Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 421 - Chapter 430

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 421 - Chapter 430

528 Chapters

Bab 421 – TA S2 - Kabar Bahagia

"William, minumlah. Aku membuatkan kopi untukmu." Marsha memberikan cangkir yang berisikan kopi yang dia buat khusus suaminya itu. Tatapannya menatap lembut William yang tengah fokus pada iPad di tangannya. Ya, Marsha tentu tahu, meski William sedang tidak ada di Toronto, tapi suaminya itu akan tetap fokus pada pekerjaanya. "Terima kasih, sayang." William menerima kopi yang diberikan istrinya. Lalu dia menyesap kopinya perlahan. "Marsha, apa sean sudah pulang?" tanyanya ketika menyadari tidak ada suara putranya. "Belum, kau seperti tidak tahu saja. Sean sangat dekat dengan Frans. Dia akan menghabiskan waktu dengan Pamannya," Marsha duduk di samping William sembari menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. Kini Tatapannya menatap suasana sore di taman begitu menyejukan. "Apa besok kau ingin berbelanja?" tanya William sambil mengusap rambut Marsha. "Sepertinya, besok aku ingin kita berbelanja dengan Sean. Aku ingin berbelanja sepatu untuk Sean," jawab Marsha antusias. Dia baru menyad
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 422 – TA S2 - Bertemu Amanda

Kini William dan Marsha tengah berada di TSUM shopping Center, salah satu departement store terbesar di Moscow. Sudah sejak tadi Marsha membelikan baju dan sepatu untuk Sean. Tidak hanya Sean, Marsha juga membelikan banyak pakaian dan segala kebutuhan sang suami. "Sayang, kau belum membelikan apapun untukmu," ucap William sambil melihat shopping bag yang dibawakan oleh pengawalnya. Ya, sejak tadi Marsha hanya membelikan pakaian untuk sean dan William. "Aku ingin melihat dress di toko itu." tunjuk Marsha di salah satu toko yang tidak jauh darinya. William mengangguk, kemudian dia merengkuh bahu Marsha dengan tangan kirinya. Tangan kanannya menggendong Sean yang sejak tadi begitu tenang. Sean hanya menurut, dan terus memeluk leher William dengan tangan mungilnya. Setibanya di toko, Marsha langsung memilih beberapa dress yang sejak tadi menarik perhatiannya. William yang tengah menggendong Sean, dia mengikuti istrinya yang tengah memilih dress itu. "Sayang, ambil ini." William membe
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 423 – TA S2 - Kebaya?

William menggedong Sean yang kini tertidur pulas dalam pelukannya. Dia langsung membawa Sean ke kamar dan membaringkan putranya di ranjang. Seharinya pergi menamani Marsha berbelanja, membuat Sean terlihat kelelahan. "Sean pasti sangat lelah," ucap Marsha sambil melihat putranya yang tengah tertidur pulas. "Ya, biarkan dia tidur," William mengecup kening Marsha. "Aku harus ke kantor. Tadi Frans mengirimkan pesan padaku, ada rekan bisnisku dari Melbourne, ingin bertemu denganku." "Kau ingin langsung ke kantor? Apa kau tidak lelah?" Marsha mengerutkan keningnya. Dia tidak percaya, seharian ini suaminya sudah menemani dirinya berbelanja, tapi William masih ingin ke kantor cabangnya yang dipimpin Frans. "Aku akan beristiarahat nanti," William menarik dagu Marsha, mencium dan melumat lembut bibir istrinya. "Aku berangkat, nanti kau tidurlah duluan. Jangan menungguku." Marsha mengangguk. "Aku akan menamanimu ke depan." Kemudian, Marsha langsung memeluk lengan William, berjalan mening
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 424 – TA S2 - Hanya Bunga Tidur

