All Chapters of NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!: Chapter 261 - Chapter 270

280 Chapters

261. KEHILANGAN MENDALAM

Sudah seminggu sejak Irena pergi.Langit tak lagi mendung seperti saat pemakamannya, tapi hati Prabu tetap terasa kelabu. Hari-hari dilaluinya dalam kabut duka yang tak kunjung reda. Namun hari ini, ia menapakkan kaki ke NICU dengan dada yang berbeda. Bukan karena sedihnya sudah hilang, tapi karena ia punya alasan untuk terus berdiri: Raja.Bayi kecil itu kini menjadi satu-satunya penguatnya, satu-satunya alasan untuk terus melangkah, walau langkah itu seperti menyeret luka yang belum kering. Prabu berdiri lama di balik kaca inkubator, menatap tubuh mungil yang tertidur dalam dekapan mesin dan selang. Bayi itu masih berjuang, sama seperti ibunya dulu—berjuang melahirkan di tengah nyawa yang perlahan surut.Tangannya merapat ke kaca, seperti ingin menyentuh kulit Raja yang halus dan rapuh. Matanya mulai berkaca, tapi kali ini ia tak lagi menyekanya buru-buru. Ia biarkan air mata itu jatuh, mengalir diam-diam dalam sunyi yang menyiksa.Prabu mengingat jelas bagaimana Irena tertawa saat
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

262. BINGUNG

Prabu tertegun. Ucapan Andini barusan terasa seperti guntur di siang bolong. Membawa Chiara? Jauh dari sini? Dari dirinya?Dadanya mendadak sesak. Ia memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan gejolak dalam hati. Ia tahu, tidak adil menahan Andini di sini. Tapi membiarkan Chiara pergi? Itu pun terasa sama menyakitkannya. Ia bahkan masih tinggal di apartemen Irena saat ini.“Irena … kau ingin aku menjaga Raja dan Chiara, bukan?” batinnya lirih. “Lalu bagaimana jika aku harus melepas salah satunya?”Ia menatap wajah Chiara yang terlelap, begitu damai dalam tidurnya. Gadis kecil itu sudah kehilangan ibunya. Apa harus kehilangan rumah dan semua yang dikenalnya juga?Prabu menggigit bibir, lalu menoleh ke arah Andini. “Kamu yakin mau membawa Chiara?”Andini mengangguk mantap. “Yakin. Aku akan lebih tenang jika dia bersamaku. Di sana aku bisa mengawasinya langsung. Dan aku juga bisa tetap bekerja. Jika ia tetap di sini, ia akan terus teringat bundanya, dan aku tidak bisa menjaganya.”“La
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

263. DILEMMA

“Puspita—adikmu. Kau kira aku menikahinya dengan cara bagaimana?” Pram lirih.Kening Prabu berkerut. Dari penyelidikan saat mencari adiknya, ia memang mendapat info bahwa dulunya Puspita adalah pembantu yang dinikahi Pram selaku majikan, tetapi cerita detailnya tentu saja ia tidak tahu.“Istriku, Soraya, kala itu memintaku menikahi pengasuh anak kami. Bahkan saat dia masih hidup. Bayangkan, Bang. Istriku masih hidup, dan ia sakit keras. Tapi dia memintaku menikahi wanita lain, yang tentu saja saat itu tidak aku cintai.”Prabu mengangguk pelan. Ia ingat kisah itu, meski tak pernah menyelaminya sedalam ini.Pram melanjutkan, “Aku juga tak siap waktu itu. Aku tak mencintai Puspita. Tapi Soraya bersikeras. Katanya, hanya dia yang pantas menjaga anak kami kalau nanti dia pergi. Dan aku... aku akhirnya menurut.”Hening sejenak. Prabu merenung. Ia baru tahu jika awalnya Pram terpaksa menikahi Puspita.“Kamu masih mending, Bang. Istrimu sudah pergi saat kebingungan seperti ini, sementara aku
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

