Semua Bab Tukang Pijat Super: Bab 231 - Bab 240

320 Bab

Bab 231

“Ju... Juned?” Tania berbisik, masih belum bisa memproses apa yang baru saja terjadi.Juned perlahan menarik diri, matanya yang sebelumnya kosong kini tampak lebih hidup. Ada kebingungan di wajahnya, tetapi juga ketenangan yang sebelumnya tidak ada.“Bukankah kamu... Tania?” tanya Juned dengan suara lembut, seperti seorang anak kecil yang baru saja bangun dari tidur panjang.Tania terdiam, hatinya mencelos. Ini pertama kalinya setelah sekian lama Juned berbicara dengan nada normal—bukan gumaman tak jelas atau ocehan seperti orang kehilangan akal.“Apa kau sudah mengingatku?” Tania sedikit tersenyum lega.Juned mengerjapkan matanya beberapa kali, seolah baru menyadari sesuatu. Tatapannya menyapu tubuh Tania yang masih mengenakan handuk, lalu ia tersenyum lembut."Oh, Kenapa kamu hanya memakai handuk?" katanya santai. "Biasanya wanita yang hanya memakai handuk ingin aku untuk menidurinya. Apa kamu juga mau, Tania?"Tania membeku. Jantungnya kembali berdegup kencang, bukan hanya karen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 232

Mereka bertiga duduk di ruang tengah, dengan secangkir teh di depan masing-masing.Juned mengerutkan kening, mencoba menggali ingatan terakhir yang masih terasa kabur di kepalanya. Seolah ada sesuatu yang penting, sesuatu yang begitu emosional, namun belum sepenuhnya jelas.Perlahan, bayangan tentang seseorang muncul di benaknya. “Apa benar kalau tante Lilis sudah meninggal?”Tania menganggukkan kepalanya perlahan. “Hal itulah yang membuatmu menjadi depresi, Juned.”Juned terdiam, napasnya sedikit berat. Ia mulai mengingat saat terakhir bersama Lilis, dan bagaimana wanita itu menghilang dari hidupnya. “Mas Juned harus merelakan apa yang sudah terjadi.” Sahut Alisa dengan serius.Tiba-tiba, amarah menyala di matanya. Rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal. “Anton...” gumamnya pelan, namun penuh kebencian.Tania dan Alisa yang sedari tadi memperhatikan perubahan ekspresi Juned saling bertukar pandang.“Apa kamu akan kembali membalas dendam kepada Anton?” tanya Tania dengan nad
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 233

Alisa menyilangkan tangan di dadanya dan tersenyum kecil. “Akhirnya kamu mulai berpikir lebih jernih.”Tania yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Juned, kamu tidak harus memaksakan diri untuk mencari orang yang tidak menginginkanmu.”Juned menoleh ke arah Tania, memperhatikan wajahnya dengan lebih saksama. Ada sesuatu di dalam tatapan Tania yang belum pernah ia perhatikan sebelumnya—sebuah kehangatan yang selama ini mungkin ia abaikan.“Jadi... apa yang harus kulakukan sekarang?” tanyanya pelan.Alisa tertawa kecil dan menepuk bahu Juned. “Itu pilihanmu, Mas. Tapi kalau kamu tanya aku... aku akan bilang tetaplah di sini. Jangan ke mana-mana. Ada seseorang yang lebih pantas untuk kamu hargai di rumah ini.”Juned kembali menatap Tania, dan kali ini, hatinya mulai mempertimbangkan sesuatu yang selama ini tidak pernah ia pikirkan.Juned mengalihkan pandangannya menatap Alisa dengan raut bingung. “Kenapa kamu bisa tahu semua tentang aku? Bahkan hal-hal yang aku sendiri baru sada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 234