"Mommy.... Daddy...." Suara tangis Sean begitu kencang, membuat Marsha dan Karin terkejut. Dengan cepat Marsha dan Karin beranjak dari tempat duduk mereka, dan langsung menghampiri Sean."Oh, sayang? Kenapa menangis.." Marsha yang sudah tiba di kamar, dia langsung memeluk erat Sean. Karin duduk di samping Marsha sambil mengusap rambut Sean. "Kenapa menangis, sayang? Mommy di sini.." Marsha mengertakan pelukannya. Dia mengusap punggung putranya itu. Sean membenamkan wajahnya dalam pelukan Marsha, lalu dia mendongak dengan mata dan hidung memerah. "Mommy, di mana Daddy? Sean ingin Daddy..." isak Sean kembali terdengar saat menanyakan William. "Daddy bekerja, sayang. Di sini ada Mommy dan Bibi Karin yang menemanimu. Jangan menangis, sayang." Marsha menghapus air mata putranya dengan jemari tangannya. Dia mengecup pipi gemuk putranya itu. "Aku ingin Daddy, Mommy. Aku ingin Daddy.." isak Sean. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada Marsha. "Sean, Daddy sedang ada di kantor bersama Pa
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 425 – TA S2 - Kedatangan Lea

"Kakak Sean..." Lea berteriak memanggil Sean, dia langsung berlari masuk ke dalam rumah. "Lea, jangan berlari, sayang. Nanti kau terjatuh," teriak Laura ketika melihat putrinya berlari. "Biarkan, sayang. Lea pasti merindukan Sean." Raymond merengkuh bahu Laura, lalu berjalan masuk ke dalam menyusul Lea yang sudah lebih dulu. "Kak Sean?" Lea kini melihat Sean, yang tengah bermain robot. Dia langsung mendekat dan duduk di samping Sean. Sean melirik Lea sekilas, lalu dia kembali main dengan robotnya tanpa menghiraukan kedatangan Lea. Marsha dan Karin yang baru saja selesai membuat puding, mereka terkejut melihat Lea duduk di samping Sean. Marsha langsung meletakan puding yang dia buat ke atas meja, lalu berjalan menghampiri Sean dan Lea. "Lea sayang, kau sudah datang?" tanya Marsha dengan suara lembut. Lea mendongakan kepalanya, dia tersenyum melihat Marsha dan Karin. Dengan cepat Lea beranjak dari tempat duduknya, lalu memeluk Marsha dan Karin. "Bibi Marsha... Bibi Karin... Aku
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 426 – TA S2 - Pengertian

"Marsha.." Langkah Marsha terhenti, saat mendengar suara William memanggil namanya. Dia langsung membalikan tubuhnya, dan menatap sang suami yang kini berdiri tidak jauh darinya. "William? Apa Sean mencariku?" Marsha mendekat, dia melangkah menghampiri William. "Tidak, sayang. Sean dan Lea sudah tertidur di kamar mereka," jawab William sembari mengelus lembut pipi Marsha. "Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu." "Ada apa, William?" Marsha mengerutkan keningnya, menatap bingung William. "Kita ke kamar." William merengkuh bahu istrinya. Membawa Marsha masuk ke dalam kamar. Marsha menurut, dia memilih mengikuti William. Meski dia tidak tahu apa yang ingin William bicarakan padanya. "Apa yang ingin kau katakan?" tanya Marsha yang penasaran saat dirinya dan William sudah tiba di kamar. William masih diam, dia menarik tangan Marsha, membawa istrinya duduk di sofa. "Besok Frans dan Karin, akan lebih dulu berangkat ke Indonesia bersama dengan Raymond dan Laura." Dia menyelipkan rambu
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 427 – TA S2 - Semuanya Adalah Milikmu

Keesokan hari, suasana rumah sudah terlihat begitu sibuk. Terutama Karin, yang meminta pelayan memindahkan koper-koper miliknya ke dalam mobil. Kemarin, saat Frans mengatakan pada Karin, keberangkatan ke Indonesia dipercepat, membuat Karin langsung menghubungi butik langganannya. Karin meminta butik langganannya itu, mengirimkan tas dan sepatu koleksi terbaru untuk ibunya. Tentu saja, kemarin Karin kesal karena Frans tidak mengatakan padanya, jika keberangkatan ke Indonesia dipercepat. Tidak hanya Karin yang tengah sibuk, Laura juga tengah sibuk membawa mengatur barang-barang yang akan di bawa ke Indonesia. Tapi, Laura tidak terlalu membawa banyak barang, karena dia lebih memilih untuk membelinya di sana, jika nanti dia membutuhkan sesuatu. "Sayang, kenapa kau membawa banyak sekali barang?" tanya Frans dengan nada sedikit kesal. Dia menatap tumpukan koper-koper milik kekasihnya itu. Bahkan satu mobil juga tidak akan muat menampung koper milik Karin.Karin mendengus, kemudian dia men
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 428 – TA S2 - Ingin Punya Adik?

