Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 431 - Chapter 440

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 431 - Chapter 440

528 Chapters

Bab 431 – TA S2 - Sebuah Janji

William memarkiran mobilnya ke dalam rumah. Kemudian, tatapannya kini teralih melihat Marsha yang tengah tertidur pulas dengan Sean yang berada di pangkuannya yang juga tengah tertidur pulas. Kini William membawa tangannya menyentuh luka lebam di wajah istrinya itu. Kilat mata kemarahan dalam dirinya, tidak bisa dia tutupi. Hal yang paling William benci melihat anak dan istrinya terluka. Selama ini, dia selalu menjaga anak dan istrinya dengan baik. Dan dia bersumpah, tidak akan pernah memaafkan orang yang telah melukai anak dan istrinya itu. William mengecup pipi putranya yang masih memerah itu. Kemudian, dia meminta Ruth, pengasuh Sean untuk menggendong Sean masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan dirinya, dia langsung turun dari mobil dengan membopong tubuh istrinya gaya bridal masuk ke dalam kamar. Saat tiba di dalam kamar. William langsung membaringkan tubuh Marsha di atas ranjang. Dia membantu Marsha melepaskan heelsnya. Lalu meminta pelayan untuk menyiapkan handuk hangat dan kotak
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 432 – TA S2 - Ketakutan Sean

William menatap istrinya yang tengah tertidur pulas. Kemudian, dia mengecup seluruh wajah istrinya itu. Bulu mata yang lentik, hidung mancung dan bibir ranum milik Marsha, membuat William tidak berhenti mengaguminya. Perlahan Marsha mulai terbangun, ketika merasakan ada yang menyentuh wajahnya. Senyum di bibir Marsha terukir, saat melihat suaminya tidak henti menciumnya. "Maaf membangunkanmu, sayang..." William menarik dagu Marsha, mencium dan melumat lembut bibir istrinya. Marsha tersenyum, dia langsung membenamkan wajahnya dalam pelukan suaminya. "Tidak sayang, aku memang terbangun karena tidak lagi mengantuk." "Kau sangat cantik," bisik William di telinga istrinya. "Kau selalu merayu!" cebik Marsha. Dia mendongakan kepalanya, menatap suaminya itu. "Aku tidak merayu, sayang." William mengecup hidung Marsha gemas. "Kau memang sangat cantik." Marsha mengulum senyumannya, kemudian dia mengelus rahang William. "Aku berharap, kelak ketika Sean dewasa, dia mirip denganmu." "Bukann
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 433 – TA S2 - Permohonan Maaf

William keluar dari kamar putranya. Sorot mata tajamnya begitu terlihat. Wajah William tampak begitu berusaha mengendalikan amarahnya. Kini William mencari kontak Carol, manager perusahaan cabangnya di ponselnya itu. Ketika William menemukan kontak Carol, dia langsung menghubunginya. "Carol," Suara William menyapa Carol terdengar begitu dingin saat panggilan terhubung. "Selamat pagi, Tuan William," jawab Carol saat panggilan terhubung. "Bagimana keadaan Thompson Group? Kau sudah ambil seluruh investasiku di sana?" "Sudah, Tuan. Saat ini Thompson Group sedang begitu kacau sejak anda menarik investasi anda." "Putuskan semua kerja sama dengan Thompson Group. Aku tidak ingin perusahaanku harus terlibat dengan perusahaan itu." "Baik, Tuan." Tanpa lagi menjawab, William langsung memutuskan sambungan teleponnya, lalu melangkah kembali menuju kamar. Namun, saat William hendak melangkah menuju kamar, langkahnya terhenti ketika soorang pelayan menyapa dirinya. "Ada apa?" tanya William d
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 434 – TA S2 - Permohonan Maaf II

