Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 371 - Chapter 380

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 371 - Chapter 380

528 Chapters

BAB 371 - TIDAK INGIN MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

Marsha menggeliat dan mulai membuka matanya, ketika merasakan ada yang mencium di wajahnya. Senyum di bibirnya, terukir melihat William tidak henti mencium dirinya. Tatapan Marsha kini, menatap tubuh polosnya yang hanya terbalut dengan selimut tebal. Tubuhnya, masih terasa remuk, bercinta dengan suaminya sepanjang malam begitu membuat tubuhnya terkulai lemah. Namun, tidak dipungkiri Marsha selalu menyukai setiap sentuhan suaminya itu. William yang melihat Marsha sudah membuka mata, dia langsung melumat lembut bibir istrinya itu. "Maaf membangunkanmu." "Tidak sayang," jawab Marsha sembari mengelus rahang Wiliam. "Apa hari ini kau akan ke kantor?" "Ya, aku harus ke kantor. Banyak yang aku kerjakan sebelum kita berlibur," William mengusap lembut rambut Marsha. "William, tapi-" Marsha mendongakan wajahnya dari dalam pelukan William. Wajahnya terlihat tampak ragu. "Ada apa, sayang?" William mengelus lembut pipi Marsha. "Kau memiliki masalah perusahaan. Aku rasa kita tidak usah berlib
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

BAB 372 - GRATEFUL

William duduk di kursi kebesarannya, di hadapannya Dimtry yang tengah membahas masalah pembangunan hotel di Roma. William mengambil dokumen di hadapannya, dia membuka setiap lembar berkas itu. Kemudian dia mengambil pena dan menandatangani berkas itu. Tidak ada pilihan lain, dia harus bertanggung jawab atas kerugian ini. Setelah menanda tangani berkas itu, William menyerahkan dokumen itu pada Albert yang berdiri di sampingnya. "Tuan Dimtry, assistantku akan mengurus semuanya. Segala kerugian, telah ditanggung Geovan Group," tukas William. "Tuan William, kenapa anda tidak meminta Watson Group juga ikut menanggung kerugian ini? Mengingat kerugian yang harus anda bayarkan tidak sedikit," kata Dimtry yang memberi saran. "Assistantku akan mengurusnya. Aku memang tidak meminta Watson Group bertanggung jawab. Alasannya, proses pengeluaran dana Watson Group, memakan waktu yang cukup lama. Lebih baik aku yang mengambil alih, dan ketika hotel ini telah selesai, aku akan mengurangi pembangian
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

BAB 373 - BERUSAHA SEMAMPUKU

Laura melirik jam dinding, kini sudah pukul delapan malam namun Raymond masih belum juga pulang. Ya, setelah dia kembali dari kantor William, Laura ingin sekali menemui Raymond. Dia ingin segera menceritakan semua apa yang telah diucapkan oleh William. Suara ketukan pintu, membuat Laura mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Kemudian, dia langsung menginterupsi untuk masuk. "Nyonya Laura," sapa seorang pelayan seraya membawa nampan yang berisikan makan malam untuk Laura. "Apa kau melihat mobil Raymond sudah datang?" tanya Laura ketika pelayan itu berada di hadapannya. "Belum Nyonya, Tuan Raymond belum datang," jawab pelayan itu. Laura mengangguk. "Terima kasih, kau boleh pergi sekarang." Pelayan itu mendunduk, dia menghidangkan makanan di meja, kemudian undur diri dari hadapan Laura. Laura mendesah pelan, entah kenapa dia malas makan, makanan yang sudah terhidang di hadapannya ini. Tidak biasanya Raymond pulang terlambat. Jika Raymond sibuk, suaminya itu selalu memberikan kaba
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