Suara dering ponsel membuat Marsha yang baru saja selesai mandi, dia langsung berjalan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Kini tatapannya teralih menatap nomor Clara, ibunya yang tengah menghubunginya. Tanpa menunggu lama, Marsha langsung menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. "Ya, Ma?" jawab Marsha saat panggilan terhubung. "Marsha, apa Mama mengganggumu?" tanya Clara dari seberang line. "Tida, Ma. Ada apa?" "Mama dengar, kau akan ke Indonesia.""Astaga, Mama. Aku lupa memberitahu Mama. Iya, aku akan ke Indonesia, Karin dan Frans akan menikah di sana. Mama tahu dari mana? Maaf, Ma. Aku lupa memberitahumu." "Kau ini benar-benar, Marsha. Bagaimana kau bisa tidak memberitahu Mama?" Marsha berdecak. "Aku lupa, Ma. Lagi pula, Mama juga sudah mendengarnya." "Ya, Mama tahu dari Papamu. William yang sudah menceritakannya. Tapi Mama, menunggumu cerita pada Mama." Marsha meringis. Kali ini benar-benar lupa untuk menceritaa
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 429 – TA S2 - Perkelahian

William dan Marsha turun dari mobil melangkah masuk ke dalam perusahaan cabang milik Geovan Group yang ada di Moscow. Sean yang tengah digendong oleh William, menjadi pusat perhatian para karyawan yang ada di area lobby itu. Tampak para karyawan yang langsung menundukan kepalanya, saat melihat William dan Marsha. "Marsha, nanti kau tunggu di kamar pribadiku. Aku akan meeting dengan Mr. Beck mungkin hingga dua atau tiga jam ke depan," kata William sambil menatap Marsha.Marsha mengangguk paham. "Ya, aku dan Sean akan menunggumu." "Mommy, aku ingin ice cream," pinta Sean."William, apa di ruanganmu, kau memiliki persediaan ice cream?" tanya Marsha. "Tidak, sayang. Nanti aku akan meminta anak buahku membelikan ice cream," jawab William sembari mengecup pipi gemuk Sean. "Daddy, aku ingin membeli ice cream dengan Mommy," Sean memeluk leher William dengan tangan mungilnya. Dia menatap William dengan penuh permohonan. "William, biarkan aku membeli ice cream berdua dengan Sean," Marsha m
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 430 – TA S2 - Balasan

"Tuan William, bagaimana dengan software yang akan kita pakai diperusahaan teknologi ini?" tanya Beck rekan bisnis William yang duduk tepat di hadapan William. "Aku akan memilih yang terbaik. Nanti assistant akan mengurusnya," tukas Willliam dingin.Beck mengangguk. "Baik, Tuan. Aku akan menunggu informasi selanjutnya." "Tuan William.." Seorang wanita berlari menerobos masuk ke dalam ruang meeting. William langsung mengalihkan pandangannya. Dia menatap dingin Carol, manager perusahaan cabangnya menerobos masuk ke dalam ruang meeting. "Ada apa?" tanya William dingin, dengan alis yang saling beratautan dan sorot mata tajam. "Tuan, Maaf menggaggu. Tapi saya ingin memberitahu tentang Nyonya," jawab Carol dengan gugup. "Apa maksudmu? Katakan yang jelas!" William semakin menghunuskan tatapan tajam. Terlebih Carol menyebut istrinya."Nyonya Marsha berkelahi dengan seorang wanita, Tuan," jawab Carol seraya menundukan kepalanya tidak berani menatap William. William tersentak, dengan cep
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more
PREV
1
...
4142434445
...
53
DMCA.com Protection Status