"Tuan, apa yang harus aku lakukan agar kau setidaknya memberikan sedikit maaf untukku," Lizzy berkata begitu putus asa. Kepalanya masih menunduk, dia berusaha keras mendapatkan maaf dari William."Aku tidak pernah memaafkan orang yang telah melukai anak dan istriku! Apa kau tidak mendengar ucapanku!" seru William suaranya sedikit meninggi."Ada apa ini?" Marsha melangkah menuju ruang tamu. Seketika dia terkejut melihat Lizzy yang bersimpuh di hadapan William. Dia menatap keadaan Lizzy yang begitu kacau. Jika terakhir Marsha melihat Lizzy begitu sempurna, tapi kini dia melihat keadaan Lizzy yang tampak berantakan dengan mata sembab yang Marsha yakin karena wanita itu tidak henti menangis.Semua orang yang ada di sana, langsung mengalihkan pandangan mereka, saat mendengar suara Marsha. William yang melihat istrinya melangkah mendekat, dia langsung merengkuh pinggang istrinya. "William, ada apa ini?" Marsha mengerutkan keningnya. Kemudian pandangannya menatap Lizzy yang masih bersimpuh
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 435 – TA S2 - Keputusan Marsha

Lizzy menganggukan kepalanya lemah. "Ya, Nyonya. Aku akan menanggung apa yang telah aku lakukan. Tapi aku mohon jangan melibatkan perusahaan suamiku. Suamiku telah bersusah payah membangun perusahaanya. Aku tidak mungkin tega, membiarkan perusahaan suamiku hancur karena kesalahan yang aku perbuat. Hukum aku, Nyonya." Lizzy mengangkat wjaahnya. Matanya berkaca-kaca, menatap Marsha penuh permohonan. Terlihat Beck yang menatap iba Lizzy yang memohon pada Marsha.William masih tidak bergeming dari tempatnya, dia menatap penuh dengan peringatan. Dia masih menunggu apa yang disampaikan oleh istrinya itu. Namun, jika sampai Marsha memaafkannya, William adalah orang pertama yang akan menyeret Marsha meninggalkan tempat Itu."Kau telah memukul anakku, maka yang aku inginkan kau harus berurusan dengan kepolisian. Aku tidak mungin memaafkanmu, Lizzy. Apa yang kau lakukan pada putraku, hingga detik ini tidak bisa dilupakan olehnya. Putraku bahkan bermimpi buruk, kau kembali memukulnya. Segala pen
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 436 – TA S2 - Penolakan

"William, tapi apa salahnya dengan hanya memberikan hukuman pada Lizzy? Aku mohon jangan seperti ini. Aku tahu kau begitu menyayangi Sean dan selalu ingin melindungi putra kita. Sama halnya denganmu, aku juga begitu menyayangi Sean. Aku tidak mungkin memaafkan orang yang telah melukai putraku," ujar Marsha dengan tatapan begitu lekat pada suaminya itu. Dia berharap William akan mengerti. "Ini adalah kesalahan Lizzy, berikan dia pelajaran tanpa melibatkan orang yang tidak bersalah. Berada di penjara, tentu balasan yang cukup setimpal dengan apa yang dia lakukan, William. Setidaknya, dengan masalah seperti ini, kita bisa mengajarkan Sean untuk bisa bersikap adil dan bijaksana ketika menghadapi masalah, William."William mengepalkan tangannya dengan kuat seraya memejamkan mata singkat saat mendengar perkataan istrinya. Sejak tadi, William sudah yakin Marsha akan meminta untuk dirinya menyelamatkan Thompson Group. Tapi tentu dipenjara, tidak akan membuat William merasa puas. Setiap ketaku
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 437 – TA S2 - News

"Mommy..." Sean berlari menghampiri Marsha yang tengah menata tanaman hias milik Karin. "Good morning, sayang." Marsha menundukan tubuhnya, lalu memeluk erat putranya itu. "Dipagi hari seperti ini, Sean sangat tampan." Sean memeluk leher Marsha dengan tangan mungilnya. "Mommy juga sangat cantik." Marsha tersenyum seraya mengelus lembut pipi gemuk putranya itu. "Lebih baik sekarang, kita menonton film kartun kesukaanmu." Sean mengangguk antusias. "Ya, Mommy. Aku mau menonton film kartun." Marsha kembali tersenyum. Kemudian dia menggenggam tangan putranya dan membawa putranya itu menuju ruang keluarga. "Mommy, kenapa kita belum ke Indonesia? Aku merindukan Paman Frans dan Bibi Karin," ucap Sean dengan bibir berkerut, ketika dirinya sudha tiba di ruang keluarga. "Sebentar, sayang. Kita masih harus di sini karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan Daddy." Marsha membopong tubuh Sean, duduk di sofa. Kemudian, dia duduk di samping putranya sambil memegang ice cream yang s
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 438 – TA S2 - Ancaman Yang Berhasil