BAB 374 - SEMUANYA ADALAH MILIKMU

"Nyonya? Maaf, apa Nyonya ingin pergi?" tanya Luna ketika melihat Marsha yang kini sudah rapih dengan memakai dress berwarna kuning. "Ya, aku ingin ke rumah orang tuaku," jawab Marsha. "Baiklah, kalau begitu saya akan siapkan sopir dan-" "Tidak perlu pakai sopir. Kau bisa menyetir mobil bukan? Lebih baik kau saja yang membawa mobil," potong Marsa cepat. "Tapi Nyonya, apa Tuan memberbolehkan saya untuk membawa mobil? Saya hanya takut Tuan William marah," ujar Luna yang tampak ragu. Terlihat dari wajahnya, dia takut jika William marah padanya. Karena memang, biasanya Marsha selalu bersama dengan sopir. "Aku akan mengirimkan pesan pada suamiku. Lagi pula kau juga bisa melindungiku. Aku sudah pernah membaca data tentang dirimu, Luna," balas Marsha dengan yakin. Ya, sebelumnya Marsha telah melihat data tentang Luna. Assistantnya itu mampu bela diri, dan juga lulusan terbaik di kampsunya. Marsha menyukai segala data tentang sang assistant. Itu kenapa Marsha memilih untuk hanya membawa
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

BAB 375 - KAU MEMPERCAYAIKU?

William membaca setiap berkas yang diberikan oleh Albert, kemudian dia mengambil pena dan segera menandatangani berkas-berkas itu. Setelah mendatangani berkas itu, dia langsung memberikanya pada Albert dan mengibaskan tangannya meminta Albert segera meninggalkannya. Albert menundukan kepalanya, lalu undur diri dari hadapan William.William menyandarkan punggungnya, di kursi. Dia memejamkan mata lelah. Suara dering ponsel membuat William membuang napas kasar, dan terpaksa membuka matanya. Dia mengambil ponselnya yang terletak di hadapannya itu. Menatap ke layar tertera nama Frans. William langsung menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke talinganya. "Ada apa?" jawab William dingin saat panggilan sudah terhubung. "William, sepertinya aku baru bisa kembali ke Kanada, bulan depan. Tolong kau selesaikan urusan di sana. Aku belum bisa pulang dalam waktu dekat," ujar Frans dari seberang line."Apa kau mengalami kesulitan di sana? Aku akan meminta Alber
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

BAB 376 - KECURIGAAN RAYMOND

Raymond membuka setiap lembar berkas tentang pembangunan hotel di Roma milik Geovan Group. Dia terdiam sesaat ketika melihat total kerugian yang ditanggung oleh Geovan Group. Jumlah yang sangat besar, bahkan jika masalah ini terjadi di perusahaanya, dia sudah pasti akan menunda proyek ini dalam kurung waktu dua tahun. Ya, Raymond mengakui keberanian William yang tetap melanjutkan proyek ini. Terdengar suara ketukan pintu, Raymond mengalihkan pandangannya ke arah pintu, dan langsung menginterupsi untuk masuk. "Tuan Raymond," sapa Dion sang assistant yang melangkah masuk ke dalam ruang kerja Raymond."Ada apa?" tanya Raymond dingin ketika melihat Dion berada di hadapannya. "Saya ingin menunjukan CCTV kejadian hotel di Roma milik Geovan Group," jawab Dion. "Perlihatkan padaku sekarang," balas Raymond yang sudah tidak sabar. Dion mengangguk patuh, dia meletakan laptop yang ke hadapan Raymond dan memutar rekaman CCTV yang telah dia copy di laptop itu. Tatapan Raymond kini teralih pad
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

BAB 377 - PERINGATAN DARI MELVIN

Sudah hampir satu minggu, William sering pulang larut malam. Beruntung, Marsha bisa mengerti, meski William selalu merasa kasihan pada istrinya, tapi dia tidak bisa berbuat apa pun. Dia tidak mungkin membebani Frans, karena sepupunya itu masih berada di Roma. Jika ada masalah perusahaan, William terbiasa dengan memeriksa itu sendiri. Dia tidak sepenuhnya menyerahkan pada Albert. William menyandarkan punggungnya di kursi dan memejamkan mata lelah. Dia ingin sekali selalu berada disisi Marsha, terlebih kandungan Marsha kini sudah memasuki bulan ke enam. Perut istrinya kian membesar, membuat William ingin selalu menjaga istrinya itu. Namun, dia tidak memiliki pilihan lain. Ya, tentu William memikirkan puluhan ribu karyawannnya. Dengan masalah di perusahaannya, akan berdampak pada keuntungan perusahaan. Itu yang membuat William, harus segera menyelesaikan pekerjannya.Suara dering ponsel terdengar, William membuka matanya, dia menatap ponselnya yang terus berdering itu. Kemudian, dia men
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

