Semua Bab Takdir Perjanjian Pernikahan: Bab 381 - Bab 390

528 Bab

BAB 381 - HAMPIR KETAHUAN

"Maaf, membuat kalian menunggu." Raymond melangkah masuk ke dalam ruang meeting. Dia menatap Dimtry dan Kim yang langsung berdiri menyambutnya. Mereka mengulurkan tangan, dan Raymond menyambut uluran tangan mereka. Ya, hari ini Raymond meminta assistannya bertemu dengan Dimtry dan Kim. Dan pertemuan ini sengaja Raymond atur di perusahaannya. Dia tidak ingin bertemu dengan Kim dan Dimitry di perusahaan William. Dia yakin, William akan menaruh curiga, karena tidak biasanya dia bertemu dengan Kim dan Dimitry. "Apa kabar Tuan Raymond? Saya rasa ini pertemuan pertama kita," ujar Kim seraya menundukan kepalanya. Raymond membalas dengan anggukan singkat, lalu duduk di hadapan Dimtry dan Kim. "Maaf dipertemuan pertama kita, aku datang terlambat." "Tidak masalah Tuan, kami juga baru datang," sambung Dimitry. "Alright, aku rasa kalian tahu, sekarang aku terlibat membantu William dalam proyek kerja sama Geovan Group dengan Watson Group. Sebelumnya aku ingin bertanya pendapat kalian mengenai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

BAB 382 - NOTHING GONNA CHANGE

Pagi hari, Marsha tengah membuatkan sarapan untuk William. Jika biasanya, Marsha terbiasa dengan pelayan yang menyiapkan makanan untuknya dan William, tapi kali ini Marsha ingin sendiri menyiapkan sarapan untuk suaminya. Dan hari ini, Marsha membuatkan Gnocchi. Makanan khas Italia, sesuai dengan kesukaan William. Lama tinggal di Milan, membuat William lebih menyukai hidangan Italia. Karena William tidak begitu menyukai sayuran, Marsha memilih mengisi Gnocchi dengan daging. Tentu Andine, chefnya turut membantu. Meski tidak sepenuhnya, tapi Andine hanya melihat saja dan memberitahu jika ada bahan makan yang Marsha salah masukan. "Selesai," Marsha tersenyum puas ketika dia sudah selesai membuatkan Gnocchi. "Andine, apa ada yang kurang?" tanya Marsha pada Andine yang berdiri di sampingnya. "Tidak Nyonya, rasanya juga sudah pas. Saya yakin, Tuan William pasti menyukainya," jawab Andine. Marsha tersenyum. "Baiklah, aku akan menemui William." Andine mengangguk. Kemudian Marsha melangka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

BAB 383 - MARSHA, HELP ME...

"Marsha, beberapa hari lalu kau makan siang dengan temanmu. Luna mengatakan temanmu itu bernama Anna, apa yang dimaksud-" "Ya, Anna mantan kekasihmu. Aku menyukainya. Dia sangat baik. Aku tidak sengaja bertemu dengan Anna di supermarket ketika aku berbelaja, bahan-bahan makanan." Marsha langsung memotong ucapan William. Terakhir Marsha memang tidak membahas tentang dia bertemu dengan Anna. Dia berpikir, William sudah menyadarinya. Namun, ternyata William tidak menyadari Anna yang dia maksud adalah mantan kekasihnya sendiri. Lagi pula. Marsha menyukai Anna, wanita itu sangat baik dan lembut. William mengangguk, kemudian dia duduk di sofa seraya membaca email masuk di iPadnya. Terlihat jelas, raut wajah William yang tidak perduli dengan Anna. Bahkan saat bertemu tidak sengaja, William juga tidak menyapa Anna. "William?" Marsha menyusul William, dia duduk di samping suaminya itu. "Apa kau masih membenci Anna?" "Aku tidak memiliki alasan untuk membencinya," jawab William datar. "Tapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

