Semua Bab Tukang Pijat Super: Bab 241 - Bab 250

320 Bab

Bab 241

Suasana warung yang semakin sepi membuat obrolan antara Juned dan Dinda makin lepas. Dinda yang sejak tadi terlihat santai, kini mulai berbicara dengan nada yang lebih menggoda, sementara Juned hanya menanggapinya dengan senyum kecil.Namun, di tengah percakapan mereka, seorang pelanggan pria masuk ke warung. Lelaki itu terlihat santai dengan kaos polos dan celana pendek, tapi ada sesuatu yang mencolok darinya—jam tangan mahal yang melingkar di pergelangannya. Dia melangkah ke meja, duduk, lalu menatap Dinda dengan senyum tipis.“Kopi hitam satu, seperti biasanya.” katanya dengan suara tenang namun terdengar penuh percaya diri.Dinda mengangguk, lalu beranjak untuk membuat pesanan. Sementara itu, Juned memperhatikan pria tersebut. Dari caranya membawa diri, jelas dia bukan orang biasa. Ada kesan bahwa dia terbiasa dengan kemewahan, meski saat ini tampil sederhana.Pria itu melirik sekilas ke arah Juned, lalu tersenyum kecil. “Baru berkunjung ke sini, ya?” tanyanya ringan.Juned mengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 242

Juned menarik napas dalam. “Dulu aku juga melakukan kayak gitu,” katanya lirih.Dinda menaikkan alisnya. “Serius?”Juned mengangguk. “Bedanya, aku tidak pernah meminta, tapi pelangganku sendiri yang menawarkan tubuhnya padaku. Aku pikir aku cuma membantu mereka... sampai akhirnya aku sadar, aku kehilangan sesuatu yang lebih penting.”Dinda tersenyum miring. “Dan sekarang kamu udah berhenti?”Juned menatap lurus ke depan. “Aku nggak tahu. Tapi aku tak bisa menolak mereka.”Dinda mengamati wajah Juned dengan penuh ketertarikan. “Kamu beda dari cowok lain yang pernah aku temui,” katanya akhirnya. “Aku jadi penasaran rasanya dipijat olehmu.”Juned hanya tersenyum tipis. Dia tahu, percakapan ini bisa saja berlanjut lebih jauh, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang menahannya untuk tidak melangkah ke arah seperti dulu.“Aku berusaha memulai kehidupan yang baru menawarkan pijat keliling ini.” Juned menunjukkan selembar kertas miliknya.“Daripada kamu capek keliling cari pelanggan, kenapa ngg
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 243

Malam itu, niat Juned untuk sekadar numpang tidur di warung kopi justru buyar. Dinda yang tampaknya masih penuh energi mengajaknya mengobrol."Aku heran, Juned. Kamu tuh tipe cowok yang gampang dapet perhatian cewek, tapi malah hidup kayak gini," kata Dinda sambil memainkan ujung rambutnya.Juned tertawa kecil. "Kayak gini gimana maksudnya?"Dinda mengangkat alis. "Ya, keliling nggak jelas, tidur di mana aja, duit seadanya. Padahal kalau kamu mau, bisa aja hidup enak."Juned menghela napas. "Maksudnya jadi kayak kamu?" tanyanya setengah bercanda.Dinda tersenyum lebar. "Nggak juga. Aku ini realistis. Kalau ada cara gampang buat dapat duit, kenapa harus susah?"Juned menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata. “Aku dulu pernah ditampung oleh wanita kaya yang sudah memiliki suami.”Dinda tertawa kecil mendengar cerita Juned. “Jadi, kamu ini dulu semacam sugar baby?” tanyanya sambil menyeruput kopi.Juned menyandarkan punggungnya ke dinding. “Kalau mau dibilang gitu, ya terserah. Ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 244

