Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 401 - Chapter 410

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 401 - Chapter 410

528 Chapters

BAB 401 - KEPUTUSAN KARIN

Karin menatap paspor miliknya yang terletak di atas meja rias. Dia mengambil paspor itu, lalu melihat setiap lembar halaman dalam paspor Indonesia miliknya itu. Tatapannya teralih pada visa studi Kanada, tanpa terasa Karin telah menetap hampir lima tahun di Kanada dan meninggalkan Indonesia. Jika dulu, Karin memilih tinggal di Kanada karena selalu ingin dekat dengan Marsha, sahabatnya. Tapi kini, Karin merasa kekosongan tinggal di Kanada. Sudah lebih dari satu minggu, Karin menjauh dari Frans, namun nyatanya pria itu tidak pernah menyerah. Karin hanya belum sanggup untuk kembali bertemu dengan Frans. Setiap dia melihat Frans, dia tidak mungkin melupakan kejadian itu. Saat Karin tengah melamun, dia mendengar suara teriakan memanggil namanya dengan keras. Karin mengerutkan keningnya, suara teriakan memanggil namanya begitu keras, membuatnya langsung berjalan meninggalkan kamar menuju sumber suara itu. Seketika Karin terdiam ketika sudah berada di depan rumah, dia melihat Frans yang te
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

BAB 402 - ALASAN MEMBENCIMU

"William, kita jadi ke rumah sakit, kan?" tanya Marsha saat melihat Willliam masuk ke dalam kamar. William mendekat; lalu memeluk pinggang Marsha. "Ya, hari ini kita ke rumah sakit. Kau bersiaplah." Marsha tersenyum, dia mengecup bibir William dan langsung menunu walk in closetnya. Kehamilan Marsha sudah memasuki bulan ke delapan. Kandungannya, kian membesar. Seluruh gaun milik Marsha sebelumnya sudah tidak ada lagi yang muat ditubuhnya. Meski William selalu mengatakan dirinya sangat cantik dan seksi, nyatanya Marsha terkadang masih kurang percaya diri. Namun, dia tetap mementingkan kesehatan bayi dalam kandungannya. Tidak lama kemudian, Marsha sudah mengganti pakaiannya dengan dress khusus wanita hamil berwarna kuning. Dia memoles wajahnya dengan make up tipis. Setelah selesai berias, Marsha melangkah keluar dari walk in closetnya. Kini tatapan Marsha teralih, pada William yang tengah fokus pada iPad ditangannya. "William, apa kau sibuk?" Marsha mendekat, lalu duduk di samping Wi
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

BAB 403 - ALASAN SESUNGGUHNYA

"William, Marsha ada hal yang ingin aku katakan pada kalian. Ini alasan kenapa Adrian membencimu," ucap Anna dengan raut wajah yang terlihat tampak ragu. "Tapi sebelumnya, aku berharap kau tidak membenciku, Marsha.""Anna, aku tidak akan membencimu. Ceritakanlah, aku akan berusaha mengerti," jawab Marsha dengan tatapan lembut ke arah Anna.Anna terdiam sesaat, dia melihat ke arah William yang menatapnya serius. Begitupun dengan Marsha yang menatap dirinya. Terlihat jelas wajah Anna tampak ragu dan takut untuk mengatakan itu. Anna hanya takut dia melukai hati Marsha."Anna, katakanlah apa yang ingin kau sampaikan." Marsha menyentuh tangan Anna, dia mengelus pelan punggung tangan wanita itu. "Ini semua karena salahku. Aku tidak pernah bisa melupakanmu, William. Maafkan aku. Bahkan Hingga detik ini, aku masih terus menyimpan barang-barang pemberianmu, William. Tidak pernah sedikitpun aku membuang barang-barangmu. Dan saat kita bertemu di Turki, aku sangat bahagia, setelah sekian lama, a
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