Malam semakin larut, Marsha yang tertidur pulas bersama Sean harus terbangun kala mendengar suara petir. Marsha mengerjapkan mata beberapa kali, lalu mengalihkan pandangannya ke samping, dia menatap putranya masih tertidur pulas. Beruntung, suara petir tidak membangunkan putranya itu. Marsha menarik selimut, menutupi tubuh putranya. Cuaca semakin dingin, dia tidak ingin putra merasakan kedinginan. Marsha beranjak dari ranjang, lalu melihat ke jam dinding kini sudah pukul dua belas malam. Sebelumnya, Marsha hanya menemani putranya itu. Tapi dia ikut tertidur bersama dengan putranya. Kini Marsha mengambil ponsel yang terletak di atas meja nakas, dia melihat ke layar ponsel, namun tidak ada satupun pesan dan telepon masuk dari William. "Apa William sudah pulang?" gumam Marsha. Kemudian, dia meminta Ruth untuk menemani Sean. Marsha tidak ingin, saat putranya itu terbangun ketika dirinya tidak ada di sampingnya. Setelah Ruth datang, Marsha langsung meninggalkan kamar Sean menuju kamarny
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 439 – TA S2 - Persiapan Ke Indonesia

Keesokan hari, Marsha tengah menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Selama di Moscow, Marsha memilih untuk sendiri menyiapkan sarapan tanpa bantuan pelayan. Terlebih Sean juga sering meminta Marsha untuk membuatkan sarapan. Setelah makanan sudah siap, Marsha langsung melangkah keluar dari dapur dan menuju ruang makan. Hari ini, dia membuat pancakes dengan saos coklat dan caramel untuk Sean. Dan pasta carbonara untuk William."Mommy.." Sean berlari masuk ke dalam ruang makan, ketika Marsha tengah menata makanan yang dia buat ke atas meja.Marsha mengalihkan pandangannya. Senyum di bibir Marsha terukir melihat Sean dan William melangkah mendekat ke arahnya. Kemudian, Marsha sedikit menundukan kepalanya, kala Sean memeluk dirinya. "Mommy, aku sangat lapar. Mommy membuatkan apa untukku?" Sean mendongakan kepalanya, menatap lekat Marsha. "Mommy membuatkan pancakes dengan coklat dan caramel, sayang." Marsha mengelus lembut pipi gemuk Sean, sembari mengecupnya. "Aku ingin makan sekar
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 440 – TA S2 - Good Bye Moscow

Marsha memasukan barang-barang pribadi milik William dan Sean ke dalam koper. Sebelum menyerahkan pada pelayan untuk memasukan barangnya ke dalam mobil, Marsha harus memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Ya, hari ini adalah hari yang telah lama Marsha nantikan. Dia akan kembali ke negara di mana dia dilahirkan dan dibesarkan. Rasanya sudah lama sekali Marsha meninggalkan Indonesia. Marsha kembali mengingat, dirinya meninggalkan Indonesia saat berusia tujuh belas tahun. Itu artinya, sudah lebih dari tujuh tahun lamanya Marsha tidak pernah kembali ke sana. Kesibukannya memimpin perusahaaan keluarganya, serta kesibukan William, membuat dirinya tidak memiliki waktu yang tepat untuk kembali ke Indonesia. Terlebih, setelah Sean lahir, Marsha benar-benar fokus mengurus anaknya dengan baik. "Sayang?" William berdiri di ambang pintu, dia menatap istrinya yang tengah mengemasi barang-barang. Kemudian, dia melangkah menghampiri istrinya itu. "William, kau sudah siap?" Marsha menoleh ke
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more
PREV
1
...
4243444546
...
53
DMCA.com Protection Status