Alisa menepuk bahu Juned dengan penuh semangat. “Mas, kenapa nggak mulai pijat lagi aja? Ini kan keahlian Mas Juned. Daripada bingung mau ngapain, kan lebih baik buka pijat lagi di kehidupan baru ini?”Juned terdiam, tampak mempertimbangkan saran itu. “Aku memang suka memijat, dan itu satu-satunya yang paling aku kuasai...”Namun, sebelum Juned bisa melanjutkan kata-katanya, Tania langsung menyela dengan nada datar, “Menurutku nggak perlu.”Alisa menoleh cepat ke arah kakaknya, matanya menyipit curiga. “Lho, kenapa, Kak? Bukannya itu hal yang bagus?”Tania tetap berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang. “Aku Cuma mikir... mungkin Juned bisa mencoba hal lain. Nggak harus balik ke dunia pijat.”Alisa tersenyum licik, seperti baru saja menemukan sesuatu yang menarik. “Atau... Kakak sebenarnya nggak mau Mas Juned mijat orang lain?”Tania langsung merasakan wajahnya memanas, tapi dia tetap berusaha bersikap biasa saja. “Bukan itu alasannya.”Namun, Alisa tak begitu saja percaya. Dia bersa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 235

“Aneh... kenapa dia begitu menarik sekarang?” Gumam Juned dalam hatinya.Juned menatap Tania beberapa detik lebih lama, seolah mencoba membaca pikirannya. Tapi tak ada yang bisa dia tangkap dari ekspresi wanita itu selain ketegasan yang membuatnya semakin penasaran.Tanpa berkata apa-apa lagi, Juned berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Tania sendirian dalam lamunannya. Tania menghela napas panjang, menatap punggung Juned yang semakin menjauh.Angin berembus pelan, membuat helaian rambut Tania sedikit berantakan. Dia menggigit bibir, mencoba menyingkirkan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di hatinya.“Kenapa aku harus peduli?” pikirnya dalam hati.Tapi bayangan Juned yang berjalan pergi tetap melekat dalam benaknya, membuatnya tak bisa benar-benar mengabaikan perasaan yang baru saja muncul itu.“Apa kamu masih akan melamun terus, kak?”Suara Alisa sedikit mengejutkan Tania yang sempat terbuai dalam lamunan.“Kamu mau ke mana, Alisa?” Tanya Tania sesaat setelah menoleh ke a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

Bab 236

Juned menatapnya dengan mata membelalak. “Apa maksudmu?”“Aku nggak yakin kamu masih ingat atau tidak,” Tania tersenyum kecil, matanya sedikit berkaca-kaca. “Tapi waktu kecil, aku pernah tersesat di pasar dan seorang anak laki-laki menolongku. Dia memberiku permen, menghiburku, lalu pergi sebelum aku bisa mengucapkan terima kasih.”Juned terdiam, ekspresinya perlahan berubah. Ingatan samar-samar muncul di benaknya. Seorang gadis kecil yang menangis tersedu-sedu di sudut pasar... seorang bocah lelaki yang duduk di sampingnya, menyodorkan permen sambil tersenyum...Tania menghela napas pelan. “Anak laki-laki itu adalah kamu, Juned.”Tania menunggu, berharap Juned akan mengatakan sesuatu yang menenangkan hatinya. Namun, yang ia dapatkan hanyalah keheningan.Juned menghela napas dalam, lalu tersenyum tipis—senyum yang terasa jauh dan sulit dijangkau. “Tania... Aku berterima kasih karena kamu telah merawatku dan ada di sisiku selama ini. Aku nggak tahu apa jadinya aku kalau kamu nggak ada.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Bab 237

Setelah menerima upah pertamanya, Juned berjalan ke sebuah toko alat tulis di pinggir jalan. Dengan sisa uang yang ia miliki, ia membeli selembar kertas karton dan sebuah spidol hitam.Di bangku taman terdekat, ia duduk dan mulai menulis dengan huruf besar:“TERIMA JASA PIJAT”Pijat capek – Pijat keseleo – Pijat relaksasiSeikhlasnyaJuned menatap tulisan itu sejenak, lalu mengangguk puas. Ini mungkin sederhana, tapi cukup untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat.Dia lalu berjalan menuju pasar kecil yang cukup ramai. Di sana, ia mencari tempat strategis—di bawah pohon rindang dekat parkiran motor. Ia menempelkan kertas itu di pagar besi menggunakan selotip seadanya, lalu duduk di bangku kayu yang tersedia.Sekarang, yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu.Sambil menunggu pelanggan pertama datang, pikirannya kembali melayang ke Tania. Ia teringat bagaimana wanita itu dengan sabar merawatnya saat ia kehilangan ingatan. Bagaimana Tania menangis saat ia memilih pergi.Juned menar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Bab 238

