendengus kesal. “Jun, kamu pikir aku bakal diam aja lihat kamu kayak gini terus? Aku udah bilang, aku nggak suka! Aku nggak rela kamu melakukan ini lagi, apalagi buat wanita lain yang akan membuatmu terjebak dalam kerumitan!”Juned menatap Tania dengan tatapan penuh tanya. “Kenapa kamu kayak gini, Tan? Ini cuma pekerjaan.”Tania menatapnya tajam. “Cuma pekerjaan? Jun, aku yang ngerawat kamu waktu kamu hancur! Waktu kamu depresi dan nggak tahu harus gimana, siapa yang ada di samping kamu? Apa kamu lupa?”Juned terdiam.“Aku yang bantuin kamu bangkit, aku yang membiayai kamu waktu kamu nggak punya apa-apa! Aku yang selalu ada buat kamu! Tapi sekarang kamu malah kayak gini, masih keras kepala dan nggak mau dengerin aku!” Tania menggebrak meja dengan kesal.Juned menelan ludah, merasa bers
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 263

Juned melangkah keluar dari warung dengan perasaan campur aduk. Tamparan Tania masih terasa di pipinya, bukan hanya meninggalkan jejak panas di kulitnya, tapi juga di hatinya. Dia menendang kerikil di jalan dengan kesal, mencoba mengalihkan pikirannya dari kata-kata Tania yang terus terngiang di kepalanya.“Kenapa dia nggak bisa ngerti? Ini Cuma pekerjaan. Aku butuh uang. Aku nggak bisa terus-terusan bergantung sama orang lain,” batinnya.Langkahnya melambat ketika dia menyadari matahari sudah mulai turun, menandakan sore hampir habis. Udara semakin sejuk, tapi pikirannya justru semakin panas.Tania benar. Dia memang egois.Dulu, saat dia berada di titik terendah hidupnya, Tania ada di sampingnya. Wanita itu merawatnya, mendukungnya, bahkan saat dia sendiri sudah hampir menyerah. Tapi sekarang, saat Tania memintanya berhenti, dia malah bersikeras tetap menjalani pekerjaannya sebagai tukang pijat.“Apa aku terlalu keras kepala? Atau aku memang nggak tahu diri?”Dia berhenti sejenak, me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 264

Juned berjalan pelan memasuki kos setelah kembali dari warung. Kepalanya masih dipenuhi dengan kata-kata Tania dan perdebatan batinnya sendiri. Apakah benar dia egois? Atau hanya sedang memperjuangkan sesuatu yang memang dia butuhkan?Dia menghela napas panjang setelah membuka pintu pagar kosnya. Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat pintu rumah Mbak Yuni sedikit terbuka. Dari dalam, terdengar suara televisi yang masih menyala.“Mbak Yuni belum tidur?” batinnya.Efek jamur yang pernah dia konsumsi kembali terasa. Sejak kejadian itu, tubuhnya seperti punya dorongan aneh, dorongan yang sulit dijelaskan. Rasanya seperti ada energi yang harus dia salurkan, dan entah kenapa, mendekati wanita menjadi satu-satunya cara agar dirinya merasa lebih baik.Juned menggigit bibirnya. Dia tidak bisa membiarkan pikirannya dikuasai oleh dorongan itu. Tapi tubuhnya terasa semakin panas. Dia harus melakukan sesuatu sebelum perasaan itu semakin kuat.Saat dia hendak melangkah cepat menuju kamarnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 265

Juned mendekap tubuh Mbak Yuni dengan erat hingga membuatnya tak berkutik untuk melawan. Janda pemilik kos itu hanya pasrah menerima setiap irama dari jari jemari Juned yang kasar.“Jangan, Juned... Ku mohon.” Mbak Yuni hanya bisa menggeliatkan tubuhnya.Tapi bahasa tubuh Mbak Yuni bukan sebuah penolakan tapi sesuatu yang berbeda.“Jangan? Kamu sekarang beruntung, Mbak.” Bisik Juned di telinga Mbak Yuni.Tubuh Mbak Yuni mulai lemas, nafasnya memburu tak karuan. “Jangan berhenti.. Aku sudah lama tak melakukan ini dengan seorang pria.”Mata Mbak Yuni mulai sayu, sementara Juned melepaskan pakaiannya. Tak ada perlawanan lagi dari Mbak Yuni.“Kita pindah ke kamar saja, aku ingin kamu melakukan itu padaku. Tapi di kamar saja, jangan di sini.” Ucap Mbak Yuni dengan nafas yang memburu.Juned mengangguk dan mengecup bibir Mbak Yuni sesaat. Kemudian dia melepaskan dekapan pada tubuh wanita itu.Mbak Yuni melangkah menuju kamar diikuti oleh Juned dari belakang.Sesampainya di kamar, Mb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

Bab 266

Juned menoleh ke arah Mbak Yuni yang masih tidur dengan tenang. Dengan langkah cepat, Juned kembali ke kamarnya. Begitu masuk, ia segera mengunci pintu dan duduk di kasur.“Apa tadi cuma perasaanku saja?” gumamnya pelan.Juned melirik jam di dinding kamarnya. Pukul dua pagi. Tidak mungkin itu Dinda, pikirnya. Dinda pasti masih di kamarnya sendiri setelah pulang bekerja. Dan lebih mustahil lagi jika itu orang luar, karena peraturan kos ini melarang tamu menginap atau berkeliaran di dalam setelah jam sepuluh malam.Jadi… siapa yang mengintip tadi?Pikiran itu membuatnya semakin sulit tidur. Ia bangkit dari kasur dan berjalan pelan ke arah pintu. Juned menempelkan telinganya ke pintu, mencoba mendengar jika ada suara di luar. Tapi yang terdengar hanyalah kesunyian malam.“Tak mungkin kalau itu Dinda karena dia masih di warung.” gumamnya sambil mengusap wajahnya sendiri.Udara dini hari terasa menusuk kulit saat Juned melangkah keluar dari kos. Jalanan masih sepi, hanya ada beberapa lam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 267