264. HAMPIR LULUH

Prabu berdiri kaku di depan ruang NICU. Matanya tak lepas dari sosok mungil yang terbaring di dalam inkubator. Kabel-kabel medis yang menempel di tubuh kecil itu selalu membuat dadanya sesak. Seolah diremas-remas dari dalam.Wajah Raja tampak tenang, meski tubuhnya dipenuhi alat bantu pernapasan dan sensor-sensor medis. Ia tak tahu apa yang sedang berkecamuk dalam diri ayahnya.“Ganteng sekali dia... persis seperti kamu waktu masih bayi.”Prabu menoleh cepat. Sosok wanita tua berambut putih itu berdiri di sampingnya, juga menatap ke arah bayi kecil yang terbaring lemah. Oma.Prabu belum sempat berkata apa pun, tapi wanita itu melanjutkan, “Raja pasti kuat. Sama seperti kamu yang kuat meski ditinggal ibumu ketika melahirkan.”Prabu masih diam. Tenggorokannya tercekat. Ia hanya mengangguk kecil, mencoba menahan emosi yang mulai naik ke permukaan. Ia mengepalkan tangan. Ada dentuman aneh dalam dadanya, mengusik kerasnya hati. Tapi ia menahan. Lidahnya kelu. Matanya tetap menatap ke depan
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

265. LANGKAH PRABU

Prabu membeku. Kalimat terakhir yang keluar dari mulut Puspita membentur dadanya seperti palu godam.“Mereka… datang ke apartemen sebelum Irena dibawa ke rumah sakit?” gumamnya nyaris tak terdengar.Puspita mengangguk kuat. “Iya, Bang. Aku berani bersaksi karena aku membersamai mereka. Kami tidak tahu jika Abang baru saja mengantar dokter Irena ke rumah sakit. Kami baru tahu setelah bertemu Mbak Sri dan Chiara di sana.”Sekali lagi Prabu tertegun. Saat itu ia memang buru-buru membawa Irena dengan segala kepanikannya. Tidak memperhatikan sekitar.“Kalau Abang tidak percaya,” lanjut Puspita sambil menatap mata kakaknya lembut, “silakan periksa CCTV di apartemen.”Suasana mendadak sunyi. Bahkan suara mesin inkubator terasa nyaring di tengah keheningan itu. Prabu membeku, menatap wajah Puspita dengan sorot masih tak percaya, lalu menoleh perlahan ke arah Oma.Wanita tua itu masih berdiri di sana dengan air mata yang tak kunjung berhenti. Matanya sembap, tapi dalam sorotnya, Prabu menemuka
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more

266. ABAI

Prabu terpaku. Cangkir di tangannya nyaris jatuh jika tak segera ia letakkan ke meja. Ia menoleh ke Puspita, yang langsung menghindari tatapan itu. Sementara Opa dan Oma menatapnya dengan sorot penuh harap.Prabu menghela napas berat. Seberat beban dalam dadanya.“Aku baru saja kehilangan istri. Bahkan belum genap sepuluh hari. Aku belum mau memikirkan hal itu,” kilah Prabu lelah. Ia tidak mengira jika keluarganya berharap seperti itu.Ya, ia yakin jika semua keluarganya mengharapkan ia menikahi Andini. Buktinya, Puspita dan Opa juga diam saja, tak memberikan komentar apa pun. Ia sangat yakin jika semua orang sepemikiran. Hanya saja mewakilkan semua pada Oma karena tahu, ucapan Oma adalah yang paling ia dengar.Oma ikut-ikutan menghela napas berat.“Oma tahu. Kami sangat tahu hal itu, sakit ditinggalkan memang tidak ada obatnya. Hanya saja perlu kamu ingat, rasa sakit melihat darah daging kita tumbuh dalam ketimpangan kasih sayang akan lebih menyakitkan nantinya. Kami tidak mau meliha
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

267. BUKAN SIAPA-SIAPA

Prabu membeku di tempatnya. Ia seperti baru saja dijatuhkan dari tempat tinggi tanpa sempat bersiap. Napasnya tercekat, tenggorokannya mengering. Kalimat Andini masih bergema di telinganya."Kami akan segera berangkat setelah semuanya selesai." Berangkat? Mereka benar-benar akan pergi?Keheningan bercampur dengan dinginnya suhu ruangan semakin membalut luka di hati Prabu. Ia menggenggam besi pembatas ranjang pasien erat. Jemarinya menegang, seperti hendak menahan sesuatu yang hendak pecah di dalam dadanya.“Din…” Suaranya lirih, nyaris tak terdengar. “Kau benar-benar yakin akan membawa Chiara pergi?”“Tentu saja.” Andini menjawab masih dengan suara datar.“Lalu, bagaimana dengan amanat Irena? Bukankah kakakmu meminta kita menjaga Chiara dan Raja sama-sama?”“Bukankah aku sudah pernah bilang sebaiknya kita berbagi tugas, Mas?”“Apa kamu tidak ingin membantu mengurus Raja?”Andini diam sejenak. “Aku tidak bisa terus-terusan di sini. Aku punya pekerjaan. Punya tanggung jawab. Makanya aku
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