Setelah berjalan cukup jauh, Juned menemukan sebuah taman kota yang cukup ramai. Ada beberapa orang duduk di bangku taman, anak-anak berlarian di area bermain, dan penjual jajanan berjejer di sekitar.Dia menghela napas dan melihat sekeliling. Tempat ini tampaknya lebih aman—tidak ada preman yang menguasai wilayah ini, setidaknya sejauh pengamatannya.Juned lalu mengeluarkan kertas yang tadi ia lipat, membukanya kembali, dan menempelkannya di tiang lampu taman dengan sedikit harapan.“JASA PIJAT. KELUHAN PEGAL-PEGAL, MASUK ANGIN, DAN LELAH. HUBUNGI: JUNED”Setelah memastikan tulisannya terbaca jelas, Juned duduk di bangku taman menunggu pelanggan. Beberapa orang melirik ke arahnya, tapi belum ada yang menghampiri.Sambil menunggu, Juned memperhatikan suasana taman. Ada sepasang lansia yang sedang berjalan santai, seorang ibu yang sibuk menenangkan anaknya yang menangis, dan beberapa pemuda yang asyik bercanda di sudut taman.“Sepertinya tempat ini cukup menjanjikan,” gumamnya dalam ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Bab 239

Setelah beberapa menit berjalan, matanya menangkap sebuah warung kopi sederhana di pinggir jalan. Lampunya terang, dan beberapa orang masih duduk santai menikmati kopi serta obrolan ringan. Ia mendekat, berharap bisa mengisi perut dan mungkin, kalau beruntung, numpang tidur.Juned melangkah masuk dan memesan segelas kopi hitam serta sepiring nasi goreng sederhana. Saat makanannya datang, ia menyantapnya dengan lahap. Setelah perutnya terasa lebih nyaman, ia mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepada pemilik warung—seorang pria tua dengan rambut beruban.“Pak, saya boleh numpang tidur di sini?” tanyanya hati-hati.Pria tua itu menatapnya sejenak, lalu tersenyum ramah. “Warung ini buka 24 jam, jadi kalau mau tidur di sini ya silakan aja. Yang penting nggak ganggu pelanggan lain.”Mata Juned berbinar. “Beneran, Pak? Wah, makasih banget!”“Nggak masalah. Kalau mau tidur, di bangku panjang sana aja,” ujar pria itu sambil menunjuk bangku kayu di pojok warung.Juned tersenyum lega. “Sekal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

Bab 240

Juned menatap Dinda yang masih asyik menghisap rokoknya. Rasa penasaran muncul dalam benaknya.“Kamu kerja malam di sini kenapa? Nggak coba cari kerja yang lain?” tanyanya sambil menyeruput kopi yang sudah mulai dingin.Dinda terkekeh kecil. “Kamu pikir gampang cari kerja? Aku udah coba lamar sana-sini, tapi nggak ada yang menerima. Akhirnya, bos warung ini kasihan sama aku, ya udah aku diterima kerja di sini.”Juned mengangguk pelan. “Terpaksa, ya?”Dinda menghembuskan asap rokoknya ke samping. “Ya, gimana lagi. Daripada menganggur di rumah, minimal di sini aku dapat uang buat hidup. Lagian, aku emang tipe yang susah diam. Kalau di rumah doang, aku bisa gila.”Juned memperhatikan Dinda lebih seksama. Gadis ini terlihat seperti seseorang yang sudah banyak menghadapi kerasnya hidup, tapi tetap bisa tertawa seakan semuanya baik-baik saja.“Memang sebelumnya kamu kerja di mana?” tanya Juned lagi.Dinda mengangkat bahu. “Aku dulu sempat kerja di tempat lain, tapi ya gitu deh... Nggak coco
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
32
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status