Juned yang masih penasaran akhirnya bertanya, “Kamu tadi datang jam berapa, Ko?”Riko mengangkat bahu sambil menarik kursi untuk duduk. “Baru saja. Aku belum sempat ke kos, langsung ke sini dulu buat makan.”Mendengar jawaban itu, Juned sedikit lega. Kalau Riko baru datang dan belum ke kos, berarti bukan dia yang mengintip tadi malam. Juned mengangguk kecil, mencoba menepis pikirannya yang mulai liar.Dinda yang memperhatikan ekspresi Juned akhirnya bertanya, “Kenapa sih, Juned? Kok kayaknya kamu kepikiran sesuatu?”Juned menggeleng cepat, tidak ingin membahas kejadian aneh tadi malam. “Nggak, Cuma nanya saja. Kan aku belum pernah ketemu Riko sebelumnya.”Dinda menatap Juned dengan tatapan curiga tapi akhirnya mengabaikannya. Riko pun memesan makanannya dan mulai mengobrol santai dengan mereka berdua.Saat menikmati makanannya, Riko menoleh ke Dinda dengan senyum menggoda. “Eh, Din… si Vina gimana? Masih betah di kos?”Dinda langsung mendengus kecil dan melirik Riko dengan tatapan ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 268

Juned terlonjak kaget ketika pintu kamar Vina tiba-tiba terbuka. Ia belum sempat menjauh, dan kini berhadapan langsung dengan Vina yang berdiri di ambang pintu.Vina sedikit terkejut melihat Juned di sana, tapi raut wajahnya segera berubah menjadi ekspresi tenang. Matanya menatap Juned dengan cara yang sulit diartikan—seolah ia tahu sesuatu tentang Juned yang bahkan Juned sendiri tidak menyadarinya.Juned merasa canggung, tapi ia mencoba menguasai dirinya. Dengan senyum tipis, ia berkata, “Eh, maaf… aku Juned, penghuni baru di sini. Kamu Vina, kan?”Vina tidak langsung menjawab. Ia hanya memandangi Juned dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam, membuat Juned semakin tidak nyaman.“Iya, aku Vina,” jawabnya akhirnya, suaranya terdengar pelan namun dalam.Juned baru menyadari bahwa Vina hanya mengenakan daster tipis tanpa lengan. Tubuhnya yang sedikit gemuk terlihat jelas di bawah kain yang membalutnya. Tapi yang lebih membuat Juned tidak nyaman adalah tatapan mata Vina yang seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 269

Juned sedikit terkejut dengan pengakuan itu. Dia tidak menyangka Vina ternyata punya rasa minder tentang tubuhnya.“Tidak semua laki-laki melihat fisik, Vina. Berat badan bukan masalah,” kata Juned jujur.Mata Vina sedikit berbinar. “Jadi… kamu mau melakukannya dengan aku?”Juned menghela napas lagi, merasa bahwa situasi ini mulai semakin rumit. “Mungkin ini terasa sangat aneh bagi kita, soalnya kita baru saja kenal. Tapi apa kamu benar-benar yakin?”Vina tertawa kecil. “Santai aja, aku pernah melihat barangmu. Tapi sebagai awalan aku ingin kamu memijatku saja, badanku pegal, apalagi setelah sering begadang.”Juned menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk. “Oke, kapan kamu mau dipijat?”Vina tersenyum lebar. “Sekarang aja, kalau kamu nggak sibuk.”Juned mengusap wajahnya pelan, merasa bahwa hari ini akan jadi panjang.Juned duduk di tepi kasur sementara Vina masuk ke dalam lemari kecilnya, mengambil handuk yang cukup besar untuk membalut tubuhnya.Saat Vina kembali denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 270

Satu jam berlalu, Vina masih berbaring di atas kasur dengan mata terpejam. Nafasnya terengah-engah, seolah-olah beban yang selama ini dia rasakan sedikit berkurang.Juned duduk di sampingnya, kembali memakai baju yang sempat terlempar ke lantaiq. Dia menatap Vina yang masih memejamkan mata, lalu berkata dengan nada santai, “Gimana, apa kamu menikmatinya?”Vina membuka matanya perlahan, lalu tersenyum kecil. “Iya, aku gak menyangka rasanya bisa seenak ini. Aku pikir tak ada yang mau tidur denganku, takut mereka tak bergairah denganku karena aku gemuk,” jawabnya dengan nada pelan.Juned tertawa kecil. “Ah, jangan mikir gitu. Badan kamu itu biasa aja kok, gak seberat yang kamu kira. Lagian, urusan di ranjang itu adalah tentang hasrat dan gairah, itu yang paling penting.”Vina menoleh ke Juned, matanya terlihat berkaca-kaca, bukan karena sedih, tapi karena terharu. “Kamu baik banget, Juned. Ini adalah pertama kalinya aku menyerahkan kesucianku kepada seorang pria.”Juned mengangkat bahuny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
32
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status