Dinda yang masih duduk di depan Juned langsung berdiri dan berjalan ke arah kasir. “Kayaknya ada pelanggan, aku duluan, ya,” katanya sambil mengedipkan mata.Juned mengangguk, matanya masih memperhatikan dua perempuan yang baru saja datang. Mereka mengenakan hijab, tetapi bajunya hanya baju tidur santai—kaus longgar dan celana pendek yang sedikit tertutup oleh jaket tipis. Salah satu dari mereka membawa laptop, sementara yang satunya lagi membawa charger dan beberapa buku.“Selamat malam, Mbak. Mau pesan apa?” tanya Dinda ramah.Salah satu dari mereka, yang mengenakan hijab berwarna krem, tersenyum. “Kopinya yang nggak terlalu pahit, ya. Sama gorengan masih ada?”Dinda mengangguk. “Ada, Mbak. Mau gorengan apa?”“Terserah aja, yang masih anget, ya.”Temannya yang memakai hijab hitam ikut menambahkan, “Aku es teh aja. Nggak pakai gula.”“Oke, ditunggu sebentar.” Dinda mencatat pesanan mereka, lalu kembali ke dapur untuk menyiapkan kopi dan gorengan.Sementara itu, Juned masih memperhati
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 245

Perempuan yang satunya, yang mengenakan hijab cokelat, menatap temannya dengan alis berkerut. “Seriusan, Nis? Kamu mau dipijat sama orang yang baru kita kenal?” tanyanya dengan nada setengah berbisik.Nisa, perempuan berhijab hitam yang tertarik dengan pijatan Juned, hanya terkekeh kecil. “Ya nggak ada salahnya, kan? Badan aku pegel banget gara-gara duduk seharian ngerjain tugas.”Temannya masih ragu, lalu melirik Juned dari ujung kepala sampai ujung kaki, seolah menilai apakah Juned orang yang bisa dipercaya atau tidak. “Kamu yakin? Gimana kalau nanti ada apa-apa?”Dinda yang mendengar itu langsung menimpali dengan santai. “Tenang aja, teman aku ini profesional. Nggak bakal macam-macam. Pijatannya juga dijamin bikin rileks.”Tapi temannya masih belum yakin. “Kalau mau pijat, mending ke tempat yang jelas aja, Nis. Bukan yang kayak gini.”Nisa menghela napas. “Kita tuh udah di warung kopi jam segini, Nadh. Kalau sekadar pijat, kenapa harus seribet itu?”Nadhifa, temannya, masih belum m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Bab 246

Sebelum mulai memijat, Juned berkata, “Kalau bisa, pakai handuk supaya minyaknya bisa langsung terkena kulit saat dipijat.”Nisa mengangguk. “Iya, aku ganti dulu, tunggu sebentar.”Dia masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian, sementara Juned menyiapkan tempat di lantai dengan alas seadanya. Saat Nisa kembali, dia mengenakan bra dan celana pendek. “Maaf mas, aku gak punya handuk yang lebar. Kalau pakai begini boleh kan?” katanya sambil duduk.“Bo—Boleh.” Balas Juned terbata-bata.Juned terperanjat saat melihat Nisa seperti orang yang terlihat berbeda dengan saat dia pertama kali bertemu. Nisa yang sebelumnya menutup pakaiannya dengan hijab, kini sekarang hampir memperlihatkan seluruh bagian tubuhnya di depan Juned.Nisa mulai berbaring di atas lantai yang sudah ditutupi Juned dengan alas seadanya. “Oke mas, silahkan.”Juned mengangguk pelan, lalu menuangkan minyak pijat ke telapak tangannya. Dia mulai dengan memijat bahu dan punggung Nisa lebih dulu, mengusap dengan tekanan lem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

Bab 247

“Menggoda sekali,” gumam Nisa pelan.Juned hanya diam, membiarkan Nisa menikmati momen itu. Dia bisa merasakan detak jantung perempuan itu yang semakin menggebu.Nisa mengendus pelan dada Juned, mencoba merasakan aroma kejantanan Juned yang memang tak bisa ditolak oleh setiap wanita.“Mas, Bisakah kamu memijat bagian sini?” Tangan Nisa menarik tangan Juned dengan perlahan mengarah ke bukit harta milik wanita itu.Juned kembali terkejut, meski dulu dia sering melakukan hal seperti itu. Namun saat ini dia yang hanya ingin fokus pada sesi pijat tak bisa menolak permintaan Nisa menuju ke sesi yang lainnya.“Biarkan aku yang membuatmu rileks, Mas.” Nisa membaringkan tubuh Juned di atas kasur.Hal itu membuat Juned tak mampu menolak dan gejolak gairah di antara mereka pun tak bisa dihindarkan.Malam itu Juned kembali ke kebiasaan lamanya, memberikan kepuasan ekstra setelah memijat pelanggan.Tanpa terasa waktu berlalu hingga setengah jam, tapi Juned membiarkan waktu berjalan tanpa men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