BAB 384 - PILIHAN SULIT

William duduk di kursi kepemimpinan. Tepat di samping William, ada Raymond yang tengah membaca dokumen yang baru saja diberikan oleh Dimitry. Hari ini, meeting dipimpin langsung oleh Dimitry yang membahas tentang penyusunan pembangunan hotel baru di Roma dan Milan. Segala kerugian, telah diatasi oleh William. Bahkan William tidak terlalu mengambil pusing kerugian itu. Bagi William, kerugian itu tentu tidak ada apa-apaanya. Meski selama hampir sembilan tahun William memegang kendali Geovan Group, ini pertama kalinya dia mengalami kerugian begitu besar. "Tuan William, pembanguan hotel di Roma dan Milan, diperkirakan akan selesai kurang di awal tahun depan," ujar Dimitry dengan begitu yakin. William mengangguk. "Aku tidak menyukai pekerjaan yang lama. Bulan depan, Albert akan menyusun proposal pembanguan hotel di Asia. Termasuk di Indonesia, aku ingin membangun hotel di negara kelahiran istriku." "Saya rasa itu ide yang bagus. Mengingat Indonesia salah satu negara yang memiliki tingka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

BAB 385 - RENCANA YANG SUDAH DISIAPKAN

William duduk di tepi ranjang, dia menatap Marsha yang masih belum juga sadar. Beruntung, tidak terjadi sesuatu pada kandungan istrinya. Dokter mengatakan terlalu banyak yang dipikirkan. Pikiran William tetap tidak bisa tenang, disisi lain dia ingin melihat keadaan adiknya yang masih di ruang operasi. Namun, di sisi lainnya William tidak mungkin meninggalkan Marsha sendiri. Terlebih kondisi Marsha belum membaik. Dokter melarang Marsha terlalu banyak beban pikiran. William mengusap rambut Marsha, dia memberikan banyak kecupan di puncak kepala istrinya itu. Kemudian, dia membawa tangannya mengusap lembut perut Marsha yang membuncit itu. Perlahan Marsha mulai membuka matanya. Dia merasakan ada yang menyentuh wajahnya. Saat dia membuka matanya, dia tersenyum mendapati William berada di sampingnya. "Sayang, kau sudah sadar?" William mengelus lembut pipi Marsha. "William, kenapa aku ada di sini?" tanya Marsha dengan suara pelan. "Tadi kau pingsan. Jangan memikirkan apa pun. Aku tidak i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

BAB 386 - BAGAIMANA AKU MELUPAKANNYA?

Anna membuka sebuah kotak yang sudah lama dia tidak pernah buka. Dia menatap kalung berinisial W. Senyum di bibir Anna terukir melihat kalung berlian itu. Namun, seketika senyum di bibirnya pudar, tergantikan dengan wajah yang tampak muram. Sudut matanya mulai mengeluarkan air mata. Kali ini, Anna membiarkan air matanya berlinang membasahi pipinya. Selama ini, dia selalu menahan air matanya. Dan tidak untuk saat ini. Anna sengaja membiarkan dirinya menangis. Dengan menangis hatinya bisa lebih sedikit tenang. "Bahkan hingga detik ini, aku tidak mampu melupakanmu, William.." isak Anna. Dia meremas pelan kalung yang ada ditangannya. Air matanya semakin berlinang membasahi pipinya. "Anna!" Suara teriakan begitu menggelegar memanggil namanya membuat Anna terkejut. Dengan cepat Anna menggapus air matanya, dia menoleh ke belakang. Tatapannya kini melihat Adrian, suaminya berdiri di ambang pintu, dengan wajah penuh dengan kemarahan. "A-Adrian, kau tidak ke kantor?" Anna langsung menyimpan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