BAB 378 - TIDAK AKAN BERHENTI

Suara ketukan pintu terdengar, membuat Raymond yang tengah membaca dokumen di hadapannya, langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan menginterupsi untuk masuk. "Tuan," sapa Dion saat melangkah masuk ke dalam ruang kerja Raymond. "Jika kau datang hanya membahas yang lain lebih baik kau pergi. Aku hanya ingin mendengar kau mendapatkan data yang aku minta," tukas Raymond dingin ketika melihat assistantnya itu berada di hadapannya. "Maaf Tuan, saya hanya ingin memberikan data yang anda minta. Ini adalah data orang-orang yang terlibat dalam proyek kerja sama Geovan Group dengan Watson Group," ujar Dion seraya menyerahkan dokumen yang ada di tangannya pada Raymond. "Kau ini lambat sekali! Aku memintamu mencari data satu atau dua hari bukan satu minggu!" Raymond melayangkan tatapan tajamnya, saat menerima dokumen yang diberikan assistantnya itu. "M-Maaf Tuan, kemarin data yang saya dapat belum lengkap jadi saya belum bisa memberikannya pada anda, Tuan," jelas Dion gugup. Dia me
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

BAB 379 - BERTEMU LAGI?

"William, apa hari ini kau akan pulang terlambat?" tanya Marsha saat, dia baru saja keluar dari walk-in closetnya. Tatapannya kini menatap William yang duduk di sofa, dan fokus pada iPad ditangannya. "Tidak, aku akan pulang lebih awal," jawab William datar. Dia tetap fokus pada iPad di tangannya dan tidak sama sekali melihat ke arah istrinya. Marsha mendesah pelan, dia melangkah mendekat ke arah William, lalu duduk di sampingnya. "Bagaimana masalahmu di kantor? Apa semuanya baik-baik saja?" William mengalihkan pandangannya, ke arah Marsha. Lalu dia melatakan iPad di tangannya itu ke atas meja. "Kau tidak perlu mencemaskanku, hartaku jauh lebih banyak dari kerugian yang aku tanggung." "Apa rencanamu selanjutnya William?" tanya Marsha dengan raut wajah cemas. Ya, Marsha sangat tahu, William memiliki segalanya, tapi entah kenapa Marsha hanya masih mencemaskan suaminya. William tersenyum, dia menarik tangan Marsha, membawanya ke dalam pelukannya. "Aku sudah menyelesaikan semuanya, s
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

BAB 380 - ANNA?

"Marsha?" Suara seorang wanita memanggil Marsha dengan cukup keras, hingga membuat langkah Marsha terhenti.Marsha langsung membalikan tubuhnya, ketika mendengar ada yang memanggil namanya. Seketika Marsha terdiam, melihat wanita itu tersenyum dan melangkah mendekat ke arahnya."Apa kabar Marsha? Kau masih mengingatku?" sapa wanita itu yang kini berdiri di hadapan Marsha. Marsha mengerutkan keningnya, dia menatap lekat wanita itu. "A-Anna? Kau Anna, kan?" "Kau masih mengingatku rupanya," Anna mengulas senyuman hangat di wajahnya. "Kau ada di Toronto?" Marsha sedikit terkejut, melihat Anna berada di Toronto. "Ya, aku sudah berada di Toronto dua minggu ini," ujar Anna. Kemudian, tetapannya melihat perut Marsha yang sudah membuncit. "Kau sedang hamil, Marsha?" Marsha mengangguk. "Lama tidak bertemu, terakhir kita bertemu saat kita di Turkey. Dan sekarang kita bertemu, aku sedang hamil." "Selamat untuk kehamilanmu, Marsha," ucap Anna dengan tulus. "Terima kasih Anna," balas Marsha
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more
PREV
1
...
3637383940
...
53
DMCA.com Protection Status