BAB 404 - BERTEMU KARIN

Karin duduk di tepi ranjang. Tatapannya teralih melihat foto-fotonya dengannya Frans yang terletak di atas meja. Tanpa sadar, air matanya terus menetes membasahi pipinya kala melihat foto-fotonya dengan Frans. Difoto itu terlihat jelas kebahagaian dirinya jika bersama dengan Frans. Ya, Karin mengakui hidupnya jauh lebih indah semenjak kehadiran Frans. Selama ini Frans selalu memberikan yang terbaik. Bahkan Frans tidak pernah menyerah mendapatkanya, meski dirinya selalu menolaknya. Karin tahu, Frans tidak akan pernah mungkin mengkhianatinya. Semua terjadi, karena ada yang menjebak Frans. Berkali-kali Karin berusha memaafkan Frans, dan berlajar melupakan semuanya. Namun, kenyatanya dia tetap tidak bisa memaafkan Frans. Luka yang dia dapat terlalu begitu membekas. Rasanya dia tidak mampu untuk menghilangkan luka itu. Kini Karin mengambil bingkai foto di hadapannya. Dia mengelus lembut bingkai fotonya dengan Frans. Terlihat wajah Karin yang merindukan kebersamaan dirinya dengan Frans. H
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

BAB 405 - MEMULAI HIDUP BARU

Operasi Laura berjalan dengan lancar. Dua minggu setelah operasi, Laura hanya tinggal menunggu pemulihan wajahnya. Ya, sebelumnya Laura sudah sadar, dan dia telah mengingat dirinya mengalami kecelakaan. Beruntung saat Laura sadar, dengan keadaan wajah yang sudah dioperasi. Leanore, bayi Laura juga sudah mulai pulih. Marsha dan William, selalu datang menjenguk Laura. Kandungan Marsha kini memasuki minggu ke tiga puluh empat. Terkadang William melarang Marsha untuk menjenguk Laura, namun jika kondisi Marsha memungkinkan, biasanya William memperbolehkan Marsha. Kini Marsha mematut cermin, dia baru saja mengganti pakaiannya. Dia mengusap pelan perutnya yang kian membuncit itu. Hanya hitungan minggu, anaknya akan segera lahir. Sungguh saat ini, Marsha sudah tidak sabar melihat buah hatinya lahir. William yang berdiri di ambang pintu, dia tersenyum melihat istrinya tengah mengelus perut buncitnya itu. William mendekat, lalu memeluk Marsha dari belakang. Dia membawa tangannya mengusap lemb
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

BAB 406 - MELAMAR ANNA

Anna menatap Luna assistant, Marsha yang tengah membantunya merapihkan pakaiannya ke dalam tas. Sebenarnya Anna sudah mengatakan pada Marsha untuk tidak perlu mengirimkan assistantnya. Tapi, Marsha tetap memaksa. Seperti saat ini, Luna dan Albert membantu dirinya. Ya, hari ini dokter sudah memperbolehkannya untuk pulang. "Nona Anna, apa anda ingin sesuatu?" tanya Luna saat dia sudah selesai merapihkan pakaian Anna. "Tidak, Luna. Aku tidak menginginkan apapun. Sampaikan terima kasih pada Marsha," jawab Anna dengan senyuman hangat di wajahnya. Luna mengangguk. "Baik, Nona.." "Maaf, apa aku menganggu?" Suara bariton, masuk ke dalam ruang rawat Anna sontak membuat Anna langsung membalikan tubuhnya, ke sumber suara itu. Seketika Anna terdiam sesaat, melihat sosok pria yang melangkah mendekat ke arahnya. "M-Melvin?" Anna terkejut, Melvin kini berada di hadapannya."Apa kita bisa bicara berdua?" Melvin menatap lekat manik mata Anna. Tatapan Melvin terlihat begitu merindukan wanita itu.
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

BAB 407 - TIDAK MENYERAH

Kabar tentang pernikahan Melvin dan Anna sudah diketahui publik. Dua minggu setelah Melvin melamar Anna, mereka melangsungkan pernikahan di Berlin. Sayangnya, William dan Marsha tidak bisa hadir ke sana. Kandungan Marsha sudah semakin membesar. Hanya hitungan hari, Marsha akan melahirkan. Itu yang membuat William tidak mungkin hadir dalam pernikahan Melvin dan Anna. Meski kecewa karena tidak bisa hadir, tapi Marsha turut bahagia Anna menemukan pria yang tepat di hidupnya. Ya, bagi Marsha, Melvin adalah pria yang tepat untuk Anna. Kini Marsha tengah duduk di sofa, perutnya kian membesar mempersulit ruangnya untuk bergerak. Kakinya mulai membengkak, membuatnya mudah kelelahan jika berjalan terlalu lama. Hari-hari, Marsha hanya sering mengunjungi Laura yang masih berada di rumah sakit untuk penulihan, tapi Marsha tidak bisa datang setiap hari, karena William melarangnya untuk datang setiap hari. Beruntung keadaan Laura kini kian membaik, kondiri bayi Laura juga sudah mulai pulih. Itu ya
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