BAB 387 - AKU TIDAK AKAN KALAH

Raymond menatap inkubator dari balik kaca, bayi mungilnya berhasil diselamatkan. Dia tidak henti bersyukur, anak dan istrinya bisa terselamatkan. Tidak ada hal yang membuatnya bahagia, selain melihat istri dan anaknya selamat. "Tuan Raymond?" Dion sang assistant memanggil, hingga membuat Raymond menghentikan lamunannya. Raymond mengalihkan pandangannya, dia menatap dingin Dion. "Ada apa?" "Tuan saya ingin menyampaikan tentang kecelakana Nyonya," jawab Dion. "Kau sudah menyelidikinya? Katakan padaku sekarang," desak Raymond yang sudah tidak sabar. "Ada yang sengaja merusak rem mobil Nyonya. Saya sudah memeriksa rekaman CCTV, tapi orang itu ternyata sangat cerdas, Tuan. Saya berusaha memulihkan CCTV, tapi tetap tidak bisa, Tuan. Hingga detik ini saya dan Albert masih mencoba memulihkan CCTV," jawab Dion seraya menundukan kepalanya. Dia tidak berani menatap Raymond yang tengah melayangkan tatapan tajam dan penuk kemarahan. "Aku membayarmu untuk selalu bisa melakukan apapun, Dion! K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

BAB 388 - KEKACAUAN

Suara dering ponsel terdengar, William yang tengah tertidur pulas harus terbangun akibat dering ponsel yang tak kunjung berhenti. Dengan terpaksa, William membuka matanya, dia melirik ke samping Marsha masih tertidur pulas dalam pelukannya. Perlahan William mulai meletakan kepala Marsha di atas bantal. Lalu dia mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. William mengerutkan keningnya, melihat nomor Frans tertera di layar ponselnya. Tanpa menunggu lama, William langsung menggerser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. "Ada apa?" William menjawab dingin saat panggilan terhubung."William, kita mengalami masalah besar!" seru Frans dengan nada begitu cemas dan panik.Mendengar ucapan Frans, William segera beranjak dari ranjang. Dia menjauh dari Marsha, dan tidak ingin istrinya itu mendengarnya. "Katakan ada apa? Kenapa kau menghubungi tengah malam seperti ini?" tukas William dingin. "Apartemenmu di Jepang, yang baru saja selesai pembangunan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

BAB 389 - PERMINTAAN MARSHA

Dering interkom masuk, membuat William yang tengah membaca berkas dari Albert harus mengalihkan pandangannya. William menatap dingin interkom yang tak kunjung berhenti itu. Hingga kemudian, dia menekan tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian menjawab dingin, "Apa kau tidak mendengar perkataanku? Jangan menggangguku!" "M-Maaf Tuan, tapi ada Tuan Raymond Jefferson ingin bertemu anda." Suara Aluna, sekretaris William terdengar begitu gugup dari seberang line. "Minta dia untuk masuk." William menekan tombol merah, untuk mengakhiri panggilan tersebut. Tidak lama kemudian, Raymond melangkah masuk ke dalam ruang kerja William. Dia tidak memperdulikan tatapan William yang menghunus tajam ke arahnya. Dia mendekat, lalu duduk di hadapan William. "Aku tidak suka berbasa-basi. Katakan padaku, ada apa?" seru William dengan wajah yang tampak tak bersahabat. "Ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu," jawab Raymond. "Apa kau ingin membahas kebakaran hotel dan apartemenku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

BAB 390 - SULIT UNTUK MELEPASKAN

Marsha memasukan barang-barang yang akan di bawa oleh William ke Milan ke dalam koper. Setelah selesai, dia langsung meminta pelayan meletakan koper suaminya itu ke dalam mobil. Terlihat wajah Marsha tampak begitu muram. Ya, dia merasa berat untuk membiarkan William pergi ke Milan. Marsha ingin sekali untuk pergi ke Milan menemani suaminya. Tapi kondisi kandungannya tidak memungkinkan. Jika saja Marsha sedang tidak hamil, dia sudah pasti akan ikut ke Milan. William yang tengah berdiri di ambang pintu, dia menatap istrinya yang terlihat begitu muram. Dia langsung mendekat dan memeluk Marsha dari belakang. Marsha tersenyum kala mendapatkan pelukan hangat William. Kemudian, dia membalikan tubuhnya. Kini dia dan William saling menatap dalam satu sama lain. William menagkup ke dua pipi Marsha, mencium serta melumat lembut bibir istrinya itu. "Aku akan segera pulang sayang." William tidak henti mencium bibir Marsha, dia memagut dengan lembut bibir ranum Marsha. Marsha membenamkan wajahn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3738394041
...
53
DMCA.com Protection Status