268

Prabu berjalan lunglai kembali ke ruang NICU. Kalimat penolakan Andini terus terngiang di telinganya saat ia menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.“Aku bawa mobil sendiri, Mas. Tidak usah khawatir. Aku hanya minta satu hal, tolong segera urus surat pindah sekolah Chiara. Aku ingin semua beres sebelum kami berangkat.”Kalimat itu disampaikan Andini tanpa sedikit pun nada benci atau amarah. Justru terlalu tenang. Dan ketenangan itulah yang menusuk paling dalam.Prabu mengangguk pelan, menahan napas yang rasanya mulai sesak di dada. Ia tak bisa memaksa. Tidak setelah semua yang terjadi.Oma, Opa, dan Puspita hanya menatapnya dari kejauhan, tak ada satu pun yang berani bicara. Tatapan mereka penuh luka dan iba, tapi mereka memilih diam. Mereka tahu, satu kata saja bisa jadi pemicu amarah Prabu yang tengah rapuh. Dan mereka tidak ingin Prabu kembali menjauh dari mereka. Tidak lagi. Mereka juga tak ingin memaksakan lagi kehendak. Hanya bisa berdiri di sampingnya apa pun keputusannya.L
last updateLast Updated : 2025-04-15
Read more

269

Prabu berdiri di ambang pintu kamar, mematung. Pintu terbuka, dan dari celah itu, terlihat punggung Andini dan Chiara yang tengah sibuk berkemas. Koper besar terbuka di atas tempat tidur, dan beberapa kardus kecil diletakkan di lantai, sebagian sudah ditutup dengan lakban.Hati Prabu terasa hampa. Seperti ruangan itu—tak lagi memiliki sisa tawa, tak ada jejak yang bisa ia pertahankan.Andini melipat satu helai baju kecil milik Chiara lalu menaruhnya di dalam koper. Gerakannya tenang, rapi, tanpa suara. Tapi justru dari ketenangan itu, Prabu bisa membaca begitu banyak hal: luka yang ditekan, kecewa yang disembunyikan, dan entah apa lagi.Chiara duduk di lantai sambil memilih beberapa buku dan mainan kesukaannya. Anak itu terlihat sangat tenang dan menurut. Tidak terlihat sedih, protes, apalagi tantrum. Begitu pandai Andini memberi pengertian. Prabu angkat jempol untuk itu.Di samping anak itu, sebuah bingkai foto diletakkan hati-hati: foto keluarga mereka. Prabu, Irena yang sedang meng
last updateLast Updated : 2025-04-15
Read more

270.

Langkah Prabu terhenti di depan pintu apartemen. Napasnya memburu, dada sesak menahan harap yang mulai menipis. Ia langsung menerobos masuk setelah Mbak Sri membuka pintu. Kakinya refleks melangkah menuju kamar Chiara, tempat mereka biasa tidur selama ini.Kosong.Selain Mbak Sri yang menatapnya sendu dari balik pintu, tak ada sesiapa pun lagi di sana.Ruang itu terasa asing, sepi, dan dingin. Koper-koper, kardus, mainan—semuanya telah lenyap. Tirai jendela dibiarkan setengah terbuka, membiarkan cahaya pagi masuk, menyinari ruangan dengan suram. Bekas-bekas keberadaan mereka pun seperti telah disapu bersih waktu.“Andini… Chiara…” gumamnya pelan, suaranya pecah, nyaris tak terdengar.Ia bergegas keluar dari kamar itu, menelusuri ruang demi ruang seperti masih berharap menemukan bayangan mereka. Tapi tidak ada. Bantal-bantal sudah ditumpuk rapi, lemari pakaian kosong, bahkan sandal kecil milik Chiara pun tak tampak di dekat pintu.“Kalian… sudah pergi?” bisiknya lagi, kini dengan suara
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more
PREV
1
...
232425262728
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status