BAB 408 - SEASON 1 (END)

Di ruang persalinan, William terlihat begitu panik dan cemas, kala Marsha menjerit, merintih kesakitan. Sang dokter mengatakan pada William, jika seorang ibu melahirkan akan merasakan sakit yang luar biasa. Namun, sang dokter langsung mendapatkan tatapan begitu tajam dari William. William tidak mungkin tega, melihat istrinya terus menjerit kesakitan seperti ini."William.." Marsha terlihat begitu pucat, keringatnya membasahi keningnya. Air mata Marsha terjatuh, membasahi pipinya. Dia sungguh merasakan sakit yang luar biasa."Sayang, bertahanlah. Aku di sini," bisik William seraya mengecupi pucak kepala istrnya. "Kau bisa memukulku dan menarik rambutku untuk mengurangi rasa sakitmu.""Sakit, William," rintih Marsha dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipinya. "Iya sayang, aku di sini, bertahanlah," William mengecup bibir Marsha, memberikan kekuatan untuk istrinya itu. "William, aku tidak kuat," Marsha memejamkan matanya, saat perutnya kini begitu merasakan sakit. "Jangan bia
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Extra Chapter Season 1

Suara tangis bayi begitu kencang, membuat Marsha dan William yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Marsha membuka matanya, dia mengerjap beberapa kali. Kemudian, dia melirik jam dinding, kini masih pukul dua pagi. Marsha mengikat asal rambutnya, lalu hendak beranjak dari tempat tidur. Namun, saat Marsha hendak beranjak dari tempat tidur, tangan William menahan lengannya. "William, Sean sedang menangis. Aku harus menghampirinya," ucap Marsha sambil melihat William. "Biarkan Ruth saja. Kau pasti lelah, Marsha. Kau baru tidur," jawab William yang tidak tega pada istrinya. Jika tengah malam seperti ini, William selalu meminta Ruth, pengasuh Sean untuk berjaga-jaga jika Sean menangis."Kau tahu, Wiliam. Sean terkadang tidak mau minum susu di botol." Marsha beranjak dari ranjang dan melangkah, menuju kamar Sean yang berada di samping kamarnya. Sedangkan William mengulum senyumannya, mendengar ucapan Marsha. Ya, putranya itu lebih menyukai diberikan ASI secara langsung. Ditengah mala
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Extra Chapter Season 1 – II 

"Oh sayang... Apa kau merindukan Daddy? Kau mau hari ini kita ke kantor Daddy, sayang?" Marsha menggendong Sean, dia tidak henti mengecupi pipi gemuk Sean. Sean tertawa setiap Marsha menciumnya. Marsha menghirup aroma tubuh Sean yang begitu harum. "Kau mau hem? Oke let's go. Kita ke kantor Daddy," ucap Marsha sembari mencium hidung Sean gemas. Kemudian, Marsha meminta Ruth, pengasuh Sean mempersiapkan beberapa keperluan Sean. Serta Luna yang menyiapkan mobil. Seperti biasa, Marsha meminta Luna untuk membawa mobil. Marsha sudah terbiasa dengan Luna. Itu kenapa Marsha meminta Luna menjadi assistant sekaligus sopir pribadinya. "Nyonya Marsha," sapa Luna yang kini melangkah mendekat ke arah Marsha. "Ya? Semua sudah siap?" tanya Marsha sambil melihat Luna yang berdiri di hadapannya. "Sudah Nyonya," jawab Luna. Marsha mengangguk. Kemudian, dia berjalan meninggalkan kamar bersama dengan Sean yang berada digendongannya. Ruth dan Luna mengikuti Marsha dari belakang. Saat tiba di depan mob
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more
PREV
1
...
3940414243
...
53
DMCA.com Protection Status