Bab 248

Dinda tertawa kecil, lalu menatap Juned yang pura-pura sibuk dengan kopinya. “Wih, Juned! Baru pertama kerja sama aku udah bikin pelanggan puas. Bisa nih jadi langganan, Nis?”Nisa mengangkat bahunya sambil tersenyum tipis. “Nggak tahu, lihat nanti.”Nadhifa yang dari tadi diam akhirnya menoleh ke arah Nisa dengan tatapan menyelidik. “Seriusan? Kamu beneran dipijat sama dia?”Nisa mengangguk santai. “Iya, kenapa?”Nadhifa menghela napas dan kembali menatap laptopnya. “Nggak, Cuma heran aja.”Dinda kembali terkekeh sambil duduk di sebelah Juned. “Wah, Juned. Kayaknya kamu bakal kebanjiran pelanggan nih kalau gini caranya.”Setelah beberapa saat mengobrol, Nisa dan Nadhifa akhirnya beranjak dari warung. Mereka merapikan laptop dan buku-buku mereka, lalu membayar kopi sebelum melangkah pergi.Juned masih duduk dengan Dinda, memperhatikan kedua perempuan itu berjalan keluar. Nisa melangkah lebih dulu, sementara Nadhifa berjalan di belakangnya. Namun, baru beberapa meter meninggalkan waru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

Bab 249

Juned mendekati Nadhifa dan mulai bersiap untuk memijatnya.“Kamu belum pernah dipijat, ya?” tanya Juned dengan nada santai, mencoba mencairkan suasana.Nadhifa mengangguk pelan, lalu mendongak sedikit. “Pernah... tapi sama perempuan. Itu pun udah lama banget,” jawabnya dengan suara lirih.Juned tersenyum kecil. “Santai aja, aku nggak bakal kasar. Kalau sakit atau nggak nyaman, bilang aja.”Nadhifa mengangguk lagi, lalu membaringkan tubuhnya perlahan dengan posisi tengkurap, seperti yang Juned arahkan. Namun, baru saja Juned menyentuh pundaknya, Nadhifa langsung mengejang dan menahan tawa kecil.“Geli,” katanya, setengah menahan diri.Juned tertawa tipis. “Baru nyentuh udah geli? Gimana aku mau mijat?”Nadhifa ikut tertawa kecil, tapi wajahnya tetap sedikit malu. “Aku emang gampang geli... makanya jarang pijat.”Juned menghela napas, mencoba mencari cara agar Nadhifa bisa lebih rileks. “Gimana kalau kamu tarik napas dalam-dalam, terus fokus aja ke rasa pegalnya. Aku bakal mulai dari p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

Bab 250

Nadhifa tampak ragu-ragu, menunduk sambil meremas ujung handuk yang masih membalut tubuhnya. Juned melihat ekspresinya yang malu-malu, lalu berkata dengan nada menggoda, “Kalau kamu nggak mau, ya nggak apa-apa. Aku juga nggak memaksa.”Nadhifa tetap diam beberapa detik, hasratnya yang kian menanjak membuatnya tak bisa menolak. Hingga tanpa sadar Nadhifa mengangguk sangat pelan, hampir tak terlihat.Melihat reaksinya itu, Juned tersenyum dan perlahan mendekat, lalu merengkuh tubuh Nadhifa ke dalam pelukannya. Gadis itu sedikit kaku di awal, tetapi setelah beberapa detik, tubuhnya mulai rileks.“Gimana? Apa kamu menikmati ini?” bisik Juned dengan nada pelan.Nadhifa tak menjawab, hanya mengangguk kecil dengan wajah yang semakin merona.Nadhifa masih kaku dalam pelukan Juned, tapi perlahan dia mulai merasakan kehangatan tubuh pria itu. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.Juned yang menyadari keheningan itu mulai menggoda, tangannya perlahan mengusap punggung Nadhifa d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
32
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status